Kasus Terorisme

Terduga Teroris yang Diamankan di Kampus UR Berencana Ledakkan Gedung DPRD Riau dan DPR RI

Editor: Fachri Sakti Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (22/5/2009).

TRIBUNWOW.COM - Salah satu terduga teroris yang diamankan di Kampus Bina Widya Universitas Riau (UR) ternyata memiliki kaitan dengan pelaku teroris yang menyerang Polda Riau beberapa waktu lalu.

Terduga teroris Z yang diamankan akhir pekan lalu ternyata pernah menolak permintaan Amir Jamaah Ansyorud Daullah (JAD) Riau, Pak Ngah untuk dibuatkan bom.

Pak Ngah merupakan satu dari empat orang yang menyerang Mapolda Riau menggunakan senjata tajam belum lama ini. Ia tewas ditembak aparat kepolisian.

Z tidak memenuhi keinginan pak ngah karena ia sedang ada kegiatan lain, sehingga permintaan bom sang Amir tidak dipenuhinya.

"Ada benang merah antara Z dengan pelaku yang dilumpuhkan di Polda Riau, yaitu ketuanya pak Ngah. Dia pernah memesan Bom kepada Z, namun dijawab dia ada agenda lain sehingga permintaan belum dipenuhi," terang Kabid Humas Polda Riau, AKBP Sunarto kepada wartawan, Senin (4/6/2018).

Mengaku Pernah Dibanjiri Bullying, Said Didu: Jangan Berhenti Suarakan Kebenaran walau Dibully

Terduga Teroris Z kini sudah dinaikkan statusnya menjadi tersangka.

Dua rekannya, D dan OS alias K masih berstatus sebagai saksi.

"Perkembangan terakhir satu ditetapkan sebagai tersangka, Z. Dua lagi sebagai saksi. Tidak menutup kemungkinan akan menjadi tersangka" lanjut Sunarto.

Tiga terduga teroris yang diamankan di kampus UNRI diketahui juga merupakan alumni FISIP UR.

Diantaranya D dari jurusan Administasi Publik angkatan 2002, K dari jurusan Komunikasi angkatan 2004, dan Z Ilmu Pariwisata angkatan 2005.

Mereka ada yang berasal dari Kampar, Inhu, dan ada yang tinggal di sekitar kampus.

"Kita sudah memperoleh data awal yang akurat (terkait aktivitas ketiganya). Sudah dua minggu ini dilakukan pengintaian. Rencana Jumat akan ditangkap, tapi karena tidak memungkinkan, baru Sabtu ini dilakukan penangkapan," ujar Kapolda Riau.

Bahkan kata Kapolda, 4 buah bom siap ledak turut diamankan.

Marak Fitnah Jelang Pilpres, Nadirsyah Hosen: Menang Secara Beradab, Kalahpun dengan Terhormat

Rencananya akan diledakkan di kantor DPRD Provinsi Riau dan DPR RI.

Daya ledak bom ini sendiri kata Kapolda, diperkirakan setara dengan bom yang diledakkan oleh terduga teroris di salah satu gereja di Surabaya.

"Yang merakit yang jurusan pariwisata. Dia yang mengajarkan bagaimana merakit bom melalui Instagram, dia juga mengajak untuk melaksanakan amaliyah, melakukan bom bunuh diri," sebut Kapolda.

Berdasarkan keterangan pelaku, lanjut Nandang, bom tersebut rencananya akan diledakkan di kantor DPRD Riau dan DPR RI.

"Kita belum tau kapan mau diledakkan oleh pelaku sementara masih kita dalami motifnya," ujar Nandang.

Koruptor Tak Punya Independensi, Mahfud MD: Tak Akan Berani Bicara Benar karena Takut Ditelanjangi

Rektor UR Kutuk Terorisme

Rektor Universitas Riau Aras Mulyadi mengaku sangat menyayangkan sekali terkait adanya terduga teroris yang ditangkap di lingkungan kampus.

"Selama ini tidak ada hal yang mencurigakan selama ini. Apalagi yang kegiatannya mengarah ke aksi terorisme. Kami civitas akademika sangat mengutuk ini," kata Aras yang turut hadir dalam kegiatan konferensi pers di Mapolda Riau, Sabtu (2/6/2018) malam dengan turut didampingi Dekan FISIP UR, Syafri Harto.

Aras melanjutkan, pihaknya sangat tidak mentolerir adanya kegiatan aktivitas berbau terorisme semacam ini.

Pihaknya juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Densus 88 dan Polda Riau yang sudah bergerak cepat untuk menangkap para terduga teroris yang ternyata ada di lingkungan kampus tersebut.

Langkah antisipasi UR

Pasca penggerebekan dan penggeledahan terhadap terduga teroris yang dilakukan aparat dari Densus 88 dibantu Polda Riau dan Polresta Pekanbaru di lingkungan kampus, Rektor UR Aras Mulyadi beserta jajaran langsung mengambil langkah penanganan.

"Ini kita lakukan untuk mencegah terjadinya lagi hal-hal yang tak diinginkan di kampus kita," kata dia.

Disebutkan Aras, untuk jangka panjang, pihaknya akan membenahi perangkat-perangkat peraturan yang berkenaan dengan tata laksana kegiatan di kampus.

Diantaranya perlunya pendampingan dan pembinaan yang dilakukan baik mahasiswa dan semua civitas akademika.

Kemudian pengontrolan penggunaan seluruh fasilitas yang ada di kampus.

"Kita juga perlu mendata kalau ada warga lain yang masuk ke kampus, yang bukan civitas akademika, apalagi sampai menginap di kampus," tegas dia.

Selanjutnya dipaparkan Rektor, pihaknya juga akan melakukan revitalisasi kurikulum dalam proses pembelajaran, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pengendalian paham dan ideologi.

"Kita punya dasar ideologi dan falsafah Pancasila. Mari kita internalisasi ke dalam kurikulum dan berbagai proses perkuliahan. Agar paham-paham yang tidak sesuai ini dapat kita hindari dan kita cegah," ujar Rektor UR.

Aras mengakui, memang pihaknya kecolongan terkait kejadian ini.

"Karena memang sebelumnya tidak ada yang mencurigakan. Tidak ada gejala apa-apa," ungkapnya.

Ditambahkan Aras, kegiatan di kampus sendiri pasca peristiwa pada Sabtu (2/6/2018), berlangsung aman dan normal.

"Kegiatan seperti biasa, normal. Karena kan sekarang situasinya sedang ujian akhir semester," tutupnya.(*)