Breaking News:

Desa BRILiaN

Trik Jitu BUMDes Gerbang Lentera Ubah Masalah Jadi Jaminan Sosial, Warga Kian Semangat Pilah Sampah

Cara jitu BUMDes Gerbang Lentera atasi masalah sampah di Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara
INOVASI DESA BRILIAN - Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) milik BUMDes Gerbang Lentera memberikan dampak positif pada warga Desa Lerep, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. 

TRIBUNWOW.COM - Sampah menjadi masalah yang menghantui Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2015 ke belakang.

Warga Desa Lerep masih terbiasa membuang sampah sembarang tempat, termasuk di aliran sungai sekitar.

Hingga akhirnya Kampung Soka yang lokasinya paling bawah Desa Lerep, mengalami kebanjiran.

Curah hujan yang tinggi di Desa Lerep yang berlokasi di lereng Gunung Ungaran dan tumpukan sampah di sungai mengakibatkan banjir.

Warga Desa Lerep bersama pemerintah desa memutar otak untuk mencari solusi agar musibah banjir tidak kembali menimpa Kampung Soka.

BUMDes Gerbang Lentera atau BUMDes Lerep akhirnya didirikan dengan fokus utama mengatasi sampah yang berakibat buruk pada lingkungan.

"Kebanyakan masyarakat membuang sampah di sungai, akhirnya kalau hujan sampah menyumbat di kampung paling bawah hingga banjir," ujar Direktur Utama BUMDes Gerbang Lentera, Susiyanto ketika diwawancara TribunWow.com, pada Sabtu (5/4/2025).

Susiyanto menjelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah membuat Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R).

BUMDes Gerbang Lentera berupaya mengelola sampah secara komunal alias dengan melakukan pendekatan 3R yaitu mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang.

Sampah anorganik yang bisa diolah kembali dijadikan kerajinan tangan oleh BUMDes Gerbang Lentera dengan melibatkan keahlian warga Desa Lerep.

"Dulu awal mulanya membuat TPS3R itu karena ada bencana di Kampung Soka itu kebanjiran, masak pegunungan kok kebanjiran ya lucu," tutur Susiyanto.

"Sampah dari masyarakat kita kumpulkan, yang tidak terpakai kita buang di TPA, yang bisa kita olah menjadi bahan kerajinan," jelasnya.

Tempat Pembuangan Sampah (TPS) milik Desa Lerep, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) milik Desa Lerep, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)

Demi memikat hati warga desa, BUMDes Gerbang Lentera memiliki cara unik yaitu mengubah sampah menjadi jaminan sosial bagi pekerja atau BPJS Ketenagakerjaan.

Terutama sampah daur ulang seperti plastik, kertas, kaleng hingga botol nantinya bisa menghasilkan uang digunakan untuk membayar BPJS Ketenagakerjaan warga desa.

Iming-iming tersebut ternyata berhasil membuat warga Desa Lerep sadar dan membuang sampah pada tempatnya.

"Dari masyarakat juga ada yang membayar BPJS dengan menggunakan sampah, jadi mereka kumpulkan ke pengurus, lalu dapat berapa uangnya digunakan untuk membayar BPJS Ketanagakerjaan," ucap dia.

"Mereka jadi semangat membuang sampah, nanti dapat berapa yang membayarkan ke BPJS Ketenagakerjaan adalah BUMDes, sisanya bisa ditabung," tambahnya sambil tertawa.

Sedangkan untuk sampah organik, BUMDes Gerbang Lentera membuangnya ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

"Kalau sampah anorganik yang bisa menghasilkan uang, sedangkan organik nanti dibuang ke TPA," jelas dia.

Pengelolaan sampah ternyata langsung berdampak positif, Kampung Soka tidak kembali terendam banjir meski curah hujan di lereng Gunung Ungaran sangat tinggi.

Kendati demikian, usaha untuk meyakinkan warga Desa Lerep agar mau membuang sampah tidak mudah dan sebentar.

Kepala Desa Lerep, Sumariyadi mengakui BUMDes Gerbang Lentera harus berjuang keras untuk meyakinkan warga desa.

"Jadi eksekusi pertama BUMDes itu untuk mengelola sampah dulu, sehingga kita punya unit pengelolaan sampah, kita proyeksikan warga itu sadar semua," kata Sumariyadi saat diwawancara TribunWow.com, pada Jumat (4/4/2025).

"Tapi untuk mensosialisasikan ini tidak mudah, oleh karena itu kita bagi menjadi tiga macam dalam rangka menyesuaikan," jelasnya.

Sumariyadi membeberkan cara BUMDes Gerbang Lentera mengubah kebiasaan buruk warga Desa Lerep membuang sampah sembarangan.

"Merubah pola pikir warga itu susah, jadi kita coba sedikit-sedikit mulai dari satu RT dulu, kemudian berkembang satu RW," ujar dia.

