Desa BRILiaN
Perjuangan BUMDes Tumang Atasi Sampah di Desa Cepogo, Bisa Panen Uang dan Berprestasi Berkat Maggot
Perjuangan BUMDes Tumang mengatasi masalah sampah di Desa Cepogo, Boyolali berbuah manis melalui produksi maggot.
Penulis: Khistian Tauqid Ramadhaniswara
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Sampah menjadi masalah utama di Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali yang memiliki penduduk asli hingga 9.000 jiwa.
Jumlah itu tiga kali lipat semakin bertambah ketika memasuki siang hari, tepatnya saat masyarakat luar desa datang ke Cepogo untuk bekerja.
Apalagi Desa Cepogo terkenal sebagai sentra kerajinan kuningan dan tembaga, serta kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai pedagang.
Banyaknya sampah di Desa Cepogo sempat menjadi sorotan utama Pemerintah Kabupaten Boyolali, terutama di tahun 2017 ke belakang.
Dari permasalahan itulah, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tumang didirikan di tahun 2019 agar bisa mengatasi sampah yang bertebaran di pinggir jalan desa dan sungai.
Direktur BUMDes Tumang, Felani Ade Widakdo mengakui permasalahan sampah di Desa Cepogo menjadi perhatian pertama.
Felani bersama timnya melakukan penelusuran sekaligus mengkaji penyebab utama sampah di Desa Cepogo berserakan di pinggir jalan desa dan menumpuk di sungai.
Ternyata masyarakat Desa Cepogo kala itu belum memiliki pengelolaan sampah yang memadai, oleh karena itu BUMDes Tumang menyediakan pelayanan angkut sampah sebagai program pertama.
Langkah Felani bersama anggota BUMDes Tumang selanjutnya adalah meyakinkan warga agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama di aliran sungai.
Pria lulusan Universitas Gadjah Mada itu membutuhkan waktu satu tahun meyakinkan warga yang tersebar di 48 Rukun Tetangga (RT) agar tidak membuang sampah sembarangan.
Felani mengandalkan strategi jitu dengan cara membentuk kelompok di setiap rumah agar mau membuang sampah secara kolektif.
“Desa Cepogo itu padat minta ampun, penduduknya hampir 9.000 jiwa itu yang real, kalau siang hari penduduk bisa dua hingga tiga kali lipat karena sini desa industri,” ujar Felani Ketika diwawancara TribunWow.com, pada Senin (10/3/2025).
“Banyak pendatang yang datang ke sini membawa sampah semua, dengan kepadatan penduduk seperti itu lalu sampah jadi masalah di Desa Cepogo,” tambahnya.
“Makanya BUMDes yang pertama kali dibentuk adalah Taman Sampah (Tampah),” jelasnya.

Namun, BUMDes Tumang masih kewalahan dengan volume sampah di Desa Cepogo yang bisa mencapai 70 ton setiap bulannya.
Oleh karena itu, Felani bersama kawan-kawan menggandeng Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk membantu menampung sampah.
Terutama sampah-sampah residu yang tidak dapat dihilangkan atau diubah menjadi bentuk lain.
“Jadi sampah yang tidak bisa kita olah atau residu dibuang ke DLH,” ucap Felani.
“Itu di luar bank sampah yang dikelola oleh PKK, jadi sampah sampah yang masuk kita ini benar-benar sudah melalui beberapa pemilihan sejak dari rumah,” tambahnya.
Saking tingginya volume sampah, DLH sampai menduga banyak masyarakat luar yang sengaja membawa sampah untuk dibuang di Desa Cepogo.
Felani lantas menjelaskan pada DLH strategi jitunya mengelola sampah di Desa Cepogo.
Menurut Felani, lebih dari 50 persen sampah di Desa Cepogo adalah organik yang mudah membusuk dan dapat diolah kembali.
“Sampah di sini hampir 50 persen itu organik, sedangkan di sini UMKM kuliner itu banyak sekali, makanya DLH sempat enggak percaya saat lihat volume sampah,” kata Felani.
“Penduduk segini kok bisa sampahnya begitu banyak, dikira mengambil sampah dari daerah-daerah lain kan tidak boleh,” tuturnya menirukan pihak DLH.
