Breaking News:

Terkini Nasional

Inovasi SPMT Terbukti Tokcer, Masyarakat Tak Lagi Cemas Banjir Rob Musiman di Semarang

Transformasi SPMT Branch Tanjung Emas terbukti efektif dalam menangani banjir rob langganan yang dahulu sering dirasakan masyarakat pesisir Semarang.

|
HO TribunWow.com
Potret Lining yang dibangun di salah satu dermaga yang ada di Pelabuhan Tanjung Emas untuk menahan air dari laut ketika pasang agar tidak terjadi banjir rob, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/5/2024). 

TRIBUNWOW.COM - Banjir rob di pesisir Kota Semarang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.

Satu di antaranya dahulu akrab dirasakan oleh warga kampung Margorejo Barat, Kemijen, Semarang Timur, Sudarmadi.

Mengingat, kampungnya hanya berjarak 100 meter dari pintu masuk pelabuhan Tanjung Emas.

Pria yang kesehariannya bekerja sebagai pegawai swasta itu menjelaskan bagaimana transformais penting Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT) branch Tanjung Emas dalam mengatasi banjir rob.

"Kalau Pelindo kemarin itu ada penanaman pohon, itu berdampak besar bagi masyarakat."

"Ada juga sering penanaman mangrove di daerah pesisir, termasuk di daerah saya,  itu dilakukan untuk mengantisipasi pengikisan tanah untuk antisipasi air rob itu ditanami juga mangrove, akarnya bisa menahan tanah agar tidak terkikis," jelas Sudarmadi kepada TribunWow.com, Selasa (28/5/2024).

Selain itu, Sudarmadi juga turut menceritakan kondisi tanah kelahirannya itu yang dahulu akrab dengan banjir rob yang menurutnya sudah menjadi bencana harian masyarakat pesisir Semarang,

Ia mengibaratkan, masyarakat pesisir Semarang dulu seperti berpindah kontrakan setiap 5 tahun sekali karena harus melakukan peninggian agar terhindar dari banjir rob.

Bahkan, ada juga masyarkat yang tidak mampu untuk sesegera mungkin melakukan peninggian agar bisa terhindar dari banjir rob.

Lining
Potret Lining yang ada di SPMT Tanjung Emas.

"Kalau dulu penataan belum seperti saat ini, di tempat warga itu sering kena banjir rob, dinamakan bencana tapi kok hampir setiap hari, itu sudah lama, itu di tahun 2000-an kalau tidak salah."

"Rumah sini kayak ngontrak, setiap 5 tahun sekali harus melakukan peninggian, kadang ada juga yang tidak pasti semampunya saja. Memang, hal itu sudah jadi risiko masyarakat pesisir karena tanahnya ambles dan harus melakukan pengerukan serta peninggian secara berkala," ungkapnya.

Kondisi itu berubah drastis beberapa tahun terakhir berkat adanya transformasi dan inovasi yang dilakukan oleh SPMT Branch Tanjung Emas dalam menangani banjir rob.

Sudarmadi membeberkan, inovasi dan transformasi yang telah dilakukan oleh SPMT Branch Tanjung Emas untuk atasi banjir rob di antaranya melakukan peninggian atau lining, pompanisasi, pembuatan polder hingga adanya pemecah ombak.

"Sudah bagus, beberapa tahun terakhir air rob tidak masuk ke pemukiman warga, penanganan dari SPMT Branch Tanjung Emas di antaranya ada pompanisasi dan ada juga polder."

Pipanisasi
Potret Pipanisasi Pelindo.

"Selain itu, ada juga pembuatan pemecah ombak biar gelombang itu tidak tinggi sampai ke daratan, itu berdampak juga, kalau ombak pas angin kencang gelombang tinggi bisa sampai daratan itu. Selain itu pompanisasi untuk mengupayakan air rob tidak sampai ke luar pelabuhan, jadi dibuang lagi ke laut, makanya sudah tidak banjir lagi," lanjutnya.

Lebih lanjut, Sudarmadi juga mengungkapkan kepedulian SPMT Branch Tanjung Emas terhadap udara yang bersih bagi masyarakat pesisir Semarang dengan rutin melakukan tes polusi udara.

Mengingat, ada aktivitas bongkar muat curah kering yang menimbulkan debu yang bisa mengakibatkan polusi udara dan berdampak pada masyarakat sekitar.

Begitu pun ketika melakukan kegiatan bongkar muat curah cair yang sudah dilakukan dengan sangat baik sehingga jika pun tumpah tidak sampai melebar kemana-mana, termasuk ke area laut dekat dengan pemukiman masyarakat.

"Kalau polusi udara debunya biasa tidak ada faktor yang berisiko, debunya tidak pernah sampai di masyarakat meski di dalam pelabuhan lagi bongkar batu bara dsb. Untuk bongkar muat curah cair juga tidak pernah ada tumpahan yang berdampak kepada warga sekitar, alhamdulilah sejauh ini tidak pernah,'' jelas Darmadi.