Kantor BUMDes Gerbang Lentera milik Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Kantor BUMDes Gerbang Lentera milik Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)

BUMDes Gerbang Lentera mengkategorikan pengelolaan sampah menjadi tiga jenis yang bisa dipilih oleh warga desa.

Perlahan tapi pasti, masyarakat Desa Lerep mulai mengerti dan terbiasa membuang sampah sesuai jenisnya.

"Warga yang mau memilah dan mau mengantar ini masuk dalam pelanggannya bank sampah," tutur Sumariyadi.

"Kedua kalau dia mau memilaih tapi tidak mau mengantar ini jadi pelanggannya TPS3R, ketiga warga yang cuma mau mengumpulkan sampa di depan rumah dan tidak dipilah nanti kita ambil dengan layanan unit kapal keruk," jelasnya.

Sumariyadi juga menekankan pada BUMDes Gerbang Lentera agar tidak mengambil keuntungan banyak dari pengelolaan sampah.

Terpenting masalah paling besar di Desa Lerep diselesaikan dan karyawan yang bertugas mengurus sampah mendapatkan gaji layak.

"Pengelolaan sampah ini merupakan unit usaha yang tidak boleh untung besar nanti malah rakyat yang menjerit, kita bisa untung besar tapi retribusi sampah juga meningkat, jadi perlu ditekan," jelasnya.

"Terpenting keuntungannya bisa untuk menggaji karyawan, pemeliharaan kendaraan, penting jalan dulu," tandasnya.

Pria asli Desa Lerep itu mengungkap tarif pengelolaan sampah yang disesuaikan dengan permintaan dan kemampuan warga desa.

"Tarif sampah sementara ini Rp 13 ribu per warga, kalau kita mau untung besar naikkan saja Rp 20 ribu, tapi kan rakyat kita menjerit," tegasnya.

Sumariyadi bersyukur kini Desa Lerep bisa mengatasi masalah sampah dan malah jadi berkah untuk warga desa.

"Ternyata masalah-masalah kalau kita rumah bisa menjadi potensi, contohnya masalah sampah," tutupnya.

Berkat pengelolaan sampah, BUMDes Gerbang Lentera terus berkembang hingga memiliki beberapa unit usaha yaitu katering, toko gotong royong (togoro), kelompok sadar wisata (pokdarwis), dan internet.

BUMDes Gerbang Lentera bahkan bisa mengembangkan potensi setiap dusun di Desa Lerep, mulai dari Tegalrejo (kampung alpukat), Indrokilo (edukasi kopi, gula aren, dan kolang-kaling), Soka (pengelolaan sampah), Karangbolo (sentra oleh-oleh),  Lerep (pokdarwis).

Sederet prestasi juga mengikuti BUMDes Gerbang Lentera yang aktif serta memiliki program kerja apik, satu di antaranya menyabet juara tiga Nugraha Karya Desa BRILiaN.

Taman BRILiaN di Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Taman BRILiaN di Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)

Desa BRILiaN Program Inkubasi BRI

Desa BRILiaN merupakan aksi nyata Bank Republik Indonesia (BRI) dalam mendukung upaya pemberdayaan desa di seluruh penjuru Indonesia.

BRI dalam melaksanakan program Desa BRILiaN berfokus pada empat pilar utama yaitu penguatan BUMDes, digitalisasi, inovasi, dan berkelanjutan.

Tercatat hingga akhir tahun 2024, sebanyak 4.327 Desa BRILiaN di seluruh Indonesia dibina oleh BRI.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2023 yang hanya membina 3.178 Desa BRILiaN.

Senior Executive Vice President (SEVP) Bisnis Ultra Mikro BRI, M Candra Utama, menjelaskan bahwa program Desa BRILiaN bukan hanya menghadirkan pendampingan dan pembinaan.

BRI memiliki komitmen yang jelas dalam mewujudkan desa-desa lebih inovatif, adaptif, mandiri, dan berkelanjutan.

“BRI percaya bahwa desa yang berdaya akan menjadi kunci terciptanya perekonomian nasional yang kuat dan inklusif,” ujar Candra dalam keterangan resminya.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani berharap BRI bisa terus menambah program Desa BRILiaN.

Pasalnya, manfaat Desa BRILiaN sejalan dengan Asta Cita pemerintah yang menekankan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dari desa.

“Jadi kalau tadi Desa BRILiaN masih sekitar 4.300 desa, saya harap tahun depan sudah bisa naik 3 kali lipat sehingga menjadi setidaknya 1 per 3 atau 1 per 4 dari total desa di Indonesia”, ujar Sri Mulyani dalam keterangan resminya.

(TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
BUMDesUngaranSemarangJawa TengahBRIDesa BRILiaN
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved