TRIBUNWOW.COM - Biasanya, jalan raya mendadak ramai ketika terjadi kecelakaan.
Hal itu bukan karena banyaknya orang yang menolong korban, melainkan para pengendara lain yang melintas justru berhenti hanya untuk menonton.
Bahkan, ada pula yang mengambil foto atau video.
Padahal, tindakan tersebut bukanlah perilaku yang baik.
Sebab, mereka telah mengganggu pengendara lain yang melintas.
Bahkan, bisa saja menyebabkan kecelakaan lanjutan lantaran mereka yang menonton kerap berhenti di tengah jalan.
Pegiat safety driving sekaligus Training Director dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, semestinya masyarakat lebih sadar akan kondisi sekitar.
Jika ingin membantu korban, lakukanlah hal yang benar.
Misalnya, mengamankan lokasi kejadian agar pengendara lain tak tergangu.
Selain itu, segera menghubungi rumah sakit setempat untuk meminta dikirimkan ambulans atau menghubungi pihak kepolisian.
Trending: Viral! Pesulap Asal Indonesia The Sacred Riana Juara Asias Got Talent 2017, Hadiahnya Bikin Melongo
"Segera membagi tugas, mengamankan lokasi kecelakaan agar tidak terjadi kecelakaan berikutnya, menghubungi pihak pihak kompeten, yakni kepolisian dan ambulans sehingga bisa melakukan pertolongan pertama dengan tepat," kata Jusri saat dihubungi.
Jusri menilai, kebiasaan "menonton kecelakaan" perlu diubah. Salah satu caranya, melalui pelatihan atau kampanye terkait kesadaran berada jalan raya. Termasuk juga pertolongan pertama pada korban kecelakaan sehingga kesadaran masyarakat tergugah.
"Jadi apa yang dilakukan biasanya dilakukan prosedur-prosedur itu biasanya disosialisasi oleh perusahaan-perusahaan multinasional dan pemerintah juga aktif menyosialisasikan," kata Jusri.
Selain itu, salah satu kebiasaan masyarakat Indonesia ketika menolong korban kecelakaan adalah memberikan air untuk diminum.
Baca juga: Korban Difteri Terus Bertambah, Bocah Asal Kendal Jawa Tengah Meninggal, Sempat Dikira Amandel
Alasannya, agar korban merasa lebih tenang.
Namun sebenarnya, tindakan tersebut cukup berbahaya.
Sebab, bisa menyebabkan korban justru tersedak air minum yang disuguhkan.
Perlu diketahui bahwa detak jantung seseorang yang mengalami kecelakaan akan meningkat drastis dan tidak beraturan usai mengalami kecelakaan.
Sebab, korban merasa terkejut atas kejadian mendadak yang menimpanya tersebut.
Baca ini: Ternyata Kamu Bisa Dilacak Melalui Smartphonemu Bahkan Saat GPS Mati, Begini Cara Mencegahnya
Oleh karena itu, memasukan apa pun melalui mulut yang merupakan bagian dari saluran pernafasan justru berpotensi membahayakan korban.
"Bisa tersedak karena saluran pernafasannya tertutup," kata Jusri.
Selain itu, lanjut Jusri, mungkin korban mengalami luka pada tubuh bagian dalam.
Misalnya, cedera terjadi pada area perut.
Pemberian air minum justru berpotensi memperburuk keadaan korban.
Menurut Jusri, jika tidak memahami teknik pertolongan pertama pada korban kecelakaan, maka hal yang sebaiknya dilakukan adalah segera menghubungi pihak terkait, seperti polisi atau pihak rumah sakit terdekat.
Baca: Di Cipinang Jakarta: Harga Beras Naik Melampaui HET, Kualitas Turun, Ternyata Ini Penyebabnya
Sehingga korban bisa segera mendapatkan penanganan yang benar.
Jusri mengatakan, data statistik menyebutkan bahwa angka statistik menunjukkan, banyak kesalahan prosedur pertolongan pertama yang dilakukan terhadap korban.
Sehingga, kondisi korban justru semakin buruk setelah ditolong. Bahkan, beberapa diantanya berujung pada kematian.
"Sebaiknya jangan melakukan apa-apa kalau enggak tahu teknik memberikan pertolongan pertama. Kalau sudah terdidik atau pernah mengikuti pelatihan, enggak apa-apa ikut menolong korban," ungkap Jusri. (*)