Kala itu BUMDes Tumang menggunakan mobil pikap milik Pemerintah Desa Cepogo untuk mengangkut sampah di rumah-rumah warga.
Pendapatan BUMDes Tumang diperoleh dari iuran warga dan meloakkan sampah anorganik.
“Sama pemilihan sampah seperti botol-botol yang bisa kita jual, dan iuran dari warga setiap bulan Rp 16000 dikali 900 member,” jelas Felani.
Perlahan tapi pasti, program pertama BUMDes Tumang mengatasi sampah terus berkembang hingga bisa memiliki alat transportasi dan tempat pembuangan sendiri.
Desa Wisata Cepogo semakin bersih dan lebih terlihat asri serta layak disebut desa wisata yang sudah disandang sejak dahulu.
"Awalnya hanya angkut, kumpulkan lalu kami buang ke TPA di Boyolali, kemudian mulai ada bank sampah, yang anorganik dan bisa dimanfaatkan jadi kerajinan,” ujar Felani.
“Kita akhirnya punya dua gedung untuk pengelola sampah dan ternak maggot, kita punya dua Tossa dan truk untuk mengambil ke warga,” jelasnya.

Budi Daya Maggot BUMDes Tumang
Kesadaran warga untuk memisahkan sampah organik dan anorganik, juga membantu Felani membentuk bank sampah.
Lantas Felani berinisiatif untuk menjadikan sampah organik menjadi maggot yang memiliki nilai jual.
Namun, perjuangan Felani agar bisa memproduksi maggot dari sampah ternyata tidak mudah dan sebentar.
Felani yang memiliki latar belakang pendidikan Ilmu Komunikasi, harus belajar dari awal alias autodidak untuk memproduksi maggot.
Kegagalan tentu pernah dirasakan Felani dalam memproduksi maggot, salah satunya ketika ia telat panen.
“Saya benar-benar belajar dari nol dan autodidak, sebelum saya bisa mengajari karyawan yang mengurus,” jelas Felani.
“Produksi maggot itu harus praktek dengan beberapa kali percobaan, dulu saya cuma pakai baskom tapi kalau sekarang sudah di biopond,” tuturnya sambal tertawa.
Setelah melewati berbagai kegagalan, Felani bisa mengajarkan ilmu membuat maggot pada karyawan asli Desa Cepogo.
Pria yang identik dengan kepala plontosnya itu membeberkan proses pembuatan maggot dari sampah organik.
Langkah pertama, sampah organik ditumpuk di atas maggot yang berada di biopond (tempat larva maggot menghabiskan sampah organik).
Hanya membutuhkan waktu beberapa jam, maggot sudah bisa memakan sampah organik tersebut.
“Siklus maggot itu kalau musim hujan susah, beda kalau musim panas lebih gampang,” ucap dia.
“Mulai dari telur jadi anak maggot itu sekitar satu sampai dua minggu, kita taruh di biopond dari kecil hingga maggot siap panen sekitar 20 hari,” ujarnya.
Setelah lebih dari 14 hari, maggot basah sudah bisa dipanen dengan berat total biasanya mencapai 100 kilogram.
Kendati demikian, setiap memanen harus menyisakan paling tidak 25 kilogram maggot agar menjadi lalat yang bisa berkembang biak.
Lalat dewasa nantinya akan bertelur dan setelah memasuki fase kedua proses metamorfosis akan menjadi maggot baru.
“Misal kita panen 100 kilogram, nanti yang 25 kilogram tidak kita panen biar jadi lalat nanti kalau kawin mati dan bertelur juga mati,” jelas dia.
“Di dalam ruangan kita kasih kayu yang kita susun, dia akan bertelur di sela-selanya, seperti itu siklusnya,” tandasnya.
Tak berhenti di situ saja, Felani juga mengungkapkan penghasilan BUMDes Tumang dalam penjualan maggot yang memiliki nutrisi tinggi bagi unggas dan lele tersebut.
“Kita bisa menghasilkan setiap bulan rata-rata bisa mencapai 100-150 kilogram maggot, tapi kalau lagi bagus bisa mencapai 200 kilogram, kita jual Rp 6000 hingga Rp 7000 per kilogram,” kata Felani.

