Breaking News:

Gen Z dan Milenial Tak Perlu Takut Beli Rumah, Punya Hunian Impian Kini Tak Lagi Sebatas Angan-angan

Gen Z dan Milenial punya tantangan berat dalam memiliki hunian impian, seperti gaji yang pas-pasan hingga takut menyicil angsuran bertahun-tahun.

Penulis: Vintoko
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Tribunnews/JEPRIMA
Pekerja saat menyelesaikan proyek pembangunan perumahan bersubsidi di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/2/2021). PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) terbukti terus menunjukkan komitmen dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara dengan menjadi bank penyalur KPR terbesar di Indonesia. Selama 47 tahun menyalurkan KPR, BTN telah mewujudkan impian sekitar 5,6 juta masyarakat Indonesia beserta keluarganya memiliki hunian yang layak dengan nilai pembiayaan sekitar Rp 470 t 

TRIBUNWOW.COM - Memiliki hunian yang nyaman di usia muda tentu menjadi impian banyak orang.

Namun seiring dengan bertambahnya penduduk dan terbatasnya lahan, kebutuhan akan tempat tinggal kini menjadi hal yang krusial. 

Hal inilah yang kemudian dialami oleh anak muda di Indonesia yang disebut-sebut kesulitan memiliki rumah, terutama bagi Generasi Z dan Milenial.

Dikutip dari hasil Sensus Penduduk 2020, BPS mencatat total penduduk Indonesia sebanyak 270,02 juta jiwa.

Dari total penduduk Indonesia, mayoritasnya didominasi oleh Generasi Z atau Gen Z (yang lahir pada kurun 1997-2012) dan Generasi Milenial (lahir pada kurun 1981-1996).

Proporsi Gen Z sebanyak 27,94 persen atau mencapai 75,49 juta jiwa.

Sementara Generasi Milenial sebanyak 25,87 persen atau 69,38 juta jiwa.

Angka ini menunjukkan bahwa Gen Z dan Milenial punya tantangan berat dalam memiliki hunian impian.

Ditambah lagi, harga properti yang makin melambung tinggi dan pendapatan yang pas-pasan membuat mimpi anak muda memiliki rumah menjadi hal yang sulit terwujud.

Meski demikian, banyak anak muda yang mulai sadar dengan kondisi tersebut dan sudah mengalokasikan dana untuk membeli rumah impiannya.

Beli Rumah untuk sang Ibunda

Salah satunya adalah Jovita Derbe, wanita muda asal Solo, Jawa Tengah yang kini sudah memiliki rumah sendiri melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sejak tahun 2022 lalu.

Jovita membenarkan anak muda generasi Milenial seperti dirinya memang akan sulit mendapatkan rumah jika tidak menyiapkan dana sejak awal.

"Dengan gaji-gaji yang sekarang, ditambah dengan tuntutan hidup, itu akan sulit (dapat rumah). Jadi paling mungkin dengan KPR, kalau dengan menabung juga agak susah, apalagi kalau enggak ada modal awal," kepada TribunWow.com, Sabtu (3/2/2024).

Wanita kelahiran Juni 1997 itu lantas mengungkap awal pertimbangannya saat mengambil rumah subsidi menggunakan skema cicilan KPR.

"Waktu itu kebetulan di Solo belum ada rumah tetap, jadi kami masih kontrak. Dengan pertimbangan penghasilan akhirnya memilih untuk KPR aja. Yang jelas untuk investasi juga, daripada kontrak-kontrak terus," jelas Jovita.

"Jadi ya udah KPR aja, juga buat investasi dan juga ibu kan masih di Solo juga. Jadinya memang ada kebutuhan akan rumah itu."

Akhirnya, Jovita memutuskan menggunakan KPR bersubsidi dari PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) untuk membeli hunian impiannya.

Saat itu, Jovita mengaku telah menyiapkan sejumlah dana dan syarat untuk mengajukan KPR ke Bank BTN.

Beberapa di antaranya adalah KTP, Kartu Keluarga (KK), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Slip Gaji, hingga Surat keterangan bekerja dari perusahaan.

Jovita juga membayar Down Payment (DP) kala itu sebesar Rp 14 juta dari nilai total harga rumah Rp 145 juta.

Tak membutuhkan waktu lama, pengajuan KPR Jovita di BTN akhirnya diterima dengan tenor 15 tahun.

Selain syaratnya mudah, kata Jovita, KPR di Bank BTN memiliki angsuran yang paling ringan dibanding bank yang lain.

"Memang paling murah untuk bunganya di BTN sih, daripada bank-bank lain. Bank-bank lain itu susah untuk persyaratannya, (terutama) kalau saya bekerja di luar kota," ujar wanita berusia 26 tahun itu.

Kini hunian Jovita yang berada di kawasan Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu sudah ditempati oleh sang ibu.

Sementara, Jovita bersama suaminya saat ini menetap di Purbalingga, Jawa Tengah.

Dua anak perempuan asyik bersepeda di lingkungan rumah KPR Bersubsidi BTN Syariah di Bumi Cengklik Asri 2, Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (17/2/2024).
Dua anak perempuan asyik bersepeda di lingkungan rumah KPR Bersubsidi BTN Syariah di Bumi Cengklik Asri 2, Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (17/2/2024). (TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)

Impian Punya Rumah Sendiri Terwujud

Kisah serupa diceritakan oleh Sukaria Ginting, pria asal Solo, Jawa Tengah.

Pria berusia 28 tahun itu juga telah memiliki rumah menggunakan KPR subsidi dari Bank BTN sejak 4 tahun lalu.

Sukaria menuturkan ia menggunakan program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT).

Dikutip dari laman resmi Bank BTN, BP2BT adalah program bantuan pemerintah yang diberikan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Syarat pemohonnya adalah WNI minimal berusia 21 tahun atau sudah menikah, memiliki penghasilan untuk Zona I dan II rumah tapak Rp 6 juta dan zona III Rp 6,5 juta.

Kemudian untuk pemohon dan pasangan tidak memiliki rumah, belum pernah menerima subsidi perumahan dari pemerintah, memiliki NPWP, SPT PPh orang pribadi dan NIK terdaftar di Dukcapil.

Lalu dokumen seperti KTP, kartu keluarga, NPWP, buku atau akta nikah/akta cerai untuk yang sudah bercerai hingga slip gaji 3 bulan terakhir.

Sukaria menjelaskan saat mengajukan syarat KPR di Bank BTN dirinya dipermudah sehingga dapat segera memiliki hunian impiannya.

Ia juga telah melakukan DP sebesar Rp 11 juta.

"Untuk prosesnya seolah-olah itu dibantu dan dipercepat. Jadi itu membuat saya semangat. Syarat-syarat itu lebih cepat saya kumpulkan sehingga saya cepat dapat rumah," beber Sukaria pada TribunWow.com, Sabtu.

Sukaria merasa bersyukur lantaran bisa memiliki rumah dengan kerja kerasnya di usia yang masih muda yaitu 24 tahun.

Waktu itu, Sukaria menyadari gajinya yang terbatas akan sulit mendapatkan rumah.

Namun berkat KPR dari BTN, mimpi Sukaria memiliki rumah impian akhirnya terwujud.

Meski harus membayar angsuran Rp 1 jutaan per bulannya selama 15 tahun, Sukaria tidak mempersoalkannya.

Kini ia dan sang istri bisa menetap dengan nyaman di rumahnya yang berada di Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Menurutnya, banyak teman sebayanya yang termasuk generasi Milenial masih belum memiliki rumah karena berbagai alasan.

"Generasi seumuran saya itu jarang ambil rumah seperti saya. Saya kira teman saya sudah punya rumah, ternyata kontrak," ujar pria kelahiran Mei 1995 tersebut.

"Mereka enggan untuk mengambil rumah karena berpikir jangka panjang, karena akan mengangsur dalam jangka waktu lama. Tapi tidak memikirkan manfaatnya jangka ke depan."

Saat ini, Sukaria dapat menikmati usahanya yang berbuah manis yakni memiliki rumah sendiri.

"Kita investasi untuk diri kita sendiri. Karena kita bukan pewaris orang tua yang harus kita tunggu-tunggu. Jadi kalau memang bisa untuk melangkah lebih dahulu, kita kerjakan dan akan sangat menyenangkan memiliki rumah sendiri, sangat bahagia," ucapnya semringah.

Sukaria juga menyoroti gaya hidup anak muda zaman sekarang yang hanya mementingkan gengsi semata.

