TRIBUNWOW.COM - Seluruh narapidana teroris di Mako Brimob, Depok akhirnya sudah menyerahkan sendiri.
Setelah sebelumnya ada drama penyaderaan yang membuat lima personil polri menjadi korban jiwa.
Lima personil tersebut bernama Ipda Rospuji Siswanto, Bripka Deni Setiadi, Briptu Fandi Setyo Nugroho, Bripda Syukron Fadhli, dan Bripada Wahyu Catur Pamungkas.
"Mereka adalah Bhayangkara terbaik yang telah mengabdikan hidupnya untuk bangsa dan negara," ujar Setyo kepada awak media di Ruang Lobby Markas Polisi Satwa, Cimanggis, Depok, Rabu (9/5/2018) seperti yang dilansir dari Tribunnews.
Pihak kepolisian terus berusaha untuk melakukan upaya pengendalian dan pengamanan.
• Padahal Bukan Lagu Galau, Raisa Menangis Saat Rekaman
Hingga akhirnya, tindakan operasi atau pengambilalihan Mako Brimob selesai, pada Kamis (10/5/2018) pukul 07.15 WIB.
Di balik pengambilalihan tersebut, ada beberapa fakta yang terkumpul.
Dilansir oleh TribunWow.com dari berbagai sumber, berikut tujuh faktanya.
1. Kronologi Pembebasan
Polisi akhirnya berhasil mengambil alih Mako Brimob Depok dari narapidana teroris.
Polisi berhasil menghentikan operasi tersebut, pada Kamis (10/5/2018) pukul 07.15 WIB.
Sebelum mengakhiri proses operasi tersebut terdapat berbagai usaha yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
• Kisah Mengerikan Awal Mula Roy Kiyoshi Tahu Dia Indigo: Aku Lihat Ada Peti Mati, Bunga, dan Lilin
Dalam melakukan proses pengambilalihan ini, polisi melakukan tindakan persuasif.
"Polri dalam menangani selalu berupaya sepersuasif mungkin dan berkepala dingin. Saya selalu menekankan dari semua unsur untuk berkepala dingin walaupun teman-temannya menjadi korban," kata Komjem Syafruddin di Jakarta, Kamis (10/5/2018), dikutip dari Kompas.com.
Ia juga menegaskan jika tak ada usaha negosiasi dan pertukaran perjanjian dari polisi dengan narapidana.
"Tidak ada negosiasi, tidak ada urusan kesepakatan, ini semua dilakukan dengan soft approach. Yang lain saya koreksi," imbuhnya.
2. Sempat Ada yang Menolak Menyerah.
Setelah melalukan proses pengambilalihan, total ada 155 narapidana yang menyerahkan diri.
Namun sebelum semuanya menyerahkan diri, ada 10 napi yang menolak untuk menyerahkan diri.
• Hasil La Liga: Sudah Pasti Jadi Jawara Liga Spanyol, Barcelona Tetap Tak Beri Ampun Villarreal
Karena penolakan dilakukan, akhirnya pihak kepolisian memutuskan untuk menyerbu napi yang belum menyerah.
"Aparat keamanan memberikan ultimatum, bukan negosiasi ya, tapi memberikan ultimatum bahwa kita akan melaksanakan serbuan," kata Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto dalam jumpa pers, Kamis (10/5/2018), dikutip dari Kompas.com.
Atas ultimatum tersebut, akhirnya 10 napi yang menolak menyerah akhirnya menyerah.
Sehinngga total 155 narapidana berhasil diamankan sebelum fajar.
3. Korban Jiwa
155 Narapidana dinyatakan telah menyerahkan diri, meski sebelumnya ada 10 narapidana yang menolak.
Dari operasi ini pihak kepolisian menjelaskan jika tidak ada korban jiwa dalam operasi ini.
Karena usaha yang dilakukan oleh pihak polisi menggunakan penanggiulangan lunak.
"Penanggulangan dengan pendekatan lunak sudah berhasil baik sampai finish, tidak ada (tahanan terorisme) korban jiwa. Semua menyerahkan diri dan dievakuasi baik," kata Syafruddin dalam konferensi pers di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, dikutip dari Kompas.com.
• Soal Insiden Mako Brimob, SBY: Setelah Tuntas, Yakin Polri Lakukan Evaluasi Secara Menyeluruh
4. Ada Kegiatan Perakitan Bom
Polisi menjelaskan jika selama 40 jam insiden tersebut sempat ada kegiatan merakit bom.
"Ternyata, mereka selama 40 jam melakukan penyanderaan, mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan perakitan bom dan sebagainya," ujar Syafruddin adalam jumpa pers di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5/2018), dikutip dari Kompas.com.
Suara ledakan yang sempat terdengar merupakan bom yang dirakit oleh para narapidana.
5. Apresiasi Presiden
Atas usaha yang sudah dikerahkan oleh pihak kepolisian Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan apresiasi.
"Salam hormat dari Presiden dan Wakil Presiden yang memberikan apresiasi karena anda sudah menjalankan tugas dengan baik," kata Komjen Syafruddin kepada jajaran brimob dan polisi yang ada di depannya, dikutip dari Kompas.com.
Tak hanya Jokowi yang memberikan apresiasi, namun Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga memberikan apresiasinya.
"Salam hormat dari Tito Karnavian," ujarnya.
• Seorang Pembeli Membayar Rp 300 Juta untuk Satu Bakpao, Begini Reaksi si Pemilik Toko
6. Dipindah ke Nusakambangan
155 narapidana teroris yang sudah diamankan selanjutnya akan dipindahkan ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
"Sudah dipindahkan seluruhnya atas putusan Menkumham dan Ditjen Pas ke Nusakambangan. Sedang dalam perjalanan, seluruhnya," ujar Syafruddin di Mako Brimob, Kamis (10/5/2018), dikutip dari Tribun Jakarta.
7. Penyebab Kerusuhan.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbal menjelaskan jika insiden ini berasal dari penolakan pihak keluarga untuk diperiksa.
Salah satu keluarga narapidana terorisme menolak untuk makanan yang dibawa saat menjenguk untuk diperiksa.
Padahal pemeriksaan makanan adalah salah satu prosedur yang harus dilakukan dan ditaati oleh siapapun.
"Kami sampaikan bahwa kejadian insiden ini memakan korban jiwa. Ada lima rekan kami dan satu dari mereka (narapidana terorisme) terpaksa kami lakukan upaya kepolisian karena melawan dan mengambil senjata petugas," ujar Iqbal saat memberikan keterangan pada awal media yang meliput tak jauh dari gerbang Mako Brimob, Rabu (9/5/2018) dikutip dari Tribunnews.com. (*)