TRIBUNWOW.COM- Mantan staff khusus kepresidenan di era SBy, Andi Arief membandingakan gerakan #2019GantiPresiden dengan gerakan sejuta KTP untuk Ahok.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter @andiarief__ yang ia tuliskan pada Minggu (6/5/2018).
Menanggapi #2019GantiPresiden, Andi Arief membuka sebauh cuitan dengan era zaman Suharto.
Pada zaman orde baru, menurutnya, ada gerakan yang ingin mengganti Suharto, adapula yang mendukung Suharto.
• 5 Fakta Keluarga Peminum Air Comberan di Tangerang: Mengaku Dibantu Jin hingga Menolak Dibuatkan KTP
Menurut, Andi Arief, jika hal itu dinilai untuk mendukung pemilu yang demokratis, menurutnya hal itu sangat wajar.
Andi Arief menilai jika gerakan #2019GantiPresidenbukanlah gerakan prematur.
Politisi Demokrat itu menilai jika hal yang paling pneting adalah rakyat bisa damai, politik berjalan dengan aman, netral dan adil.
• Fadli Zon Gelar Voting Pilpres antara Prabowo dan Jokowi, Hasilnya Beda Jauh
Menurut Andi Arief, cuitan tersebut adalah sebuah bentuk penjelasan, bukannya sikap partai politik.
Menurutnya, Jokowi telah menerima dukungan berbagai partai sehingga tidak salah jika ada yang menolaknya.
Kemudian, Andi Arief membandingkan antara #2019GantiPresiden dengan #1jutaktpuntukahok, karena keduanya hal yang sama.
"Zaman orde baru ada gerakan ganti soeharto tapi direpresi. Tapi ada juga gerakan apel kebulatan tekad dukung soeharto setiap menjelang pemilu. Biasa-biasa aja gerakan itu.
Sepanjang gerakan mengganti atau mempertahankan presiden mempercayakan penuh pada pemilu yang demokratis, tidak ada yang salah dari gerakan itu.
• Ratna Sarumpaet: Saya Minta Maaf Telah Menebar Berita Hoax dan Semoga Pak Jokowi Ingat Janjinya
Banyak yang menilai gerakan #2019gantipresiden itu prematur. Menurut saya tidak. Banyak yg tidak sadar bahwa pendaftaran capres itu agustus ini. Kalau sistem lama pendaftaran biasanya mei tahun depan setelah pileg.
Bagi saya yang penting semua berjalan damai, aman dan jangan saling menyakiti. Sementara aparatur negara tetap netral dan adil. Tidak semua gerakan pasti berhasil, jika diperlakukan adil tidak ada alasan tak menerima kekalahan.
Itu penjelasan, bukan sikap. Karena kalau saya ikut garis partai yg sampai saat ini belum diputuskan. Kalau partai demokrat sikap resminya menjelang pendaftaran pilpres.
Tahun 2004 pihak oposisi dan pendukung estrada membuat gerakan semacam ganti Presiden dg menolak aroyo mencalonkan diri. Buktinya fernando Poe kalah melawan aroyo.
• Gatot Nurmantyo Sakit Hati Dilarang Bahas Politik di Masjid, Tsamara: Kepentingan Pribadi Gak Pantas
Maunya takyat itu sulit diredam. Kalau mereka mau mempertahankan atau mengganti Presiden lewat pemilu gak akan bisa dihalangi. Rakyat kita berpengalaman, tidak bodoh; tidak bisa dihaaut dan tahu mana pencitraan apa bukan.
Jokowi yang memulai mau menerima dukungan partai-partai , maka tak ada yang aalah jika ada yang mengimpulkan orang sebanyak-banyaknya untuk tidak mendukungnya. Biasa aja.
Apa bedanya gerakan #2019gantipeesiden dengan gerakan #1jutaktpuntukahok? Gak ada bedanya, maka beri saja keleluasaan asal tidak anjurkan kekerasan. Jangan saling ganggu.
Arroyo menjadi Presiden 2001 setelah estrada digulingkan. Meredam kemarahan oposisi dan pendukung estrada 2003 ia nyatakan tak maju lagi pilpres 2004. Jelang pilpres tetiba dia mencalonkan lagi. Dia menang mesti gerakan ganti Presiden lebih dahsyat dari tagar dan CFD. Tidak baper.
Arroyo perempuan kuat di Asia tidak gentar menghadapi empat gali gerakan rakyat yang besar dan bergelombang antara 2004-2010, empat kali percobaan impeach gagal. Gereja filipina bersatu dg cory aquino, fidel ramos dan para penentang dihadapi dg biasa saja. Tidak ngeluh," tulisnya.
(TribunWow.com/Woro Seto)
• Ferdinand Hutahaean: Sejarah Telah Membuktikan Satu Kebenaran Terkait Ahok