Reaksi Rustam Waktu Disuruh Cuci Muka Biar Gak Ngelindur saat Bicara soal Jokowi oleh Praktisi Hukum

Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rustam Jokowi

TRIBUNWOW.COM - Direktur LP3ES Rustam Ibrahim tampak saling berbalas pesan Twitter dengan praktisi hukum, sekaligus Mantan Koordinator Tim Ahli Bidang Reformasi Birokrasi Menteri PANRB periode 2014-2016 Arman Garuda Nusantara.

Pantauan TribunWow.com, hal itu terlihat dari postingan laman Twitter @RustamIbrahim dan @armangn8 yang diunggah pada Selasa (8/5/2018).

Awalnya, Rustam Ibrahim mengunggah soal alasan rasional memilih Jokowi.

Di mana ekonomi tumbuh hingga infrastruktur terbangun di berbagai tempat.

Berikut dialog mereka:

@RustamIbrahim: Sebetulnya, tidak ada alasan rasional apapun untuk tidak melanjutkan kepemimpinan Presiden @jokowi periode 2019 - 2024.

Pembangunan infrastruktur dimana-mana, ekonomi tumbuh, kemiskinan berkurang, pengangguran berkurang, inflasi rendah, harga bahan pokok stabil. Apa lagi?

@armangn8: Sudah bangun tidur pak? Sudahkah cuci muka biar tidak ngelindur?

@RustamIbrahim: Sebetulnya paling baik merespon cuitan saya dengan argumen tandingan, sekaligus tampilkan angka2nya.

Kalau cuitan seperti itu saya anggap ya hater aja?

@armangn8: Gmana saya merespon dengan argumen tandingan pak? Wong cuitan bapak saja sprti orang yg ngelindur krna belum cuci muka.

Viral Transfer Antar Bank Gratis Biaya Admin Lewat Aplikasi Flip Berikut Penjelasan hingga Reviewnya

Postingan Rustam-Arman (Capture/Twitter)

@armangn8: Pak, liat kenyataan bahwa saat ini masih banyak rakyat miskin yg kesulitan hanya sekedar utk mencari makan.

Pak, liat kenyataan bahwa banyak Toko2 Ritel tutup krna sepi pembeli, apakah itu yg namanya ekonomi tumbuh?

@armangn8: Pak liat kenyataannya kalau utk mencari BBM Bersubsidi pun saat ini sangat sulit sekali.

Ndak percaya? Silahkan cek di daerah2 Sumsel.

Pak liat kenyataannya kalau saat ini banyak jalan, jembatan, terowongan yg baru dibangun sudah ambrol dan menimbulkan korban jiwa.

@RustamIbrahim: Kalau masih banyak rakyat miskin itu betul.

Tapi data statistik BPS menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan menurun dan pengangguran juga menurun.
Coba anda buka data BPS.

Itu ilmiah lho.

Mungkin toke ritel tutup.

Tapi coba anda lihat pembelian via online, meningkat pesat.

@armangn8: Lucu bagi saya Pemerintahan Bapak @jokowi berinvestasi di Bidang Infrastruktur.
Infrastruktur itu memang kebutuhan pokok yg harus dipenuhi, tapi tdk bs juga dijadikan patokan utk investasi.

@RustamIbrahim: Mungkin anda kurang faham bahwa infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan,
bandara dan lain-lain dapat menggerakkan ekonomi daerah2 pinggiran dan perbatasan, dan membuat harga2 kebutuhan pokok menjadi lebih murah.

Postingan Rustam-Arman (Capture)

@armangn8: Efek dari Pembangunan Infrastruktur itu baru bs dinikmati sekitar 8-12 tahun,

sedangkan belum 8 tahun saja infrastruktur itu sudah pada rusak semua dan ujung-ujungnya Negara harus merogoh kocek dari APBN lagi utk memperbaikinya.

Sehat gak klw cara berfikir sprti itu??

