Kunci Jawaban
Cek Kunci Jawaban Buku Bahasa Indonesia untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas 10 Bab 3 Halaman 112-119
Simak kunci jawaban buku Bahasa Indonesia untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas 10 Kurikulum Merdeka uji kompetensi bab 3 halaman 112-119.
Penulis: Magang TribunWow
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Simak kunci jawaban buku Bahasa Indonesia untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas 10 Kurikulum Merdeka uji kompetensi bab 3 halaman 112-119, tentang Menyusuri Kisah Lintas Zaman.
Buku Bahasa Indonesia untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas 10 ini merupakan karya Fadillah Tri Aulia, Sefi Indra Gumilar, Alvian Kurniawan, yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan, dengan nomor ISBN:978-623-118-376-7, Edisi Revisi.
Kunci jawaban ini dapat digunakan untuk orangtua dalam mendampingi anaknya belajar.
Sebelum melihat kunci jawaban, sebaiknya siswa secara mandiri mengerjakan terlebih dahulu soa-soal yang ada.
Soal ini bersifat pilihan ganda dan uraian, artinya jawaban bisa berbeda.
Jawaban berada di bawah setelah soal yang disajikan.
Baca juga: Cek Kunci Jawaban Pendidikan Pancasila untuk SMP/MTS Kelas 8 Uji Kompetensi Bab 1 Halaman 33-35
Baca juga: Simak Kunci Jawaban Buku Geografi Untuk Kelas 12 SMA/MA, Soal Asesmen Bab 2, Halaman 152, 153, 154
Berikut Soal Uji Kompetensi Bab 3 Halaman 112-119
Bacalah penggalan hikayat berikut untuk menjawab soal nomor 1 s.d. 5!
Hikayat Maharaja Bikrama Sakti
Alkisah maka inilah suatu hikayat daripada cerita, ada seorang raja di negeri Maha Khairan Langkawi bernama Maharaja Bikrama, terlalu sakti dan bangsawan daripada manusia terlalu amat besar kerajaannya baginda itu.
Adapun istrinya raja itu bernama tuan putri Sinar Bulan anak raja di negeri Indra Juita.
Syahdan maka ia pun namanya tuan putri itu Indra Juita.
Maka ia pun ada berputra dua orang dan yang tua laki-laki bernama Raja Johan Syah terlalu amat baik parasnya dan budi pekertinya kepada segala raja-raja, segala perdana menteri, hulubalang dan rakyat sekalian dengan tegur sopannya serta dengan segala dayang-dayangnya.
Maka sekaliannya pun kasih akan dia.
Adapun yang muda itu perempuan bernama tuan puteri Ratna Komala terlalu amat baik parasnya serta dengan arif bijaksananya, barang pekerjaannya dan permainannya yang tiada dapat dikerjakannya oleh orang lain, maka ia pun dapat mengerjakannya.
Maka terlalu kasih sayangnya ayahanda baginda dua laki isteri akan anakanda baginda kedua bersaudara itu adalah laksana orang yang menenteng minyak yang penuh.
Sebermula maka beberapa lamanya anak raja-raja yang datang meminang wan puteri Ratna Komala itu, maka tiadalah diterimanya oleh baginda karena anakanda itu lagi kecil.
Hatta beberapa lamanya maka Maharaja Bikrama Sakti itupun sakitlah dan beberapa daripada dukun dan tabib dipanggilnya datang mengobati baginda itu.
Maka beberapa lamanya dan antaranya baginda sakit itu maka ia pun matilah.
Maka gemuruhlah bumi segala ratap orang yang di dalam istana itu tabuh larangan pun dibawa oranglah.
Maka berkampunglah segala isi negeri Khairan Langkawi itu kecil dan besar, tua dan muda, hina dan dena sekalian karena orang hendak mengerjakan Maharaja Syah itu.
Maka mayat baginda itupun diarak oranglah ke kubur betapa adat daripada segala raja-raja yang besar mati itu demikianlah diperbuatnya.
Setelah sudah baginda dikuburkan maka beberapa emas dan perak dinugerahkan oleh Maharaja lohan Syah itu kepada segala fakir dan miskin demikian pula kain, baju, segala pakaian dan segala makanan.
Setelah ada beberapa antaranya tiga bulan lamanya maka isteri baginda tuan puteri Sinar Bulan itupun sakitlah pula.
Setelah beberapa lamanya sakit maka tuan puteri itupun matilah.
Maka ia pun gemuruhlah bunyi ratap di dalam istana.
