TRIBUNWOW.COM - Wartawan NET TV, Haritz Ardiansyah mendapat kekerasan dari orang tak dikenal, Rabu (12/4/2017) dini hari.
Peristiwa tersebut terjadi di Jalan Kemang Raya, Jembatan Krukut, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Berdasarkan rilis yang diterima Tribunwow.com, saat itu, Haritz tengah meliput musibah banjir di kawasan tersebut.
Ia pun mengarahkan kamera ke jalanan.
Ida Fiqriah, Wanita Pertama Jadi Captain Pilot di Garuda Indonesia
Saat sedang mengambil gambar mobil Mini Cooper (B909JCW) yg tengah mogok, tiba-tiba seseorang yang sedang berada dekat mobil tersebut, menghampiri Haritz dan memukul wajahnya bagian kiri.
Ia juga meludahi Haritz.
Rupanya, oknum tersebut tidak suka saat Haritz mengambil gambar mobil miliknya.
Jurnalis NET TV itu pun mencoba bernegosiasi dengan oknum tersebut.
Ia berjanji akan menghapus gambar dan video yang ia rekam.
Memanas Lagi! Setelah Nikita Mirzani Dinyatakan sebagai Tersangka, Begini Nasib Jupe!
Saat Haritz tengah menghapus file, pelaku justru merampas kamera.
Keduanya pun terlibat tarik menarik hingga viewfinder kamera patah.
Tak cukup sampai disitu, pelaku juga memukul mobil liputan milik NET TV hingga penyok.
Kejadian nahas yang dialami Haritz tentu bukanlah yang pertama.
• Di Usia 70 Tahun, Musisi Senior Ini Dikaruniai Anak Perempuan, Nama yang Disematkan Sungguh Indah
Sebelumnya, awak media diketahui sering mendapat perlakuan tak mengenakkan.
Alasannya pun beragam, sebagian besar merasa terganggu dengan kehadiran awak media di sela-sela aktivitas ataupun di sekitar lingkungan mereka.
Tak cuma kekerasan, nyawa seorang Jurnalis bahkan melayang di tangan warga sipil.
Padahal, tindakan kekerasan pada awak media melanggar Undang-undang Pers Nomor 40 tahun 1999.
• Wow! Pramugari Lion Air Bantu Penumpang Melahirkan di Pesawat, Berikut Kronologinya
Pelaku penganiayaan jurnalis pun diancam hukuman pidana dua tahun penjara serta denda sebesar Rp 500 juta.
Dihimpun Tribunwow.com, berikut beberapa cerita kekerasan yang dialami pada pewarta saat menjalankan tugas:
1. Kameramen Kompas TV dianiaya dalam demo 4 November 2016
Unjuk rasa besar terjadi di dekat Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, 4 November 2016 lalu.
Aksi tersebut diwarnai dengan tindak kekerasan pada wartawan.
Pengunjuk rasa mengintimidasi, memukul, menghapus gambar dan merampas memori card jurnalis Kompas TV Muhammad Guntur saat ia meliput aksi tersebut.
• Tersangka Pembantai Satu Keluarga di Medan Ternyata Punya Catatan Kejahatan yang Mengejutkan
Kekerasan itu bermula saat kameramen Guntur dan reporter Kompas TV sedang live merekam aksi saling dorong antara pengunjuk rasa dan polisi di depan Gedung Mahkamah Agung sekitar pukul 18.30.
Massa meminta Guntur mematikan kameranya dan bertanya dari media mana ia bekerja.
Sesaat kemudian, Guntur digelandang di tengah massa, dipukuli kepalanya, dihapus gambarnya, dan dirampas memori card-nya.
Kabel alat untuk live juga diputus.
ID card pers milik Guntur dirampas oleh pengunjuk rasa.
Kekerasan itu berhenti setelah polisi melindungi Guntur.
2. Intimidasi jurnalis saat Aksi 112
Aksi 112 dilangsungkan pada Sabtu (11/2/2017) lalu.
Di momen tersebut, massa berkumpul di area Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Massa melakukan sejumlah aktivitas positif seperti ibadah berjamaah hingga membersihkan lingkungan sekitar masjid.
Meski begitu, noda hitam tidak bisa terlepas dari aksi tersebut.
• Kebanyakan Selfie sebelum Makan, Seorang Gadis Dapat Hadiah dari Pasangannya
Desi Fitrian dan Ucha Hernandez, wartawan Metro TV mengalami tindak kekerasan saat meliput aksi 112 di area Masjid Istiqlal.
Desi dan Ucha dilempari gelas air mineral oleh oknum aksi yang tidak suka pada label media tempat mereka bekerja.
Tak cukup sampai disitu, Desi mengaku dirinya sempat dipukul menggunakan bambu dan mengenai kepala, sedangkan Ucha ditendang dan diludahi.
"Perut, sama pundak diludahi. Mereka pukul pakai tangan, ada juga nendang di bagian kaki," ungkap Ucha.
Tak cuma jurnalis Metro TV, massa juga melakukan intimidasi pada wartawan Global TV dan Kompas TV.
Sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com, aksi intimidasi yang dialami kameraman Global TV bernama Dino, terjadi Jumat (10/2/2017) malam.
• Cerita Nasib Mujur Nick yang Menemukan Emas Batangan Senilai Rp 30 Miliar
Massa menuduh Dino tidak sopan dalam menyebut nama pimpinan Front Pembela Islam, Rieziq Shihab lantaran tidak menyebut kata 'Habib'.
Massa kemudian memaksa Dino menambahkan kata 'Habib' dalam laporannya
Selain kasus jurnalis dari dua perusahaan ini, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta juga mendapatkan informasi soal adanya pengusiran mobil Kompas TV dari area masjid pada Jumat malam.
3. Wartawan di Medan tewas ditikam orang tak dikenal
Seorang wartawan mingguan di Medan, Amran Parulian Simanjuntak, tewas pada Rabu (29/3/2017).
Ia meninggal tepat setelah keluar dari gerai penjualan pulsa Star Linggom yang ada di Jalan KM 13,8 Desa Sei Semayang, Sunggal.
Pria berusia 36 tahun ini ditikam oleh seorang yang tak dikenal.
• Jajaran Milyader yang Relakan Seluruh Hartanya untuk Rakyat Papa, Alasannya Mengagumkan!
Rupanya, pelaku menghabisi korban lantaran memiliki masalah pribadi dengan jurnalis tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Kapolsek Sunggal, Kompol Daniel Marunduri.
"Kasus ini tidak ada kaitannya dengan perusahaan mana pun. Ini murni bermotif masalah pribadi," kata Daniel, Rabu (29/3/2017).
Kompol Daniel pun membeberkan kronologi kejadian penikaman terhadap korban.
"Setelah keluar dari tempat penjualan pulsa, pelaku mendatangi korban. Lalu, pelaku sempat memukul korban namun dilawan," katanya.
Karena korban melawan, pelaku pun nekat menikamkan senjata tajam yang ia bawa ke pinggang bagian kiri serta perut korban.
"Untuk sementara ini, sudah ada lima orang saksi kami periksa. Kami memohon doa dari rekan-rekan agar pelakunya bisa segera ditangkap," ujarnya. (Tribunwow.com/Dhika Intan)