TRIBUNWOW.COM - Presiden Joko Widodo berkunjung ke Surakarta alias Solo pada Rabu (9/8/2017).
Dalam kesempatan tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjadi pembicara inti dalam Simposium Internasional Asosiasi Mahkamah Konstitusi dan Institusi Sejenis se-Asia (AACC).
Acara tersebut digelar pada Rabu pagi di Auditorium Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Adapun, dalam kesempatan tersebut, Jokowi membicarakan beberapa hal.
• Tak Disangka, Pelajar yang Ikuti Perlombaan Internasional Dapat Nyinyiran karena Hal Sepele
Tiga hal yang juga disoroti Presiden ke tujuh Republik Indonesia itu pun jadi perbincangan.
Apa saja? Simak ulasan berikut!
1. Tak ada kekuasaan absolut
Seperti dikutip dari Tribun Solo dalam simposium tersebut, Jokowi menegaskan tak ada kekuasaan yang mutlak.
• Tersebar Video Panas Verrell Bramasta dan Natasha Wilona yang Super Mesra, Mereka Prewed?
"Merujuk konstitusi kita, tidak ada satupun instansi yang memikiki kekuasaan mutlak apalagi seperti diktator," katanya.
Selain itu, Jokowi mengutarakan peran konstitusi dalam suatu negara.
"Konstitusi mengatur perimbangan kekuasaan antara lembaga negara dan saling mengontrol," imbuhnya.
Presiden pun mengajak semua masyarakat agar memegang teguh konstitusi untuk memastikan adanya penghormatan, perlindungan serta pemenuhan hak asasi warga negara Indonesia.
• Dari Putri hingga Syahrini, Begini Hebohnya Ketika 3 Artis Korea Melafalkan Nama Orang Indonesia!
2. "Dulu disebut ndeso dan klemar klemer, kini diktator"
Presiden rupanya ingin menekankan tentang tidak adanya kekuasaan yang otoriter di Indonesia.
Mantan Wali Kota Solo itu bahkan menyebut hal yang sama dua kali.
Berkaitan dengan hal tersebut, Jokowi lantas merasa heran jika dirinya disebut sebagai pemerintah yang otoriter.
• Jokowi: Patut Bersyukur, Indonesia Nomor 3 Negara dengan Pertumbuhan Perekonomian Terbaik
Ia bahkan mengaku tak habis pikir dengan tuduhan seperti itu.
"Awal-awal kan banyak yang menyampaikan, saya Presiden 'ndeso', Presiden tidak tegas, klemar-klemer," ujar Jokowi seperti dikutip dari Kompas.com.
"Eh begitu kami menegakkan undang-undang, malah balik lagi. Loncat menjadi otoriter, diktator. Yang benar yang mana? Yang klemar-klemer, yang ndeso atau yang diktator dan otoriter?" kata dia.
• Sempat Geger Garuda Gagal Terbang dari Ngurah Rai Karena Jokowi di Medsos, Begini Bantahan Istana!
3. Pengaruh generasi millenial di era pemerintahan sekarang
Masih berkaitan dengan konstitusi, Presiden Jokowi kemudian menjelaskan cara berkonstitusi harusnya ideal dengan perkembangan zaman.
"Tantangan dalam berkonstitusi tidak sepenuhnya mudah," ujar Jokowi.
Di era sekarang misalnya, tantangan berkonstitusi pun menjadi semakin berat dengan adanya generasi millenial.
• Paspampres Asal Bali Bunuh Diri Sebulan Jelang Pernikahan, Hal Klise di No 3 Ini Jadi Alasannya?
"Sekarang anak-anak milenial (generasi Y) punya cara pikir berbeda dengan generasi sebelumnya. Tantangannya, bagaimana membuat nilai dan semangat konstitusi dipahami generasi muda," tambahnya seperti dilansir Kompas.com.
4. Peran MK
Untuk itu, dijelaskan Jokowi, MK memiliki peran yang penting dalam mengantisipasi perubahan-perubahan di masyarakat era ini.
• Terungkap! Bocah Kelas 2 SD di Sukabumi Ternyata Tewas Bukan Karena Perkelahian, Tapi. . .
Tak cuma di Indonesia, lembaga tersebut juga berperan penting di negara-negara lain.
"Mahkamah Konstitusi menjadi jangkar, menjadi pijar yang menerangi pemahaman sebuah negara. Mahkamah Konstitusi yang menginterpretasikan konstitusi sehingga dapat terus jadi pegangan dan menjadi muara inspirasi bangsa dan negara dalam menjawab tantangan tantangan baru," ujar Jokowi. (Tribunwow.com/Dhika Intan)