Pesanan maggot buatan BUMDes Tumang bahkan terus meningkat hingga bukan cuma di Jawa Tengah.
Kepala Desa Cepogo, Mawardi, mengakui maggot yang dihasilkan oleh BUMDes Cepogo banyak diincar peternak unggas dan akuakultur.
“Jadi kami akan menyesuaikan jumlah permintaan, meskipun sekarang permintaan sudah mulai banyak karena maggot di sini menurut mereka bagus, baunya tidak menyengat,” ucap Mawardi saat diwawancara TribunWow.com pada Jumat (14/3/2025).
Sementara, penjualan maggot sesuai dengan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengolahnya.
Sebagai alternatif ketika maggot tidak habis terjual, BUMDes Tumang memiliki pertenakan itik yang bisa memakan sisa maggot.
“Pemeliharaan mentok juga bermanfaat untuk sisa-sisa maggot yang tidak terjual, kemudian untuk kulit maggot rencananya kita akan membuat pertanian terpadu,” kata Mawardi.
Berkat penjualan maggot, membuat BUMDes Tumang berkembang dan merambah ke bisnis yang lain seperti Pertashop, Dojo Karate, Agen BRILink, hingga Samsat Budiman.
Bahkan prestasi terus mengikuti BUMDes Tumang yang sangat aktif dan produktif, satu di antaranya mendapatkan penghargaan Juara Nugraha Kaya Desa BRILiaN di tahun 2021.
Wajar banyak BUMDes lainnya kini menjadikan BUMDes Tumang sebagai contoh badan usaha yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan desa.
“Kami pernah menjadi juara dua Desa BRILian nasional, kalau BUMDes juara satu Kabupaten Boyolali. Sebenarnya prestasi seperti itu mengikuti saja, penting mengatasi masalah tanpa masalah,” ucap Mawardi.
BRI Bina 4.327 Desa BRILiaN
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen untuk mendukung Asta Cita Pemerintah yang menekankan pembangunan mulai dari desa.
Melalui Desa BRILiaN, tujuan pemerintah untuk pemerataan ekonomi dan percepatan pengentasan kemisikinan dapat terealisasi.
Tercatat hingga tahun 2024, jumlah Desa BRILiaN yang dibina oleh BRI sudah sebayak 4.327 desa di seluruh Indonesia.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2023 dengan total 3.178 Desa BRILiaN.
Khusus di wilayah Regional Office Yogyakarta terdapat 320 Desa BRILiaN binaan BRI, termasuk Desa Cepogo di Kabupaten Boyolali di tahun 2023.
Senior Executive Vice President (SEVP) Bisnis Ultra Mikro BRI, M. Candra Utama, menjelaskan bahwa Desa BRILiaN menjadi bagian dari komitmen BRI dalam mendukung pengembangan desa.
Program inkubasi dari BRI tersebut mendukung pengembangan desa melalui empat aspek utama yaitu penguatan BUMDes, digitalisasi, inovasi, dan sustainability.
"Melalui Desa BRILiaN, kami ingin mendorong desa-desa di Indonesia agar semakin mampu mengoptimalkan potensi ekonomi lokalnya dengan dukungan ekosistem keuangan digital BRI,” ujar Candra dalam keterangan resminya.
(TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)
Sumber: TribunWow.com
Perjuangan Pokdarwis Rukun Santoso Bangun Desa Wisata Edukasi, Berkah Mengalir ke Warga Lerep |
![]() |
---|
Jalan Panjang BUMDes Gerbang Lentera Bikin Lerep Jadi Desa Wisata, Kini Bisa Bangun Embung Sebligo |
![]() |
---|
Langkah Adaptif BUMDes Sriwulan Makmur Atasi Masalah Sampah, Keasrian Desa Tetap Terjaga |
![]() |
---|
Samsat Budiman dalam Genggaman BUMDes Tumang, Warga Cepogo Bayar Pajak Kendaraan Bermotor Gampang |
![]() |
---|
Trik Jitu BUMDes Gerbang Lentera Ubah Masalah Jadi Jaminan Sosial, Warga Kian Semangat Pilah Sampah |
![]() |
---|