TRIBUNWOW.COM - Aktivis Progress 98 Faizal Assegaf menuliskan kritikannya kepada wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter @faizalassegaf yang ia tuliskan pada Sabtu (2/6/2018).
Faizal Assegaf menilai jika Fahri Hamzah tidak pantas jadi pejabat negara.
"Bung @Fahrihamzah, anda semakin tdk layak jd pejabat negara, watak radikalisme PKS mu sangat membara.
Ternyata bukan hanya ISIS yg anda bela, tapi terduga teroris yg kini mulai masuk kampus pun anda nekat utk lindungi.
Pejabat busuk seperti anda, harusnya sgr ditangkap," tulis Faizal Assegaf.
• Ratna Sarumpaet: Garuda Indonesia Bangkrut, Salah Jokowi, Jadi Presiden Digaji Rakyat
Setelah itu, Faizal Assegaf menilai jika Fahri sebaiknya mundur dari wakil ketua DPR Ri.
"Bung @Fahrihamzah, semakin bobrok sikap anda membela kejahatan teroris dgn segala retorika busukmu!
Sebaiknya anda mundur dari Wkl Ketua DPR RI, jgn jadikan jabatan & fasilitas negara utk menyuburkan virus radikalisme masuk ke kampus-kampus.
Tau dirilah, jgn sok jagoan!," tulisnya.
• Rachland Nashidik Ingat Ucapan Goenawan Mohammad soal Negeri Ini Jangan Jatuh ke Tangan Preman
Faisal Assefaf lantas menyebut jika partai Keadilan Sejahtera (PKS) penyokong radikalisme dan teroris sehingga wajib dibubarkan.
"Reaksi sporadis para politsi PKS yg getol membela terorisme semakin terang2an.
Bahkan upaya aparat keamanan melindungi kampus dari ancaman teror bom pun mrk hadang.
Sikap PKS membela kejahatan teroris tsb harus direspon scr tegas oleh seluruh elemen rakyat dan negara!
Fakta yg sulit dipungkiri, setiap kali muncul aksi teoris, saat itu pula dgn cepat elite & kader PKS beraksi melakukan upaya pembelaan.
Wajar bila rakyat berkesimpulan PKS adalah partai penyokong radikalisme & terorisme, wajib dibubarkan!," tulisnya.
• Guntur Romli: Kalau Fahri Hamzah Sendirian di Gedung DPR RI, Biarkan Saja Diledakkan Bom
Diketahui sebelumnya, Fahri Hamzah menilai bahwa tindakan densus 88 yang membawa sejata laras panjang untuk mengeledah kampus merupakan tindakan tidak etis.
Pernyataan fahri Hamzah itu ia tuliskan menanggapi kejadian Densus 88 Mabes Polri,menggeledah gedung gelanggang mahasiswa Universitas Riau di Pekanbaru, Sabtu (2/6/2018).
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter pribadinya @Fahrihamzah yang ai tuliskan pada, Sabtu (2/6/2018).
Fahri Hamzah menilai bahwa tindakan densus 88 yang membawa sejata laras panjang untuk mengeledah kampus merupakan tindakan tidak etis.
• Refly Harun Sebut Pancasila Lahir 18 Agustus 1945, Budiman Sudjatmiko Beberkan Isi Surat Bung Hatta
Menurut Fahri, seharusnya kampus harus dibiarkan terus tumbuh secara intelektualitasnya.
Setelah itu, fahri Hamzah menceritakan masa lalunya saat masih menjadi mahasiswa di orde baru.
Fahri menambahkan bahwa saat ini, Indonesia dipimpin oleh orang yang kurang akal sehat.
Berikut cuitan Fahri Hamzah selengkapnya:
Pak @jokowi,
INI JANGAN DIBIARKAN,
KALAU SENJATA LARAS PANJANG SUDAH MASUK KAMPUS,
KITA TELAH KEMBALI KE ZAMAN BATU! Mungkin bapak tidak pernah menjadi aktifis. Maka bapak biarkan kejadian ini. Ini perang dengan mahasiswa!!
Ini sebenarnya soal Diameter ukuran otak pemerintahan dan presidennya. Tidak lebih. Presiden @jokowi tidak punya kemampuan memahami kompleksitas Indonesia. Itu masalahnya. Dan otak mini sekarang jadi wabah. Menjalar ke mana-mana. #SaveKampus #SaveUNRI.
Kalau musuh pak @jokowi dia akan dorong represi kepada kampus yang lebih ganas dari era orde baru seperti sekarang ini sehingga tak ada 1 pun kampus yang akan mau menerima preaiden lagi. Bagus! Tapi Sadarkah bahwa negara sedang merusak mimbar akademik kita? #SaveKampus.
Kampus, parlemen, rumah sakit adalah di antara tempat yang harus bersih dari senjata. Apalagi senjata laras panjang. Siapapun termasuk mahasiswa dan dosen dilarang membawa senjata mematikan. Karena ini tempat orang bicara tanpa ancaman kekeraaan fisik. #SaveKampus.
• Absen Syuting Acara TV, Giliran Nagita Slavina Beberkan Fakta soal Raffi Ahmad
Apakah ada teroris bersenjata dalam kampus? Kenapa tidak kirim intel? Kenapa tidak ditangkap di luar kampus? Apakah mereka bikin markas teroris di kantor menwa? Kenapa senang menampakkan pasukan bersenjata dan laras panjang masuk kampus? Ini Polri atau kompeni? #SaveKampus.
