TRIBUNWOW.COM - Zaman sekarang media sosial telah menjadi bagian hidup kita.
Khususnya Facebook, media sosial yang memiliki banyak pengguna.
Sekitar 1,8 miliar orang di seluruh dunia sudah menjadi pengguna Facebook.
• Annisa Trihapsari Mengungkap sang Anak yang Dorong Adjie Pangestu Menikah Lagi
Bagi kebanyakan orang, Facebook adalah sumber informasi utama.
Mereka menggunakannya untuk mendapatkan informasi tentang berita dunia atau kehidupan kerabat dan teman mereka.
Sebuah studi menunjukkan, bahwa menggunakan Facebook membuat orang merasa depresi.
• Solusi Mudah dan Cepat Basmi Kecoak Bandel di Rumah!
Dengan munculnya popularitas Facebook, banyak yang menggunakan media sosial ini untuk tempat pamer, menyebarkan berita hoax, memfitnah orang lain, bahkan ada juga scammers yang menargetkan pengguna Facebook.
Orang menghabiskan rata-rata 50 menit dalam sehari untuk berselancar di Facebook
Diketahui beberapa pengguna Facebook terkena fenomena FoMO yang artinya Fear of Missing Out, atau ketakutan ketinggalan info atau berita yang ada tersebar di media sosial.
Kita sering gagal menyadari bagaimana Facebook telah mengubah hidup kita, tentunya bukan perubahan yang baik.
Rupanya, fenomena FoMO dapat menyebabkan masalah emosional dan psikologis yang lebih serius.
American Journal of Epidemiology menerbitkan hasil penelitian yang berfokus pada Facebook yang dilakukan oleh University of California, San Diego dan Laboratorium Alam Manusia Universitas Yale.
Banyak yang menggunakan Facebook sebagai panggung di mana mereka hanya menunjukkan sisi baiknya saja
Penelitian tersebut menemukan bahwa paparan konstan terhadap gambar dari kehidupan orang lain menyebabkan orang terlibat dalam perbandingan diri yang negatif.
Contoh kasusnya, seorang teman Facebook yang mengunggah foto-foto mereka sedang berlibur atau pamer kesuksesan mereka dapat membuat orang lain yang melihatnya merasa tidak enak karena dia tidak memiliki hal yang sama.
Ini bisa dikatakan iri dalam dunia digital.
Semakin banyak orang masuk ke Facebook semakin tidak peduli di mana mereka berada
Selain membuat orang merasa depresi tentang keberadaan mereka yang sebenarnya biasa-biasa saja, penelitian tersebut menunjukkan bahwa Facebook juga mengisolasi orang dari interaksi nyata.
Ini sebenarnya bukan salah Facebook, melainkan penggunanya
Sementara studi tersebut tidak membahas dampak platform media sosial lainnya seperti Instagram, Twitter, dan Snapchat, kemungkinan besar efeknya sama.
Mereka hanya mencatat bahwa kematangan emosional diperlukan bagi orang yang menggunakan platform ini tanpa merasa tertekan.
Pengingat penting: jangan kecanduan Facebook!
Lantas, apa pertahanan terbaik melawan depresi yang diakibatkan oleh Facebook.
Berinteraksi dengan dunia nyata adalah salah satu cara terbaik yang bisa membuat kita lepas dari ketergantungan Facebook.
Namun, tentunya Facebook tidak bisa disalahkan menjadi penyebab orang-orang menjadi depresi.
(TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)