TRIBUNWOW.COM - Penyanyi Muhammad Tulus Rusydi atau yang akrab disapa Tulus merilis video musik single terbarunya pada Kamis (27/4/2017).
Kali ini giliran lagu yang berjudul 'Manusia Kuat' yang dibuatkan video musiknya. 'Manusia Kuat' merupakan bagian dari album ketiganya 'Monokrom'.
Melalui rilisnya di situs resminya, situstulus.com, lagu ini merupakan seruan untuk pantang menyerah, dan tentang semangat hidup.
Tak Dikenal, Sosok di Video Klip Tulus Ruang Sendiri, Namanya Melejit di Dunia Internasional
Lagi ini mengisahkan tentang jiwa yang merupakan kekuatan besar dalam raga manusia, jiwa merupakan bagian yang tidak tersentuh, tetapitetap bisa berlari kencang walau raga mungkin lumpuh.
Lewat lagu ini Tulus menyerukan keyakinannya bahwa tidak ada satu manusiapun yang bisa benar-benar mematahkan langkah baik manusia lain.
Lihat video musik selengkapnya di sini.
Musisi Serbu Istana, Raisa dan Tulus Tampil Berdampingan
Bukan hal yang baru jika Tulus mengangkat tema unik dalam setiap video musiknya.
Ia sering menggandeng seniman-seniman untuk berkolaborasi dalam video musiknya.
Seperti di video musik 'Ruang Sendiri', Tulus menggandeng Melati Suryodarmo, seorang seniman kesenian kontemporer yang berkelana ke berbagai belahan dunia dan namanya lebih dikenal di dunia Internasional.
Untuk video musik 'Manusia Kuat' ini, ia kembali menggandeng seniman Indonesia lainnya yaitu, Papermoon Puppet Theatre.
Papermoon Puppet Theatre merupakan kelompok seniman teater boneka asal Jogjakarta yang karyanya juga telah mendunia.
Kelompok seniman ini dikenal dengan karyanya yang imajinatif dan bingkai unik berbagai kisah dan peradaban.
Video musik 'Manusia Kuat' menggambarkan satu tokoh anak-anak yang berhasil menunggangi rasa takutnya menjadi kekuatan.
Sosok anak-anak tersebut merupakan lambang harapan, kebebasan, dan masa depan.
Tentunya penampilan Papermoon Puppet Theatre ini menjadi perhatian khusus karena unik dan mungkin asing bagi orang-orang yang awam dengan seni teater boneka ini.
Dilansir dari laman milik Papermoon Puppet Theatre, papermoonpuppet.com pada Kamis (27/4/2017), kelompok seniman berawal dari studio seni rupa dan seni pertunjukan untuk anak-anak dan mengalami perubahan format pada tahun 2008.
Maria Tri Sulistyani, selaku Artistic Director dan penggagas dari Papermoon Puppet mengatakan bahwa dirinya selalu memiliki ketertarikan besar pada seni rupa, seni pertunjukan, dan pendidikan.
Ia akhirnya mengetahui bahwa sebuah teater boneka merupakan media yang tepat untuk berkomunikasi dengan penonton.
Ia melihat bahwa menggunakan boneka, orang dewasa dan anak-anak cenderung lebih reseptif, santai, dan terbuka untuk menerima sesuatu.
Maria merasa ini adalah metode yang ia ingin jelajahi sepenuhnya karena ada banyak hal yang bisa diceritakan melalui wayang. Yang menarik adalah, banyak orang yang masih percaya bahwa sebuah wayang bisa menceritakan sebuah cerita.
Ia juga mengatakan bahwa proyek Papermoon ini terinspirasi oleh banyak hal. Terutama oleh semua orang yang percaya bahwa mimpi bisa diwujudkan melalui kerja keras dan usaha, oleh sebab itu Maria memulai membangun Papermoon Puppet Theatre.
Papermoon Puppet Theatre adalah jenis pertunjukan seni baru yang memadukan seni dan teater dalam satu pertunjukan.
Dengan menggunakan media eksperimental, Papermoon menjangkau khayalak yang lebih luas dengan tidak hanya mengeksplorasi tema yang dalam dan kontroversial, tetapi juga menggambarkan masalah yang dihadapi anak-anak dan orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Papermoon Puppet Theatre didirikan pada tahun 2006 di Jogjakarta sebagai tempat seni untuk menumbuhkan minat generasi muda di dunia seni.
Mereka juga mengejutkan publik pada awal 2008 dengan performance bertajuk 'Noda Lelaki di Dada Mona (A Man’s Stain in Mona’s Chest)', pertunjukan wayang yang ditujukan untuk orang dewasa saja.
Para penonton kala itu tidak memperkirakan bahwa mereka menonton pertunjukan wayang yang bertopik serius, politis, dan seks.
Dan acaranya saat itu sukses dan membuat Papermoon Puppet Theatre ketagihan untuk terus melahirkan karya-karya baru.
Karya paling menyedihkan yang pernah ditampilkan Papermoon adalah performance bertajuk 'Mwarthirika', yang menggali kisah-kisah gelam dalam sejarah Indonesia pada tahun 1965.
Namun, mereka tentunya mendapat respon yang baik dari para kritikus dan penonton.
Dan membuktikan bahwa Papermoon Puppet Theatre telah berhasil memperkenalkan konsep seni baru di Indonesia yaitu teater boneka untuk semua kalangan masyarakat.
Beberapa performance lainnya yang pernah diadakan Papermoon Puppet Theatre seperti, 'Laki-laki Laut' dan 'Setjangkir Kopi dari Plaja'. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)