TRIBUNWOW.COM - Bagi sebagian besar wanita mengucir rambut adalah hal yang sangat biasa, apalagi saat berolahraga.
Memang tidak nyaman jika rambut terurai saat melakukan kegiatan berat yang menghasilkan banyak keringat, seperti lari.
Nah, pernahkah kamu mengamati rambut wanita yang dikucir kuda saat lari?
Memang bukan hal penting untuk diperhatikan, tetapi gerakan kucir saat seseorang berlari selalu mengarah ke kanan dan kiri.
Hal itu menjadi tanda tanya besar.
Ini yang Terjadi Ketika Tekan Tombol Flush, Rahasia Kemana Perginya Kotoran di Toilet Pesawat!
Bagaimana tidak, saat berlari atau jogging, pada umumnya kepala bergerak naik-turun ketika tubuh bergerak maju.
Lalu, mengapa kucir rambut justru bergerak ke arah horizontal?
Simak jawabannya.
Lagi Tren! Demam Strap Bag Ala Fashion Blogger Dari yang Simple hingga Model Abstrak
Melansir dari KOMPAS.com, seorang ahli matematika, Joseph B Keller, memikirkan misteri ini dan menemukan jawaban melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli astronomi asal Amerika Serikat, George William Hill atau terkenal dengan singkatannya G W Hill.
Hill pada mulanya sama sekali tidak meneliti soal rambut.
Sebagai seorang astronomi, Hill bermaksud mempelajari kestabilan orbit bulan yang mengelilingi bumi.
Pada tahun 1996, Hill menciptakan rumus yang kemudian digunakan Keller untuk menjelaskan fenomena kucir rambut yang berayun ke kanan dan kiri.
Hill menganalogikan kucir seperti bandul.
Bandul ini menempel pada kepala yang juga menempel pada tubuh.
Masing-masing bagian tersebut tentunya memiliki frekuensi masing-masing, baik bandul, kepala, maupun tubuh.
Menurut Keller, pelari pada umumnya mempunyai ritme natural sekitar 140 hingga 160 langkah per menit.
Jika angka tersebut dikonversi ke dalam frekuensi maka kurang lebih menghasilkan 2,5 siklus per detik.
Otomatis, kepala pun akan bergerak mengikuti frekuensi tersebut.
Kucir di sini diperkirakan memiliki panjang rata-rata 25 sentimeter dan menghasilkan frekuensi 1,4 siklus per detik.
Maka, dapat dikatakan bahwa frekuensi kucir hanya setengah dari frekuensi kepala.
Menggunakan rumus Hill, Keller mencoba menghubungkan frekuensi bandul atau kuncir dengan penopangnya yang tak lain adalah kepala dan tubuh.
Hasil yang diperoleh adalah 1:2, sehingga gerakan kesamping dua kali lipat lebih kuat.
Tak hanya itu, pelari tentu akan menginjak tanah menggunakan kaki kiri, lalu kaki kanan, dan seterusnya.
Gerakan ini membuat tubuh dan kepala seolah bergerak ke samping mengikuti arak gerakan kucir.
Sejatinya, hal sederhana ini bukan satu-satunya buah pemikiran Keller.
Ia pernah mencari tahu tentang bagaimana menguranagi tetesan teh dari wadahnya ketika akan dituangkan.
Pria kelahiran New Jersey ini bahkan menggunakan teori antrean untuk menjelaskan mengapa penerbangan tambahan dapat menyebabkan keterlambatan yang luar biasa.
Ia juga mampu menjelsakan mengapa cacing dapat berjalan di permukaan yang halus sedangkan ular harus pada permukaan kasar.
Namun, sebagai matematikawan, pencapaian terbesarnya adalah saat menemukan Teori Geometri Terdifraksi atau Geometrical Theory of Diffraction (GTD).
Dikutip dari Wikipedia, teori tersebut merupakan metode frekuensi tingkat tinggi untuk menjelaskan mengenai hamburan gelombang elektromagnetik.
Pendekatan selanjutnya mengenai teori ini adalah penggunaan sinar x-ray. (TribunWow.com/Maya Nirmala Tyas Lalita)