Tak sekedar senantiasa memperhatikan dampak lingkungan saja, Sudarmadi mengungkapkan peran SPMT Branch Tanjung Emas yang berdampak besar kepada masyarakat pesisir melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

"Untuk warga sekitar, kalau ada pembagian sembako atau apa kita masih dilibatkan. Kita juga dapat hewan kurban juga dari SPMT Branch Tanjung Emas."

"Termasuk pengobatan gratis, klinik pemeriksaan gratis, misalkan di masing-masing kelurahan, kan punya saya paling dekat dengan pelabuhan, itu juga mendapatkan cek kesehatan gratis, kemarin ada khitan gratis juga," ungkapnya.

Lebih lanjut, Sudarmadi juga mengungkapkan tentang pendekatan lebih SPMT Branch Tanjung Emas kepada para masyarakat terutama yang berprofesi sebagai nelayan di sekitar area pelabuhan.

Mulai dari pemberian bantuan modal untuk membeli perlengkapan nelayan hingga turut dibuatkan sentra industri ikan Mangut tepatnya di Kampung Panggang, Kelurahan Bandaharjo, Semarang Utara.

"Nelayan banyak terima bantuan pelindo, malah lebih diprioritaskan, sering dapat bantuan. Misalkan ada, difasilitasi dibikinkan pembinaan, bagaimana cara melakukan pengolahan yang baik, hasilnya bisa mahal."

"Seperti ikan asap itu pembinaan dari pelindo, dibikinkan tempat juga seperti pasar seperti sendral industri itu juga dibikinkan pelindo untuk pengembangan Kampung Panggang nelayan sentra industri ikan manyung, itu yang bikinkan pelindo," pungkasnya.

Komitmen SPMT Tanjung Emas Jaga Lingkungan dan Keselamatan Kerja

Deputi Branch Manager Subholding Pelindo Multi Terminal Tanjung emas, Joko Sasmito menjelaskan tentang komitmen SPMT dalam merawat lingkungan pelabuhan dan area sekitarnya.

Mengingat, hal itu merupakan bentuk realisasi 6 pilar yang menjadi tonggak kinerja SPMT Tanjung Emas dalam melakukan program maupun aktivitas baik di dalam maupun luar pelabuhan.

Keenam pilar tersebut di antaranya adalah Proses, Teknologi, Equipment, Health Service Security Environment (HSSE), Infrastruktur dan juga Sumber Daya Manusia (SDM).

Di mana, keenam pilar itu saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan.

Terkhusus untuk ikhtiar jaga dan rawat lingkungan di area dermaga serta meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja, satu di antara transformasi yang dilakukan dengan melakukan pembaruan infrastruktur vital dengan menyesuaikan teknologi terkini.

Seperti halnya memasang sistem flip barrier otomatic yang terpasang di area-area sebelum masuk dermaga Tanjung Emas.

Di mana, hanya pengguna jasa yang memiliki Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang dapat melakukan tap barcode pada flip barrier otomatic.

Langkah itu dilakukan guna mensterilkan area dermaga dari orang-orang yang tidak berkepentingan yang bisa menganggu jalannya aktivitas.

Bahkan bisa saja melakukan perusakan lingkungan laut dengan membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya.

"Pertama, Infrastruktrur, itu kan dulunya masih pakai manual jadi nunjukkin SPMK sebelum adanya tranformasi. Ketika transformasi, kita pakainya barcode untuk flip barrier otomatic. Itu bisa dibuka oleh pengguna jasa sesudah mengantongi job slip atau SPMK, di setiap dermaga ada."

"Sopirnya tinggal menempelkan saja ke tap, flip barrier bakal buka dengan sendirinya. Tujuannya untuk mensterilkan area dermaga dari orang-orang yang tidak berkepentingan," jelas Joko Sasmito kepada TribunWow.com, Selasa (14/5/2024).

Selain itu, untuk lebih memastikan standar keamanan diberlakukan oleh semua pihak berkepentingan, SPMT juga turut melakukan perjanjian kerjasama dengan para pengguna jasa.

Perjanjian itu berupa persetujuan mengenai aturan bersama wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) saat berada di lingkungan kerja area pelabuhan.

Guna mengantispasi bahaya yang bisa kapan terjadi yang bisa mengakibatkan korban jiwa atau kecelakaan parah.

"Kami di komersial juga membuat perjanjian kerjasama dengan pengguna jasa, itu sudah mencakup klausul HSSE juga, orang-orang yang bekerja masuk di pelabuhan harus memahami resikonya, memakai APD helm rompi dan yang bertanggung jawab disitu pengguna jasa tersebut. Bila ada insiden atau accident karena tidak mematuhi perlengkapan safety bukan tanggung jawab dari Pelindo," ungkap Joko.

