TRIBUNWOW.COM - Ketua Progres 98 Faizal Assegaf turut buka suara soal mundurnya Mohammad Nuruzzaman dari Partai Gerindra.
Dilansir TribunWow.com, hal itu tampak dari postingan akun Twitter @faizalassegaf yang diunggah pada Rabu (13/6/2018).
Faizal Assegaf mengatakan jika tindakan Nuruzzaman untuk mundur adalah hal yang tepat.
Ia pun menilai jika Nuruzzaman gerah dengan doktrin politik SARA.
Lebih lanjut, Faizal Assegaf mengatakan jika selama ini Partai Gerindra berada dalam kendali penuh Prabowo dan bertindak atas bisikan Fadli Zon.
• Hasto dan PDIP Dituding Pelindung Koruptor, Presiden PKS Sohibul Iman: Keterlaluan
@faizalassegaf: Sdh tepat sahabat @noeruzzaman mundur dari Gerindra, krn gerah dgn doktrin politik SARA utk tujuan kekuasaan.
Maklum, partai tsb menganut watak "politik komando".
Kendali penuh ada pd Prabowo & bertindak atas bisikan culas @fadlizon.
Konon klu beda pendapat, HP melayang.
*FA*
• Fahri Hamzah: Manusia Taqwa Itu Tidak Gampang Marah, Pemersatu Bukan Pemecah Belah dan Tahan Celaan
Diberitakan sebelumnya, Mohammad Nuruzzaman telah mengirimkan surat elektronik pengunduran dirinya kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, Selasa (12/6/2018).
Di dalam surat tersebut, Mohammad Nuruzzaman menyatakan alasannya mengundurkan diri.
Ia menilai Partai Gerindra berbelok menjadi sebuah kendaraan kepentingan yang bukan lagi berkarakter kepada kepedulian dan keberanian, tapi berubah menjadi mesin rapuh yang hanya mengejar kepentingan saja.
"Mark my words Pak Prabowo," tulisnya.
Manuver Gerindra yang sangat patriotik sekarang lebih menjadi corong kebencian yang mengaplikasikan kepentingan politis busuk yang hanya berkutat pada kepentingan saja.
"Sama sekali hilang Indonesia Raya yang ada di dada setiap kader Gerindra," ucapnya.
Makin parah lagi, pengurus Partai Gerindra dianggap makin liar ikut menari pada isu SARA di kampanye Pilkada DKI 2017.
Mohammad Nuruzzaman merasa sangat berat untuk melangkah berjuang karena isi perjuangan Partai Gerindra hanya untuk kepentingan elit nya saja sambil terus menerus menyerang penguasa tanpa data yang akurat.
• Tanggapi Omongan LBH Jakarta, Raja Juli Antoni: Mas Anies-Sandi Pasti Ngaku Tidak Tahu Apa-apa
Isu SARA yang sudah melampaui batas dan meletakkan Jakarta sebagai kota paling intoleran adalah karena kontribusi elit Partai Gerindra yang haus kekuasaan dunia saja, tanpa mau lagi peduli pada rakyat di mana seharusnya berpijak.
Mohammad Nuruzzaman mengaku berpikir untuk mundur dari Partai Gerindra sejak Desember 2017 lalu karena kontribusi dan ketulusannya dalam berjuang bersama tidak pernah terakomodir.
Sehingga, ia tinggal mencari momen yang tepat yang sesuai dengan premis pengunduran dirinya.
"Hari ini, 12 Juni 2018, saya marah. Kemarahan saya memuncak karena hinaan saudara Fadli Zon kepada Kyai saya, KH Yahya Cholil Staquf terkait acara di Israel yang diramaikan dan dibelokkan menjadi hal politik terkait isu ganti presiden," tulis Mohammad Nuruzzaman.
• Menteri Susi Kirim Pesan ke Jurnalis Asing soal Pemberitaan Perbudakan Nelayan di Benjina
Baginya dan bagi para santri, penghinaan pada Kyai adalah tentang harga diri dan marwah, sesuatu yang tidak pernah bisa dipahami oleh Prabowo Subianto yang lebih mementingkan hal politis saja.
"Akhir kata saya Mohammad Nuruzzaman, kader partai Gerindra, hari ini mundur dari partai Gerindra dan saya pastikan saya akan berjuang untuk melawan Gerindra dan elit busuknya sampai kapanpun," kata Mohammad Nuruzzaman.
Mohammad Nuruzzaman telah membenarkan kabar pengunduran dirinya dari partai pimpinan Prabowo Subianto tersebut.
• Andi Arief: Arus Mudik ke Jawa Turun, Semakin Membenarkan Orasi Anak Ingusan AHY
"Benar, ini (surat elektronik, -red) pernyataan saya," ujarnya kepada Warta Kota, Selasa (12/6/2018) malam.
Iya mengaku belum mengetahui reaksi dan tanggapan Prabowo Subianto mengenai pengunduran dirinya. Namun, setelah lebaran nanti, Mohammad Nuruzzaman akan melayangkan surat resmi.
"Mundurkan tidak harus dapat persetujuan, mas. Sementara saya belum berfikir pindah partai," ucapnya. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)
• Kutip Omongan Gus Dur soal Pelengseran, Alissa Wahid: Duwure Opo Se Presiden Iku?