Maka anakanda tuan puteri Ratna Komala itupun menangislah katanya “Wah, Bundaku bencilah sangat rupanya Bundaku kepada Anakanda maka Anakanda Bunda tinggalkan selaku ini. Apatah jadinya Anakanda sepeninggal Bundaku karena Anakanda tiadalah pernah bercerai dengan Bunda. Sudahlah Ayahanda meninggalkan Anakanda, akan sekarang ini Bunda pula meninggalkan.”
Maka berbagi-bagilah ratap bunyi tangis tuan puteri itu.
Maka ia pun pingsanlah dan tiada sadarkan dirinya lagi.
Setelah dilihat oleh Kakanda baginda akan hal Adinda itu tiada sadarkan dirinya itu maka Maharaja Johan Syah itupun segeralah datang mendapatkan Adinda baginda tuan puteri itu seraya katanya, “Sudahlah Ayahanda dan Bunda baginda meninggalkan kita kedua ini, janganlah Adinda pula meninggalkan Kakanda. Apatah jadinya Kakanda jikalau Adinda pula hendak meninggalkan Kakanda ini.”
Maka ia berkata-kata sambil menyapu air matanya.
Maka lalu disapunya dengan air mawar kepada muka saudaranya itu.
Maka tuan puteri pun ingatlah ia daripada pingsannya itu.
Maka ia pun menangislah pula terlalu sangat. Maka Maharaja Johan Syah itu pun sabil hatinya melihat kelakuan saudaranya itu demikian.
Maka lalu dipeluknya kaki Bundanya seraya katanya, “Wah, Bundaku, lihatlah kelakuan Anakanda kedua ini seperti ayam yang kematian induknya, sampai hati Bunda meninggalkan Anakanda kedua ini.”
Maka gemuruhlah bunyi tangis orang yang di dalam istana itu seperti batu rubuh bunyinya. Setelah demikian maka berbunyilah nobat antara ada dengan tiada merawankan hati segala yang mendengarkan dia.
Setelah demikian maka mayat permaisuri itu pun dimandikan oranglah.
Setelah sudah selengkapnya maka dinaikkan oranglah ke atas usungan talu diarak oranglah pergi ke kuburannya itu lalu ditanamkan oranglah dekat Baginda.
(Sumber: Jumsari, 1989)
1. Nilai sosial yang terdapat pada hikayat di atas adalah ….
A. Kita harus mandiri meskipun memiliki kekuasaan.
B. Kita harus pasrah atas takdir yang diberikan Tuhan.
C. Anak gadis tidak boleh dinikahkan jika masih kecil.
D. Seorang kakak harus lebih kuat dari adiknya.
E. Kita harus peduli kepada fakir miskin.
Baca juga: Kunci Jawaban Buku Geografi untuk Kelas 12 SMA/MA, Asesmen Bab 2, Halaman 154, 155, 156
Baca juga: Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam untuk Kelas 9 SMP Kurikulum 2013, Soal Ayo Berlatih Bab 2
2. Maka gemuruhlah bumi segala ratap orang yang di dalam istana itu tabuh larangan pun dibawa oranglah.
Majas yang terdapat pada kalimat di atas adalah ….
A. antonomasia
B. personiikasi
C. simile
D. hiperbola
E. metafora
3. Maka terlalu kasih sayangnya ayahanda baginda dua laki isteri akan anakanda baginda kedua bersaudara itu adalah laksana orang yang menenteng minyak yang penuh.
Majas yang terdapat pada kalimat di atas adalah ….
A. antonomasia
B. personiikasi
C. simile
D. hiperbola
E. metafora
4. ... laksana orang yang menenteng minyak yang penuh.
Jelaskan makna dari penggalan kalimat di atas!
……………………..……………………..……………………..……………………..………………
……………………..……………………..……………………..……………………..………………
5. A. Puteri Indra Juita wafat.
B. Maharaja Bikrama Sakti wafat.
C. Puteri Ratna Komala pingsan.
D. Raja Johan Syah bersedekah kepada fakir miskin.
Susunan alur yang tepat sesuai dengan alur hikayat di atas adalah ….
A. b-a-c-d
B. b-c-a-d
C. b-d-a-c
D. b-a-d-c
E. b-d-c-a
Bacalah teks berikut untuk menjawab soal nomor 6 s.d. 10!
Hikayat Panca Logam
Alkissah maka tersebut perkataan ada suatu raja pada bukit Panca Logam bernama Maharaja Wirandana Giri.
Adapun baginda itu terlalu besar kerajaannya pada zaman itu, tiada siapa ada yang menyamai kebesarannya.
Karena itu terlalu sakti serta gagah beraninya dan kulitnya daripada tembaga dan uratnya itu pun kawat dan tulangnya besi.
Demikianlah yang diceriterakan oleh orang yang empunya ceritera itu.
Maka beberapa raja-raja dewa, mambang, dan raksasa yang takluk kepadanya.
