TRIBUNWOW.COM - Terjadi fenomena alam yang menghebohkan warga di sekitar lereng gunung Agung, Bali, Senin (25/9/2017).
Tepatnya di Kota Amlapura, Karangasem, Bali. Ribuan burung pipit mati secara mendadak dan berjatuhan dari langit.
Melansir dari Kompas.com, burung pipit yang mati itu berjatuhan di halaman kantor Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) setempat.
Seperti apakah faktanya?
Simak berikut ini.
1. Penyebab kematian burung pipit.
Fenomena alam tersebut tentunya mengejutkan masyarakat dan pemerintah setempat.
Atas kejadian tersebut, Kepala Dinas Pertanian Karangasem, Wayan Supandi kemudian mengambil sampel burung untuk diteliti dan mencari tahu penyebab matinya ribuan burung tersebut.
Namun hingga kini pihaknya belum mengetahui penyebab dari matinya ribuan burung tersebut.
2. Apakah berkaitan dengan aktivitas Gunung Agung?
Kematian ribuan burung tersebut banyak dikaitkan dengan aktivitas Gunung Agung yang berstatus awas.
Namun Wayan Supandi belum mau memastikan penyebab dari matinya burung tersebut apakah berkaitan dengan aktivitas Gunung Agung.
"Penyebabnya belum tahu karena masih menunggu hasil cek lab di Denpasar," kata Supandi saat dihubungi Selasa (26/9/2017).
Sementara itu, hasil dari laboratorium baru muncul besok, yakni, Rabu (27/9/2017).
3. Radius Amlapura
Amlapura sebetulnya berada di kawasan yang cenderung aman.
Lokasinya masih jauh dari radius daerah merah Gunung Agung.
Kepala PVMBG Kasbani mengatakan, radius bahaya pada level awas berada pada radius 12 km.
4. Gunung agung belum mengeluarkan gas berbahaya
Gas beracun memang kerap keluar saat gunung berapi naik aktivitas vulkaniknya.
Namun hingga saat ini Gunung Agung belum menunjukkan tanda-tanda mengeluarkan gas beracun tersebut.
Karena itulah, senada dengan Kepala Dinas Pertanian Karangasem, Kasbani belum mau berkomentar mengenai matinya ribuan burung tersebut.
"Itu kan di kota jauh ya, radiusnya sangat jauh," kata Kasbani.
5. Ribuan ternak dievakuasi
Seiring meningkatnya aktivitas Gunung Agung, Satgas Peternakan dan Kesehatan Hewan berjibaku mengevakuasi hewan ternak yang ada di sekitar lereng gunung.
Tercatat, ada sebanyak 1.001 ekor sapi, 20 ekor kambing, tiga ekor babi, serta 3.000 ekor ayam petelur telah dievakuasi.
Evakuasi tersebut dilakukan sebagai langkah antisipasi dari meningkatnya aktivitas Gunung Agung.
Ternak tersebut ditampung di 24 desa, 14 kecamatan, dan lima kabupaten.
Yakni di Kabupaten Klungkung, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Bangli, serta Kabupaten Gianyar.
"Sejak tanggal 22 September sampai dengan hari ini sudah ada Tim Kesiapsiagaan Darurat dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) yang turun ke lapangan, untuk melakukan penyelamatan ternak akibat erupsi Gunung Agung," kata Direktur Jenderal PKH Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita melalui keterangan resmi kepada Kompas.com, Selasa (26/9/2017).
Diarmita mengungkapkan jika timnya tidak sendirian ketika melakukan upaya evakuasi.
Pihaknya juga dibantu oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, serta Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem.
6. Masih terdapat ribuan ternak yang belum dievakuasi
Meski sudah mengevakuasi ribuan ternak, namun masih ada ribuan lagi ternak yang ada di kawasan Gunung Agung.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem, jumlah populasi ternak sapi di daerah terdampak sebanyak 48.500 ekor.
Beberapa peternak memilih untuk menjual hewan peliharaannya.
Sedangkan beberapa sisanya dievakuasi secara mandiri oleh para peternak.
Jumlah yang dievakuasi oleh para peternak, kurang lebih sebanyak 28.500 ekor.
Berdasarkan jumlah tersebut, masih ada sekitar 19.000 ekor sapi tersisa yang harus dievakuasi oleh Satgas Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Masyarakat yang ingin melaporkan untuk penyelamatan ternaknya dapat menghubungi Satgas Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui layanan telefon dan pesan di 081238632084. (TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)