Apa kata dunia? Kalau kampus dianggap sebagai sarang teroris bersenjata maka berakhirlah indonesia ini. Tamat! Bapak tamat pak @jokowi !! Pasar dunia akan bereaksi bahwa ternyata Indonesia sama saja dengan Afrika. Teroris bersenjata di mana2. #SaveKampus
Headline kita hari ini adalah #KampusSarangTeroris. Kalau cara kerja tujuan boleh menghalalkan segala cara. Maka tunggulah masalah takkan kunjung selesai. Karena demarkasi tak ada lagi dan semua dianggap boleh asalkan mencapai tujuan dimaksud. #SaveKampus
Kampus harus menyiapkan tim khusus untuk melakukan penyelidikan sendiri. Jangan biarkan suasana kampus mencekam dan dipenuhi ketakutan. Jangan biarkan mahasiswa terutama aktifis Islam menjadi terasa dalam ancaman.
Dari ujung ke ujung kita tahu arti semua ini. Maka kebenaran tidak boleh hanya satu versi. Tuduhan yang dibuat oleh pemerintah dan sejenisnya tentang radikalisme di kampus itu yang dimaksud adalah aktifis Islam. #SaveKampus
Saya teringat dulu sebagai pengurus #MasjidARHUI kami dipanggil pembina mesjid Alm. prof Daud Ali. Saya juga dipanggil dekan FEUI prof Arsyad Anwar sebagai pengurus FSI-FEUI. Sekitar tahun 1993. Pertanyaanya sama, “Apakah ada OTB di kampus kita?”. #SaveKampus
Kata #OTB atau organisasi tanpa bentuk dulu populer. Intelijen orba masih gelisah dengan gerakan masjid kampus. Mereka takut kalau ini punya maksud lain. Maka saya jawab prof Daud Ali dan pak Dekan, “Nggak ada pak, yang ada pengajian yg sering disebut tarbiyah dan mentoring”.
Beliau lanjut tanya, “apa isi kegiatan kalian?” . Saya jawab ringan, “belajar baca Quran, mengaji dan belajar agama untuk diamalkan”. Saya selalu ringan menjawab. Sebab kita Gak punya agenda lain. Akhirnya kami boleh pergi setwkah dialog panjang. #SaveKampus
Dulu, zaman gelap orde baru, kalau negara curiga kepada kampus, pihak kampus yang ditanya. Lalu kami dipanggil. Aku selalu senang bicara pada orang tua kami di kampus. Kami saling kenal luar dalam. Namanya dosen dan mahasiswa.
Ada semacam kesepakatan antara aktifis dengan rektorat dan dekanat agar secara bersama menjaga apa yang kita sebut sebagai kebebasan kampus. Aparat tidak boleh masuk kampus, apalagi membawa senjata dan menodongkannya. Semua diselesaikan dengan dialog. #SaveKampus.
• Bahas Salat di Gereja, Mahfud MD: BJ Habibie juga Melakukan Itu saat di Jerman
Tapi kecurigaan pasti ada bahkan meluas. Saya punya pengalaman, di depok. Setelah kami pindah fakultas tahun 1993. Sampai tahun 1995 ketika saya menjadi ketua Forum Studi Islam (FSI) lembaga kami tidak kunjung diakui, jangankan diberi tempat kegiatan. #SaveKampus.
Saat diberi amanah, saya menghadap Pudek III, almarhum Nizam Yunus. Saya selalu akrab sama yang tua. Tiap hari aku merayu. Sampai aku disuruh menghadap dekan, Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti. Saya diterima di ruang kerja beliau. Sebuah seri dialog dimulai. #SaveKampus.
Bang Nizam, Pudek III rada bingung karena saya sering sekali mondar mandir masuk ruangan Dekan. Dan dari prof Djatun keluar kata, “Fahri, di luar memang Suharto berkuasa, tapi di dalam kampus ini kita tidak boleh diganggu, kamu bebas bikin kegiatan”. #SaveKampus.
Di zaman otoriter, kalimat seperti itu jarang kita dengar, tapi keakraban membuat kami saling terbuka. Bang Nizam mendapat izin, FSI sejak saat itu mendapatkan SK meski kami berkoordinasi dengan SMFEUI menjadi FSI-SMFEUI. Sampai sekarang semua berjalan positif. #SaveKampus.
Negara harus dikelola dengan kecerdasan yang memadai. Otak mini merusak iklim negara. Apa yang biasa menjadi kacau. Soal kecil menjadi besar dan yang besar diabaikan menjadi anarki yang tak tertangani. Inikah suasana kampus kita sekarang. #SaveKampus.
Negara tidak boleh kelihatan gelagapan. Menjadikan isu teroris masuk kampus sebagai prestasi terbuka padahal ini soal gampang dihadapi. Mahasiswa itu punya siklus. Mereka cukup dewasa untuk memahami diri. Apa guna institusi?
Dan dosen, dekan dan rektor itu, sungguh memalukan apabila mereka mulai membungkuk pada kekuasaan. Lalu apakah kampus masih sanggup mengajarkan kebenaran apabila semua ingin menjadi pelayan kekuasaan? Masa depan yang suram. #SaveKampus
Memang, bangsa kita sedang dipimpin oleh akal yang kurang sehat. Kegagalan dianggap prestasi dan semua menyembah mediokrasi. Ini krisis yang akan segera berakhir. Insya Allah cahaya akan datang sebentar lagi. Amin," cuitnya.
(TribunWow.com/Woro Seto)
• Sindir Jokowi, Putri Amien Rais: Datang ke Rumah, Gak Usah Pakai Setingan, Gak Bikin Derajatmu Turun