Dan segala binatang di hutan itu pun dapatlah diperintahnya.
Demikianlah kebesarannya baginda itu.
Dan lagi ada patih seorang hulubalangnya terlalu amat gagah beraninya dan saktinya.
Pertama, Raja Gardana Lela, ialah yang memerintahkannya segala dewa mambang.
Kedua, Raja Wirangga Danu dan ialah yang memerintahkan segala binatang.
Dan yang ketiga bernama Raja Lindu Singara, dan yang keempat bernama Raja Lindu Kuwaca.
Adapun keduanya itu memerintahkan segala rakyat raksasa.
Maka pada suatu hari Raja Wirandana Giri dihadap oleh segala raja-raja dan menteri hulubalang sekalian serta orang besar-besar dan orang yang ternama.
Maka ketika itu Raja Wirandana Giri itu pun bertitah kepada hulubalang yang keempat itu, demikian titahnya, “Hai saudaraku keempat, pada esok hari pagi-pagi segeralah saudaraku himpunkan segala raja-raja dan rakyat sekalian serta dengan segala kelengkapan, seperti gajah, kuda, dan lain-lainnya karena aku hendak pergi ke Gunung Mayarupa mendapatkan guruku Ajar Perbami: Lengkara, karena telah lama sudah yang aku tiada pergi mendapatkan baginda itu.”
Maka keempat hulubalang itu pun segera menyembah lalu pergi memerintahkan kepada segala raja-raja.
Setelah sudah maka baginda pun segera berangkat masuk keempatnya.
Adapun segala yang menghadap itu pun masing-masing kembali pulang ke rumahnya.
Maka setelah keesokan harinya, dari pagipagi itu maka Raja Gardana Lela itu pun menghimpunkan segala dewadewa mambang akan berlengkap segala kenaikan gajah, kuda serta alat senjata dan tunggul panji-panji.
Adapun segala raksasa itu pun masing-masing dengan kelengkapannya.
Maka setelah sudah mustaid sekaliannya itu, maka Gardana Lela itu pun berdatang sembah kepada Raja Wirandana Giri, demikian sembahnya, “Ya Tuanku yang Dipertuan, Adapun titah duli Sialam itu telah hadirlah sudah, hanya menantikan Sialam jua.”
Setelah Raja Wirandana Giri mendengar sembah Gardana Lela itu maka ia pun segera berangkat serta memakai pakaian yang indahindah dan kenaikannya garuda berkepalakan buta.
Adapun namanya garuda itu Paksi Denawa.
Maka setelah itu Raja Wirandana Giri itu pun diiringkan oleh segala raja-raja dan Menteri hulubalang serta rakyat sekalian.
Adapun yang berjalan dahulu itu Raja Gardana Lela serta empat puluh menteri hulubalang daripada Dewa Mambang.
Dan yang di kanan baginda itu Raja Lindu Singara serta empat puluh menteri hulubalangnya dari para raksasa.
Dan di kiri baginda itu Raja Lindu Kuwaca serta Menteri hulubalang.
Dan yang di belakang baginda itu Raja Wirangga Danu serta menteri hulubalang.
Maka masing-masing dengan kelengkapannya.
Adapun segala rakyat dewa mambang itu berjalan di udara seperti burung berkawan-kawan.
Dan segala rakyat raksasa itu berjalan di bumi.
Maka segala tunggul panji-panji itu pun berkibar-kibaranlah.
Maka segala bunyi-bunyian pun dipalu oleh orang terlalu ramai.
Adapun baginda berjalan itu sambil ia bermain-main karena adatnya baginda itu setahun sekali ia pergi mendapatkan gurunya itu.
(Sumber: Nikmah dan Putri Minerva, 1988)
Baca juga: Cek Kunci Jawaban Buku Geografi untuk SMA/MA Kelas 12, Bab 1, Bagian Asesmen, Halaman 86-91
Baca juga: Simak Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka: Kisah Abu Bakar Halaman 98
6. Pasangkanlah tokoh berikut dengan tugasnya yang tepat berdasarkan isi teks!
A. Raja Gardena Lela A. memerintah para panji
B. Raja Wirangga Danu B. memerintah binatang
C. Raja Lindu Singara C. memerintah raksasa
D. Maharaja Wirandana Giri D. memerintah para raja dewa, mambang, dan raksasa
E. Memerintah para dewa
7. Nilai pendidikan yang terdapat pada penggalan hikayat di atas adalah ….
A. Setiap orang hendaknya memiliki tugas dan keahliannya masingmasing.
B. jangan pernah melupakan guru meskipun kita sudah menjadi orang yang berhasil.
C. Semua akan lebih mudah dilakukan jika kita punya kekuasaan.
D. Saat bertamu sebaiknya mengenakan pakaian yang terbaik.
E. Kita harus mematuhi perintah pemimpin kita.
8. Tentukan kalimat manakah yang mengandung majas.
Berilah tanda centang (√) pada setiap pilihan jawaban benar! Jawaban benar lebih dari satu.
