TRIBUNWOW.COM - Hampir semua wanita mendambakan paras cantik, tak terkecuali Mariah Perkins.
Melansir dari Mirror.co.uk, Mariah selalu tampil cantik dengan make-up di wajahnya.
Namun, di balik make-up itu, Mariah rupanya menyimpan kisah sedih.
Wanita 19 tahun ini ternyata memiliki warna kulit yang berbeda dengan orang pada umumnya.
Pasalnya, Mariah mengidap Vitiligo, penyakit yang menyebabkan hilangnya warna kulit.
Awalnya, Mariah yang saat itu masih berusia 11 tahun mengabaikan bintik putih di jarinya.
Ingat Kapolsek yang Pakai Surat Miskin Untuk Daftarkan Anak ke SMA? Begini Nasib Sang Anak Sekarang!
Lantaran tidak tahu, ibunya pun sempat mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja.
Namun, dalam beberapa bulan, bintik putih kembali muncul di bagian-bagian tubuh Mariah yang lain, seperti lengan, hidung, hingga sudut mata.
"Ketika (bintik putik) muncul di area wajah, ibu langsung membawa saya ke dokter," ujar Mariah.
Hasil pemeriksaan dokter mengindikasi Mariah mengidap vitiligo.
"Saat itulah saya diberitahu saya menderita vitiligo, sebuah kondisi yang menyebabkan pigmen (warna) kulit hilang," katanya lagi.
Sulit Dipercaya! 21 Budaya Aneh di Cina Ini Bikin Dahi Berkerut, No 10 Kontroversial
Mariah memang bukan satu-satunya orang yang menderita penyakit tersebut.
Vitiligo memang telah menjadi penyakit tak asing lagi bagi masyarakat.
Menurut dokter, jumlah penderitanya kini bisa mencapai 50 juta orang di seluruh dunia.
Kendati demikian, kondisi tersebut tidak mudah diterima oleh Mariah.
"Itu sulit, awalnya saya menyangkal dan berusaha tidak memikirkannya."
"Tapi ketika beranjak remaja, saya merasa harus menyesuaikan diri. Saya merasa berbeda dengan yang lain. Saya tidak pernah merasa cantik," tutur Mariah menceritakan kesedihannya saat itu.
Seiring berjalannya waktu, bercak itu semakin melebar, bahkan muncul di area tubuh Mariah yang lain.
Benarkah Makan Torpedo Kambing Meningkatkan Gairah Seksual?
Remaja ini merasa semakin tidak percaya diri dengan kondisinya yang demikian hingga kemudian memutuskan menyembunyikan kulitnya menggunakan make-up.
"Saya harus menghabiskan waktu sekitar 45 menit untuk berdandan, mamastikan setiap bagian wajah saya tertutup dan berusaha terlihat senatural mungkin," kata Mariah.
"Saya tidak akan membiarkan orang lain melihat saya tanpa make-up, kecuali keluarga," lanjutnya.
Bahkan ketika menginap di rumah seorang teman, Mariah terpaksa tidur lebih cepat dan bangun lebih awal sebelum seseorang menyentuh polesan di wajahnya.
Lama kelamaan, dia merasa risih dengan penampilannya yang tidak wajar.
Bagaimana tidak, di kelasnya, Mariah adalah satu-satunya wanita yang memakai make-up tebal.
Namun, ia masih tak percaya diri dengan kondisnya, apalagi jika berada di dekat laki-laki.
"Saya selalu teringat dengan kondisi saya ketika berada di dekat laki-laki dan itu membuat saya menjauh dari mereka."
"Saya bahkan tidak bisa memeluk orang, tidak ada yang bisa menyentuh saya. Saya sangat takut make-up saya rusak," tutur Mariah.
Meski tidak nyaman dengan penampilannya, Mariah tetap memaksakan hal itu hingga ia menyelesaikan SMA.
Ketika masuk perguruan tinggi, kondisi Mariah berubah.
Dia memutuskan untuk tidak lagi menggunakan make-up berlebihan.
Tak disangka, teman-temannya sangat menerima Mariah dengan kekurangannya.
Mereka bahkan menyarankan Mariah untuk tidak lagi menggunakan make-up.
"Awalnya, saya kira (kuliah) akan menakutkan, tapi ternyata justru lebih menyenangkan. Saya memiliki banyak teman dan mereka mengatakan, saya tak perlu memakai make-up sama sekali," katanya.
Lambat laun, kepercayaan diri Mariah mulai tumbuh hingga dia mampu bersosialisasi dengan lingkungannya tanpa menggunakan make-up tebal.
Bahkan ia kini bekerja paruh waktu di sebuah toko.
Mariah mengaku belum memiliki pacar hingga saat ini, tetapi ia bercita-cita ingin menemukan pria yang bisa menerima dia apa adanya.
"Saya inign bertemu seseorang yang menerima saya apa adanya. Seseorang yang nyaman bersama saya tanpa saya menggunakan make-up," ujarnya. (TribunWow.com/Maya Nirmala Tyas Lalita)