Pilpres 2024
Inkonsiten Jokowi soal Netralitas saat November 2023 dan Januari 2024: Pemerintah Pusat Harus Netral
Jokowi memberikan pernyataan yang berbeda soal netralitas dalam waku dua bulan terakhir, soal presiden boleh kampanye
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) jadi sorotan setelah pernyataan presiden boleh berkampanye.
Pasalnya pernyataan tersebut sangat kontras dengan perkataan Presiden Jokowi saat November 2023 lalu.
Dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi saat itu memberikan keterangan pers setelah meninjau proyek IKN, 1 November 2023.
Baca juga: Apakah Boleh Presiden Kampanye dan Memihak Capres seperti Kata Jokowi? Cek Fakta dan Aturannya

Ia didampingi oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berbicara soal banyak hal, termasuk netralitas.
Awalnya, Jokowi berbicara soal pemindahan atribut partai di Bali.
"Saya tadi memperoleh informasi dari Gubernur Provinsi Bali, mengenai kemarin ada pemindahan atribut-atribut partai dari lokasi di mana saya datang," kata Jokowi.
"Ini perlu saya sampaikan bahwa pemerintah daerah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, pemerintah pusat semua harus netral. ASN semua harus netral, TNI semua harus netral, Polri."
Atas kasus itu, presiden lalu meminta ada koordinasi dengan pengurus partai untuk pemindahan tersebut.
Baca juga: Benarkan Ucapan Jokowi, KPU Sebut secara UU Presiden Boleh Kampanye Asal Penuhi Syarat
"Oleh sebab itu pemindahan beberapa atribut partai itu mestinya pemerintah kabupaten dan kota serta provinsi minta izin pada pengurus partai di daerah, berkomunikasi dengan pengurus partai."
"Jangan sampai nanti terjadi miskomunikasi dan menjadikan semuanya tidak baik."
Diketahui, Pemerintah pusat sebagai pemegang kekuasaan eksekutif terdiri atas presiden, wakil presiden, menteri negara, dan pejabat setingkat menteri.
Pernyataan Jokowi tersebut sangat berbeda dengan saat berada di Lanud Halim Perdana Kusuma, Rabu (24/1/2024).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut jika presiden boleh berkampanye dalam pemilu.
Di saat yang sama, Jokowi mengatakan itu di depan calon presiden Prabowo Subianto yang mendampinginya sebagai Menteri Pertahanan.
Ada pula Anggota DPR RI Meutya Hafid serta Panglima TNI Jenderal Agus Subianto.
Dikutip dari YouTube Kompas TV, awalnya Jokowi enggan berkomentar soal debat cawapres yang telah berlangsung.
Namun, saat ditanya soal sejumlah menteri yang masuk sebagai tim sukses pasangan calon tertentu, Jokowi menyebut itu adalah hak politik.
"Hak demokrasi, hak politik setiap orang," ujar Jokowi.
"Setiap menteri sama saja, yang paling penting Presiden itu boleh lo kampanye, presiden itu boleh lo memihak," tambah Jokowi.
Baca juga: Jokowi Kunjungan Kerja, Ganjar Kampanye Sama-sama di Jawa Tengah, Tak Mau Disebut Membuntuti
Presiden menjelaskan yang tak boleh dilakukan presiden dalam berkampanye.
"Yang paling penting waktu kampanye tidak boleh menggunakan fasilitas negara," katanya.
"Kita ini pejabat publik sekaligus pejabat politik, menteri juga boleh," tambah Jokowi.
Eks Wali Kota Solo itu menegaskan jika pilihan berkampanye atau tidak bagi presiden itu adalah hak setiap individu masing-masing.
"Semua itu pegangan aturan. Kalau aturan boleh, silakan, kalau aturan tidak boleh, tidak," tuturnya.
"Sudah jelas itu. Jangan presiden tidak boleh, boleh tapi kan dilakukan atau tidak dilakukan terserah individu masing-masing." (TribunWoW.com/ Tiffany Marantika)
Sumber: TribunWow.com
Sapa 3 Partai Pendukung Ganjar-Mahfud, Megawati Sebut Tak Ada Koalisi dan Oposisi: Kerjasama |
![]() |
---|
Anies Baswedan Kaget Dirinya Cetak Sejarah dengan Datang ke Agenda Penetapan Presiden Terpilih |
![]() |
---|
Momen Jokowi Kenalkan Prabowo saat Membuka World Water Forum di Depan Para Negara Delegasi |
![]() |
---|
Reaksi 2 Kepala Negara saat Prabowo Kenalkan Gibran sebagai Wakil Presiden Terpilih: Sangat Muda |
![]() |
---|
2 Faktor Penyebab Prabowo dan Megawati Tak Kunjung Bertemu seusai Pilpres 2024 Menurut Pengamat |
![]() |
---|