Lebih lanjut, dalam ikhtiarnya menjaga lingkungan demi keamanan dan kenyamanan baik internal maupun eksternal (masyaraka-red), SPMT Tanjung Emas juga melakukan terobosan-terobosan dengan memanfaatkan teknologi terkini untuk melakukan pengawasan seluruh area pelabuhan.

Pengawasan melalui Closed Circuit Television (CCTV) yang di pasang di semua objek vital dermaga yang dipantau dalam satu ruangan yakni Planing and Control (PnC).

Kegiatan itu berada di bawah kontrol sub holding traffic management.

"Ditambahkan lagi ada patroli digital, di trafic manajemen itu ada CCTV untuk keselamatan beberapa dermaga ada anounce secara kontinuitas kepada pengguna jasa untuk menyampaikan keselamatan kerja, menggunakan APD dan patroli secara digital, pemasangan cctv di berbagai tempat," bebernya. 

SPV SPMT Branch Tanjung Emas di bidang perencanaan dan pengendalian, Faisol Ali Ahmad juga turut menjelaskan lebih lanjut mengenai program-program yang sudah dilakukan berkaitan dengan lingkungan eksternal pelabuhan atau masyarakat sekitar.

Faisol mengungkapkan, sejauh ini, SPMT Branch Tanjung Emas belum pernah mendapatkan komplain terkait dengan kegiatan yang dilakukan.

Akan tetapi, masyarakat justru terbantu dengan adanya beberapa program yang dilakukan oleh Corporate Social Responsibility (CSR) SPMT Branch Tanjung Emas.

Seperti halnya pembagian sembako, cek kesehatan, serta ada pendampingan sentra usaha bagi para nelayan di sekitar pelabuhan.

"Kalau lingkungan selama ini kita tidak pernah ada komplain, kalau terkait kegiatan bakti sosial masyarakat kita melakukan CSR, kemarin lebaran kita bagi sembako di masyarakat sekitar pelabuhan, cek kesehatan, dan ada juga pendampingan sentra usaha bagi para nelayan," jelas Faisol.

Tak hanya itu, dalam ikhtiarnya menjaga lingkungan sekitar dari abrasi atau pengikisan tanah dan banjir rob yang dahulu sering terjadi.

"Sering juga melakukan penanaman mangrove di sekeliling pelabuhan agar tidak terjadi pengikisan tanah di area pesisir yang bisa berdampak pada banjir rob," ungkapnya.

Bukan sekedar melakukan penanaman mangrove, upaya preventif lain yang dilakukan SPMT Branch Tanjung Emas agar tidak terjadi banjir rob yakni dengan menggunakan sistem teknologi Polder yang dibuat dari Belanda dan juga melakukan pompanisasi, drainase serta membuat kolam retensi.

Langkah itu terbukti efektif menahan air yang semakin tinggi ketimbang daratan dalam skala waktu jangka pendek seraya melakukan beberapa peninggian secara bertahap.

"Semarang terkenal rob, artinya pada saat rob akan membuat tidak nyaman para pengguna jasa, land subsidence di Semarang 10-12 cm per tahun, belum akibat global warming. Jadi laut itu semakin tahun semakin tinggi dari daratan kita, untuk antisipasi hal itu langkah jangka panjang yang dilakukan dengan pembangunan lining dermaga yang baru selesai dikerjakan meski belum semua."

"Dan antisipasi di beberapa dermaga yang belum, terutama untuk jangka temporary, kita gunakan Polder teknologi yang dibuat Belanda, menyediakan 65 pompa, drainase dan penggunaan kolam retensi."

"Itu dilakukan untuk mencegah air laut masuk ke laut dengan tembok, terus air yang masuk itu di masukkan ke saluran (drainase) dengan pompa yang kemudian dimasukkan ke dalam kolam retensi kemudian dibuang lagi ke laut. Itu sifatnya temporary dan terbukti efektif untuk menunda," bebernya.

Sementara itu, untuk langkah mitigasi SPMT Branch Tanjung Emas dalam melakukan aktivias bongkar curah cair dengan memasang oil bloom dan skimmer.

Hal itu dilakukan guna mengantisipasi adanya tumpahan atau kebocoran yang bisa terjadi saat proses pembongkaran curah cair yang bisa berdampak pada pencemaran air laut.

"Oil boom merupakan langkah-langkah kita untuk menjaga lingkungan karena dapat mencegah curah cair yang tumpah tidak menyebar, lalu disedot menggunakan skimmer untuk kembali sterilkan area tempat tumpahan itu tadi terjadi," bebernya.

Dan untuk langkah antisipasi polusi atau debu yang dihasilkan dari aktivitas bongkar muat batu bara, kayu log, dan muatan lain juga sudah dimitigasi dengan pengecekan berkala enam bulan sekali terkait polusi udara hingga uji kebisingan.

"Ada juga uji polusi udara selama enam bulan sekali serta uji kebisingan," pungkasnya.

(TribunWow.com/Adi Manggala S)

Tags:
Terkini NasionalBanjir RobSubholding Pelindo Multi TerminalSemarangTanjung Emas
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved