Abdee Negara Slank Beberkan Alasan Cerainya: Bukan karena Tashea

Penulis: Dian Naren
Editor: Dian Naren
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdee Slank

TRIBUNWOW.COM - Di tengah upayanya menyembuhkan sakit ginjal, Abdee Negara Nurdin (49) dikabarkan juga sedang berusaha menyelesaikan bahtera pernikahannya bersama Anita Desy Farida.

Diam-diam, pemain gitar Band Slank tersebut mendaftarkan permohonan cerai terhadap Desy ke Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan.

Kabar tersebut bahkan tidak terdengar hingga kemudian diungkapkan oleh Jarkasih, pejabat Humas PA Jakarta Selatan, Rabu (21/2/2018) siang.

Alasan gugatan cerai dirinya menjadi bahan pembicaraan masyarakat, terdapat simpang siur yang mengatakan jika keretakan rumah tangganya tersebut lantaran adanya pihak ketiga, Tashea.

Namun, rumor tersebut ditampik oleh Abdee.

BACA  Vlog Jokowi Berlatih Tinju Mendadak Viral hingga Mendapat Sorotan dari Fahri Hamzah dan Fadli Zon

Dilansir Tribunwow.com dari akun Instagram abdeenegara, Senin (5/3/2018) mengunggah tujuh potongan foto dalam satu kali unggahan.

Adapun begini kalimat curahan dari Abdee Negara mengenai kabar miring yang menimpa rumah tangganya.

"Ini soal gugatan perceraian saya, agar tidak ada lagi simpang siur berita yang tidak akurat. Agar tidak ada lagi orang yang tidak bersalah ikut jadi tersakiti.

Pertama-tama saya ingin sampaikan, Anita adalah seorang wanita yang baik dan ibu yang baik bagi Alanis anak kami tercinta.

Gugatan perceraian yang saya ajukan semata-mata karena perbedaan prinsip dan perbedaan pandangan hidup di antara kami berdua yang sangat mendasar dan sudah berlangsung lama.

Bukan karena kekurangan atau kesalahan Anita dan bukan pula karena tekanan atau desakan wanita lain, dalam hal ini adalah Tashea seperti yang ramai disebut dalam berbagai pemberitaan.

Gugatan perceraian yang saya ajukan bukanlah hal yang muncul tiba-tiba.

Ini adalah ujung dari proses panjang ketidakharmonisan rumah tangga saya dan Anita.

BACA  Geram Pakaian Keluarganya saat Berada di Mal Dikomentari Pedas, Ani Yudhoyono Beri Balasan Begini

Kami coba bertahan demi putri kami Alanis yang sangat kami cintai.

Namun permasalahan rumah tangga yang kami alami memang sangat rumit.

Akhirnya sejak sekitar tahun 2008, kami mulai tidak melakukan hubungan dan berkomunikasi seperti seharusnya suami-istri dan yang kemudian berujung pisah ranjang.

Dalam masa itu, sudah banyak upaya yang kami berdua coba lakukan demi mempertahankan rumah tangga kami. Tapi tetap tidak berhasil. Beberapa kali akhirnya terucap kata cerai.

Puncaknya pada tahun 2013, beberapa lama setelah saya divonis gagal ginjak kronik, yang menurut dokter akibat darah tinggi yang memburuk dipicu oleh stres.

Saat itu hubungan kami makin tidak harmonis. Jurang perbedaan makin melebar. Akhirnya dengan berat hati, walaupun dalam keadaan sakit, demi kebaikan bersama saya memutuskan untuk berpisah dan memilih hidup sendiri.

Kami tetap terlihat masih rukun di mata keluarga dan teman-teman. Karena selain setiap Minggu saya berusaha menemui putri saya, setiap acara keluarga, acara teman-teman atau liburan, kami selalu berusaha hadir bersama.

Hanya putri kamu dan beberapa keluarga dekat saja yang tahu keadaan sebenarnya dan kalau kami sudah pisah rumah.

Berpura-pura rukun hanya demi mempertahankan status pernikahan ini, tidak membuat hubungan jadi lebih baik, malah membuat suasana bathin dalam rumah tangga jadi tidak sehat karena memang tidak ada kecocokan lagi diantara kami.

Memaksakan diri untuk tetap bersama hanya berbuah jadi saling melukai dan otomatis berdampak buruk bagi putri kami.

BACA  Gara-gara Kalimat Ini, Hotman Paris Peringatkan soal UU ITE kepada Najwa Shihab?

Di pertengahan tahun 2016, setahun setengah setelah saya mulai cuci darah akibat penyakit gagal ginjal yang sudah masuk stadium akhir, saya menemui Anita untuk membicarakan perceraian yang resmi secara hukum di pengadilan.

Saat itu Anita setuju dengan syarat dia yang akan melakukan gugatan. Namun pada tahun 2017, dia berubah pikiran.

Saya meyakini bahwa mempertahankan pernikahan hanya karena status, sementara hubungan dan komunikasi layaknya suami istri sudah tidak dilakukan dalam waktu yang sangat lama, apalagi sudah pisah rumah dan beberapa kali sudah terucap kata cerai, itu adalah dosa dan hanya akan menimbulkan fitnah dan membuat kesengsaraan.

Oleh karena itu, demi kebaikan kami bersama, perceraian yang sah secara hukum adalah menjadi jalan terakhir yang harus kami tempuh.

Mengenai Tashea, dia tidak ada sangkut pautnya dengan keputusan saya dalam melakukan gugatan cerai.

Tashea wanita dengan kepribadian baik dan dari keluarga baik baik.

Tidak selayaknya siapa pun merasa punya hak untuk menghujat dia dan keluarganya untuk suatu hal yang bukan kesalahannya". (*)