"Anak-anak muda sekarang lebih mementingkan apa yang membuat dia senang, daripada apa manfaat yang akan menjadikan dia lebih nyaman di masa depan," jelas dia.

Ia menambahkan, anak-anak muda perlu memiliki daya juang dan niat untuk bisa memiliki rumah sendiri.

"Kita anak-anak muda harus punya daya juang untuk bisa memiliki rumah sendiri. Tanpa harus menunggu warisan dari orangtua, tanpa harus menunggu bantuan dari keluarga."

"Kita bisa melangkah kok, dengan tabungan sekecil apapun, kalau kita memulainya dengan niat pasti bisa," pungkasnya.

Seorang pekerja bangunan sedang memotong keramik di perumahan KPR Bersubsidi BTN Syariah di Bumi Cengklik Asri 2, Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Sabtu (17/2/2024).
Seorang pekerja bangunan sedang memotong keramik di perumahan KPR Bersubsidi BTN Syariah di Bumi Cengklik Asri 2, Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Sabtu (17/2/2024). (TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)

Gen Z dan Milenial Susah Punya Rumah?

Ketakutan menyicil rumah bertahun-tahun menjadi satu di antara alasan Gen Z dan Milenial susah punya hunian.

Hal itu diungkapkan oleh Financial Planner Mike Rini dikutip dari YouTube KOMPASTV, Rabu  (7/2/2024).

Menurut Mike Rini, gaji yang pas-pasan juga menjadi halangan bagi Gen Z dan Milenial untuk membeli rumah.

Padahal, kata dia, harga rumah atau properti semakin tahun semakin mahal, terutama di kota-kota besar.

"Harga (rumah) aja sudah miliaran, gajinya (Gen Z Milenial) kemudian baru mulai itu UMR misalnya, kayaknya gak kebayang gitu. Gaji yang mungkin tiga sampai lima kali lipatnya di atasnya UMR aja teman-teman Milenial sama Gen Z itu masih enggan, karena ada barrier, ada halangan," tutur Mike Rini.

Mike Rini menilai Milenial sama Gen Z punya masalah loyalitas hingga ketakutan dalam berkomitmen.

"Gen Z sama Milenial itu kalau sudah mengangkat isu loyalitas disiplin jangka panjang 30 tahun nyicil itu, kerjaan aja pindah-pindah. Bukan kepada kemampuan keuangannya, tapi lebih fear (takut) komitmen," jelas dia.

Meski demikian, Mike Rini meminta Gen Z dan Milenial untuk berani mengambil keputusan membeli rumah, terutama saat menggunakan skema cicilan KPR.

"Fear itu boleh untuk membuat kita selalu waspada, jadi tidak overconfidence. Tetapi jangan sampai (ketakutan) menghalangi kita untuk membangun aset, takut ngutang. Terlalu berani ngutang juga gak boleh, itu overconfidence, nggak ngelihat kemampuan kita."

Sebelum melakukannya, Gen Z dan Milenial juga perlu melihat kemampuan dirinya saat membeli rumah menggunakan KPR.

"Jadi yang harus dilakukan oleh Gen Z sama Milenial itu adalah mengevaluasi kemampuan membayar utang, mengevaluasi kemampuan membangun aset, dengan cara menggunakan pembiayaan dalam jangka panjang, contohnya membeli rumah," kata Mike Rini.

Ia juga mewanti-wanti agar Gen Z dan Milenial tak terjebak pada gaya hidup yang konsumtif.

Gen Z dan Milenial, kata Mike Rini, harus memiliki mindset atau cara berpikir membangun aset.

"Perlu mindset membangun aset. Kalau kita membeli rumah dengan KPR yang tadinya kita ngontrak, tidak punya aset. Sekarang dengan adanya pembiayaan, di neraca kita bagian aset tiba-tiba muncul itu kita punya aset sejumlah miliaran," ucapnya.

Mike Rini juga mengapresiasi soal adanya program KPR untuk milenial hingga beli rumah bebas pajak yang dinilai bisa membantu anak muda membeli hunian yang layak.

Diketahui, pemerintah memberikan insentif di sektor properti untuk pembelian rumah baru yang sudah dibangun.

Adapun insentif yang diberikan berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk periode November 2023 sampai dengan Desember 2024.