@RustamIbrahim: Menyatakn 8 tahun infrastruktur sudah pada rusak semua, jelas merupakan pernyataan mengada-ada.

Tidak berdasarkan informasi yang benar. Jalan tol, pelabuhan, bandara, bendungan, jalan KA, bisa bertahan puluhan tahun.

@armangn8: Investasi Negara itu harusnya disektor Pertambangan, Perkebunan, Kelautan dll. Bukan disektor Pembangunan Jalan & Jembatan.

Pak @jokowi dulu ketika Kampanye mempunyai Visi utk Membangun Poros Maritim, tp nyatanya apa setelah terpilih jd Presiden malah Poros Jalan yg ia urusin.

@armangn8: Skrg gini ya Data Statistik BPS anda jadikan rujukan, wong BPS saja pada faktanya tidak pernah lagi melakukan Sensus Penduduk sprti yg dulu dilakukan di Era Pak Harto?

Bagaimana BPS bs tahu ada berapa banyak jumlah penduduk miskin di Indonesia, jumlah bayi kurang gizi dll??

@armangn8: Dulu ketika saya masih sbg Staf Ahli di KemenPANRB sering saya kritik itu BPS krna kerjanya skrg justru tdk ada.

Bikin hasil data statistik hanya berdasarkan comot2 data saja di Kelurahan dan Kecamatan.

@armangn8: Data Statistik itu memang bersifat ilmiah tapi ilmiahnya hanya sebatas data dan angka, tidak bs dijadikan preferensi fakta.

@armangn8: Lha kok mengada-ada? Anda silahkan cari sendiri di mbah Google, tidak perlu saya menyuapkannya dihadapan anda.
Saya sebutkan saja salah satunya Terowongan Perimeter Bandara Soetta.

Postingan Rustam-Arman (Capture/Twitter)

@armangn8: Menggerakan ekonomi itu efeknya akan terasa baru berapa lama? Anda harus fahami hal itu.

Anda juga harus tahu bahwa Pembangunan Infrastruktur yg dilakukan oleh Pemerintah Pusat itu semestinya menggunakan Skema BOT agar APBN tidak terbebani.

@armangn8: APBN harusnya difokuskan utk Pembangunan sektor-sektor lain yg lebih menguntungkan misalnya sprti Pertambangan, Perkebunan dan lain-lain yg selama ini tdk diurus dgn baik oleh Pemerintah.

@armangn8: Coba bayangkan kalau saja Pemerintah Memfokuskan APBN utk membangun Pabrik-Pabrik Smelter utk Mengolah Mineral Mentah,
Pabrik-Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Sawit, dll mungkin Negara kita sudah jauh lebih maju.

Postingan Rustam-Arman (Capture)

@armangn8: Sekarang, Mineral Mentah sprti Pasir Besi, Nikel, Bauksit dan lain-lain saja tertahan tidak bisa diekspor krna Pabrik2 Smelter tidak dibangun oleh Pemerintah dan
Pemerintah mengandalkan Perusahaan Swasta utk Membangunnya, gmana Negara ini mau maju??

@armangn8: Giliran sektor2 Pembangunan yg bersifat strategis sprti itu Pemerintah lepas tangan dan menyerahkannya pada Perusahaan Swasta, ehh giliran Pembangunan Jalan dan Jembatan malah diurusin.

@RustamIbrahim: Ya sudah. Kalo gak punya kemampuan berargumen menggunakan fakta, angka, data, ya gak apa2.

@armangn8: Sekarang sudah semua argumen saya paparkan. Anda skrg cuci muka pak dan jangan ngelindur lagi..

Tiap tweet anda saya pantau, kalau masih ngelindur lagi siap2 saja jika saya bantah. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)

Ferdinand Hutahaean: Bu Sri Mulyani Bilang ke Jokowi Tolong Jangan Hinakan Bangsa Ini Jadi Sales IMF

Postingan Rustam-Arman (Capture/Twitter)