□ Ada suatu raja pada bukit Panca Logam bernama Maharaja Wirandana Giri.
□ Kulitnya daripada tembaga dan uratnya itu pun kawat dan tulangnya besi.
□ Ia pun segera berangkat serta memakai pakaian yang indah-indah.
□ Segala rakyat dewa mambang itu berjalan di udara seperti burung berkawan-kawan.
□ Maka segala tunggul panji-panji itu pun berkibar-kibaranlah.
9. Ubahlah paragraf berikut menjadi paragraf dengan bahasa yang lebih populer!
Setelah Raja Wirandana Giri mendengar sembah Gardana Lela itu maka ia pun segera berangkat serta memakai pakaian yang indah-indah dan kenaikannya garuda berkepalakan buta.
Adapun namanya garuda itu Paksi Denawa.
Maka setelah itu Raja Wirandana Giri itu pun diiringkan oleh segala raja-raja dan Menteri hulubalang serta rakyat sekalian.
Adapun yang berjalan dahulu itu Raja Gardana Lela serta empat puluh menteri hulubalang daripada Dewa Mambang.
Dan yang di kanan baginda itu Raja Lindu Singara serta empat puluh menteri hulubalangnya dari para raksasa.
Dan di kiri baginda itu Raja Lindu Kuwaca serta Menteri hulubalang.
Dan yang di belakang baginda itu Raja Wirangga Danu serta menteri hulubalang.
Maka masing-masing dengan kelengkapannya.
10. Buatlah sebuah cerita pendek yang terinspirasi dari nilai yang terdapat pada Hikayat Panca Logam!
Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 SMP English for Nusantara Chapter 1 - About Me
Baca juga: Simak Kunci Jawaban Matematika Kelas 8 Kurikulum Merdeka: Perkalian Bentuk Akar Halaman 31
Berikut Jawaban dari Soal Uji Kompetensi Bab 3 Halaman 112-119
1. E. kita harus peduli kepada fakir miskin
2. D. hiperbola
3. C. Simile
4. Kemungkinan jawaban: Memperlakukan secara hati-hati.
Penuh perhatian
5. C. b-d-a-c
6. A-b
B-d
C-c
D-e
7. B. Jangan pernah melupakan guru meskipun kita sudah menjadi orang yang berhasil.
8. □ Ada suatu raja pada bukit Panca Logam bernama Maharaja Wirandana Giri.
√ Kulitnya daripada tembaga dan uratnya itu pun kawat dan tulangnya besi.
□ Ia pun segera berangkat serta memakai pakaian yang indahindah.
√ Segala rakyat dewa mambang itu berjalan di udara seperti burung berkawan-kawan.
□ Maka segala tunggul panji-panji itu pun berkibar-kibaranlah.
9. Kemungkinan jawaban:
Setelah Raja Wirandana Giri mendengar laporan dari Gardana Lela, ia segera berangkat dan memakai pakaian yang indah-indah.
Ia mengendarai garuda berkepalakan buta bernama Paksi Denawa.
Seluruh raja, menteri hulubalang, dan rakyat berbaris mengikuti Raja Wiranda Giri.
Raja Gardana Lela berjalan di belakang Raja Wiranda Giri diikuti empat puluh menteri hulubalang Dewa Mambang.
Di sebelah kanan ada Raja Lindu Singara beserta empat puluh menteri hulubalangnya dari para raksasa.
Sedangkan di sebelah kiri ada Raja Lindu Kuwaca beserta menteri hulubalang.
Di belakang ada Raja Wirangga Danu beserta menteri hulubalang.
10. Sesuai jawaban peserta didik.
Kata kuncinya adalah kesesuaian nilai yang diangkat dengan nilai yang terdapat pada cerpen yang dibuat.
*) Disclaimer:
- Artikel ini hanya ditujukan kepada orangtua untuk memandu proses belajar anak.
- Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa.
- Soal bersifat pilihan ganda dan uraian, artinya jawaban bisa berbeda.
(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Slamet Riyadi/Pradana Heta Bakti)
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News
Sumber: TribunWow.com
Kunci Jawaban Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka Soal Bab 1 Halaman 52-55 |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka, Bab 6 Halaman 239 |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka, Soal Bab 3 Halaman 86 |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka Soal Bab 3 Halaman 98 |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka Soal Bab 2 Halaman 62. |
![]() |
---|