Ada dua fase pemberian insentif PPN gratis yaitu, pertama, PPN 100 persen untuk pembelian rumah sampai Rp 2 miliar selama periode November-Desember 2023, dan PPN 100 persen untuk pembelian rumah sampai Rp 2 miliar selama periode Januari-Juni 2024.

Kedua, untuk Juli-Desember 2024 pemerintah akan menanggung 50 persen dari PPN penjualan rumah antara Rp 2 miliar.

Selain itu, BTN termasuk satu di antara bank yang menyediakan berbagai program khusus untuk Milenial dan Gen Z untuk membeli rumah, seperti produk KPR BTN Gaess.

KPR BTN Gaess adalah program KPR tanpa uang muka dengan suku bunga yang ditawarkan mulai dari 1,99 persen untuk developer tertentu.

KPR BTN Gaess ditujukan untuk Gen Z dan Milenial dengan rentang usia mulai dari 21 tahun sampai dengan 40 tahun.

Jangka waktu yang ditawarkan pun bisa sampai 30 tahun.

47 Tahun, BTN Telah Salurkan KPR Rp 470 Triliun

Oleh karena itu, Gen Z dan Milenial kini tidak perlu terlalu khawatir dan takut dalam membeli rumah menggunakan KPR di BTN.

Pasalnya, BTN terbukti terus menunjukkan komitmen dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara dengan menjadi bank penyalur KPR terbesar di Indonesia.

Selama 47 tahun menyalurkan KPR, BTN telah mewujudkan impian sekitar 5,6 juta masyarakat Indonesia beserta keluarganya memiliki hunian yang layak dengan nilai pembiayaan sekitar Rp 470 triliun.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, perjalanan panjang BTN dalam membantu pemenuhan kebutuhan rumah di Indonesia menjadi sumber kekuatan untuk terus mendukung sektor perumahan dan menciptakan nilai tambah bagi perekonomian.

"Bank BTN memiliki momentum yang sangat baik untuk terus bertumbuh pesat dan berkelanjutan setelah berkiprah selama 47 tahun dalam membantu masyarakat Indonesia menggapai mimpi mereka untuk memiliki rumah. Tentunya, banyak pelajaran yang kami petik dalam membangun ekosistem perumahan selama ini. Hal ini menjadi bekal untuk perbaikan dalam mencapai aspirasi menjadi bank penyalur KPR terbaik di Asia Tenggara,” ujar Nixon dikutip dalam siaran persnya.

Nixon menegaskan, BTN terus berkomitmen menjadi mitra pemerintah dalam memenuhi kebutuhan rumah layak huni khususnya bagi MBR.

Komitmen ini dibuktikan perseroan dengan kontribusi yang sangat besar terhadap Program Sejuta Rumah.

Dengan lebih dari 90 persen portofolio kredit BTN berupa kredit perumahan, BTN memiliki keunggulan kompetitif di sektor pembiayaan rumah.

BTN telah menguasai sekitar 40 persen pangsa pasar KPR secara nasional dan menggerakkan 181 sub-sektor ekonomi dan lebih dari 7.000 pengembang perumahan telah bermitra dengan BTN hingga kini.

Di sektor KPR subsidi, BTN mendominasi sebesar 83 persen dan menjadi kontributor utama untuk program perumahan rakyat.

Dalam dua tahun ke depan, BTN berharap dapat membiayai 1 juta rumah subsidi.

Dengan kekuatan ini, BTN mendukung upaya pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat berpenghasilan rendah.

Sementara itu, di sektor KPR non-subsidi, BTN terus mengoptimalisasi upaya untuk membidik segmen menengah ke atas atau emerging affluent.

BTN membuka sales center di beberapa tempat dan bermitra dengan para pengembang perumahan di suburban dan perkotaan.

BTN optimistis sektor properti Indonesia akan tetap bertumbuh pesat karena rasio KPR terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih tertahan di angka 3 persen, jauh di bawah negara-negara tetangga di ASEAN.

Selain itu, masih terdapat 12,7 juta keluarga yang belum memiliki rumah dan 1,8 juta pernikahan baru setiap tahunnya.

Di samping itu, diperkirakan terdapat tambahan 77 juta orang Indonesia yang akan digolongkan sebagai segmen berpendapatan menengah pada 2025.

Hal ini ditopang pula dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai aspek. (TribunWow.com/Vintoko)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Gen ZMilenialRumahSoloKPRBTNBank Tabungan Negara (BTN)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved