"Peralatan ini akan meningkatkan kemampuan kontraterorisme (di Filipina) dan membantu melindungi (tentara) yang terlibat secara aktif dalam operasi kontraterorisme di Filipina selatan," kata sebuah pernyataan Kedutaan AS di Manila, dikutip dari KOMPAS.com.
Komandan Marinir Filipina Mayor Jenderal Emmanuel Salamat mengungkapkan jika para tentaranya akan menggunakan senjata tersebut dalam pertempuran melawan gerilyawan dari sayap Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) yang berlangsung di Marawi, kota di Pulau Mindanao, Filipina selatan.
Para militan tersebut telah mengibarkan bendera ISIS dan melakukan serangkaian serangan brutal di Marawi selama dua minggu terkahir.
Berhasil Merebut Sebagian Besar Marawi
Serangan militer Filipina tersebut telah berhasil melumpuhkan sebagian besar wilayah Marawi dari tangan pasukan militan.
Namun, masih ada kawasan-kawasan di Marawi yang belum berhasil dikuasai oleh pasukan militer Filipina.
Sehingga pasukan militan belum sepenuhnya diusir dan dikalahkan.
Militer Filipina mengungkapkan jika Marawi sulit untuk dikuasai sepenuhnya.
Militer Filipina mengakui bertempur melawan milisi di wilayah perkotaan ternyata jauh lebih sulit dari yang diperkirakan.
"Kondisi lapangan di Marawi sangat berbeda, jadi kami harus melakukan sejumlah penyesuaian, ini adalah pertempuran kota," kata Mayor Rowan Rimas, anggota marinir Filipina, kepada wartawan BBC di Marawi, dikutip dari KOMPAS.com.
Pihak militer mengira jika pasukan milisi di Marawi hanya berjumlah puluhan orang.
Namun setelah pertempuran pecah, militer Filipina menduga jika jumlah mereka mencapai ratusan.
Milisi tak hanya berasal dari Marawi tapi juga dari etnik Tausug dan Yakan di Kepulauan Sulu, yang juga dikenal sebagai basis kelompok militan Abu Sayyaf. (TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)