Breaking News:

Perang Israel Vs Hamas

Taktik Licik Israel dengan Dalih Perintah Evakuasi Disebut Sebabkan Depopulasi secara Massal

Israel memainkan taktik licik dengan perintah evakuasi sebagai pembenaran kekejamannya dengan memberikan arahan palsu dan menewaskan ribuan warga.

|
bloombergtv.bg
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerang infrastruktur Hizbullah di seluruh Lebanon selatan. Israel disebut memainkan taktik licik dengan perintah evakuasi sebagai pembenaran kekejamannya dengan memberikan arahan palsu dan menewaskan ribuan warga. 

TRIBUNWOW.COM - Perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh Israel di Lebanon, yang seharusnya bertujuan untuk melindungi warga sipil, secara umum dianggap sebagai strategi pembersihan etnis, yang memaksa penduduk melarikan diri di bawah ancaman yang tidak jelas dan membingungkan.

Dilansir Tribunwow.com dari english.almayadeen, warga Lebanon hidup dalam ketakutan terus-menerus, terpaku pada ponsel tiap malam untuk menunggu perintah evakuasi terbaru dari juru bicara pasukan pendudukan Israel, Avichay Adraee.

Pengumuman ini menentukan apakah rumah mereka akan dibom malam itu atau tidak, yang membuat mereka cemas setiap malam, menelusuri media sosial untuk memastikan rumah mereka tidak menjadi target berikutnya.

Baca juga: Bukannya Berhenti setelah Dirudal Iran, Israel Lanjut Serang Lebanon, 6 Orang Tewas di Beirut

Militer Israel telah mengeluarkan banyak perintah evakuasi di Lebanon, kadang hingga mencapai enam peringatan dalam dua jam.

Akan tetapi makin lama, peringatan tersebut sering mencakup peta yang tidak jelas, menandai seluruh area sipil untuk dibom.

Meskipun Israel mengklaim Hizbullah beroperasi di zona tersebut, kenyataannya mayoritas korban adalah warga sipil yang tidak memiliki tempat aman atau memilih untuk untuk tidak meninggalkan rumah mereka. 

Puluhan Warga Mengungsi

Pada tanggal 2 Oktober, pasukan pendudukan Israel (IOF) memerintahkan warga sipil di dua desa di Lebanon selatan untuk segera mengungsi, dengan alasan aktivitas Hizbullah di daerah tersebut.

“Aktivitas Hizbullah memaksa IDF untuk bertindak melawannya. IDF tidak ingin menyakiti Anda,”  ungkap Avichay Adraee mengumumkan melalui X.

“Demi keselamatan Anda, Anda harus segera mengungsi dari rumah. Siapa pun yang berada di dekat operasi Hizbullah, fasilitas mereka, atau senjata mereka akan membahayakan diri mereka sendiri.”

Perintah evakuasi  di atas biasanya diunggah di media sosial, yang kebanyakan sulit diakses banyak warga sipil, terutama tanpa koneksi internet yang baik.

Waktu evakuasi seringkali sangat singkat, hanya 30 menit atau kurang dari itu. Militer Israel mengharapkan seluruh desa mengungsi dengan sedikit waktu persiapan dan tanpa jaminan keselamatan di tempat tujuan. 

Hal tersebut membuktikan bahwa Israel sebenarnya tidak pernah peduli soal keselamatan warga sipil, yang dia pedulikan hanyalah bagaimana bisa memberantas musuh. 

Baca juga: Kilas Peristiwa: Mengintip Daftar Negara yang Pernah Serang Israel, Zionis Hampir Kalah

Bisakah Warga Sipil Lebanon Percaya Perintah Evakuasi Israel?

Jawabannya adalah sama sekali tidak.

Militer Israel memiliki sejarah menyesatkan warga sipil dengan perintah evakuasi, menyerang wilayah di luar area yang ditentukan.

Insiden ini bukan yang pertama.

Di Gaza, militer Israel menggunakan taktik serupa selama genosida yang sedang berlangsung.

Pada Oktober 2023, Israel mengumumkan beberapa wilayah sebagai "zona aman" dan mendorong warga sipil untuk pindah ke sana, tetapi tetap membombardir area tersebut setelah warga Palestina tiba.

Menurut PBB pada Juli 2024, hanya sekitar seperdelapan wilayah Gaza yang tidak berada di bawah perintah evakuasi, menjadikannya perangkap maut bagi mereka yang mencari tempat aman.

Zona al-Mawasi dan Khan Younis, yang disebut "aman," menjadi ladang pembantaian dengan lebih dari 10 serangan terhadap warga sipil yang dipindahkan ke sana dengan alasan palsu.

Taktik Pembersihan Etnis Massal

Perintah evakuasi “Israel” disebut bukanlah tentang melindungi warga sipil.

Ini adalah taktik pembersihan etnis yang bersih, jelas, dan sederhana.

Mereka memberikan kedok legalitas sebagai sebuah dalih untuk mengalihkan kesalahan pada warga sipil yang tetap tinggal, sementara “Israel” membabat habis seluruh populasi dan meratakan lingkungan.

Hukum internasional sangat tegas dan jelas mengenai hal ini: "Menargetkan warga sipil dan gagal membedakan antara wilayah militer dan sipil adalah kejahatan perang."

Tindakan “Israel” dengan mengebom daerah padat penduduk setelah mengeluarkan perintah evakuasi yang tidak tulus dengan sedikit pemberitahuan merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum-hukum kemanusiaan. 

Baca juga: Joe Biden Tak akan Dukung Serangan Balasan Israel terhadap Rudal Iran, Benarkah?

Realitas 'Peringatan Evakuasi' Israel

Perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh "Israel" disebut sebagai lelucon yang kejam, yang dirancang lebih untuk membenarkan penghancuran daripada melindungi warga sipil.

Tujuan sebenarnya bukanlah evakuasi; melainkan depopulasi.

Dengan memaksa warga sipil keluar dari rumah mereka dan kemudian mengebom tanpa pandang bulu, "Israel" secara sistematis mengosongkan wilayah yang dianggapnya "bermasalah."

Pemerintah Israel mungkin mengklaim bahwa mereka bertindak sebagai "pembelaan diri", tetapi tindakan mereka menceritakan kisah yang berbeda, yaitu pembersihan etnis yang disengaja dengan hukuman massal.

Pada akhirnya, perintah evakuasi berfungsi bukan sebagai langkah kemanusiaan, melainkan sebagai senjata, yang dimanfaatkan sepenuhnya oleh "Israel."

Sementara itu, penduduk di Lebanon dan Gaza tetap bertahan di tanah mereka, menolak untuk diusir oleh ancaman-ancaman yang tidak berdasar.

(Magang TribunWow.com/Ni Putu Marcilla)

Baca berita menarik lainnya di Google News.

Sumber: TribunWow.com
Tags:
IsraelHizbullahLebanon
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved