Semangat Hendro Didik Siswa Lewat Ekskul Robotika, Raih Penghargaan Nasional hingga Internasional
Kisah Hendro Yulius Suryo, pendidik asal Mojokerto, Jawa Timur yang berhasil mengantarkan siswanya meraih juara di tingkat internasional
Penulis: Vintoko
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - "Kalau di robotik, mereka diberikan permasalahan, mereka memecahkan permasalahan itu sendiri. Mereka membuat inovasi mereka sendiri, melihat kondisi di lapangan itu masalahnya apa, mereka mencoba memecahkan masalahnya mencari solusinya kemudian baru membuat alatnya."
Hal itu dikatakan Hendro Yulius Suryo, pendidik asal Mojokerto, Jawa Timur saat bicara soal pentingnya robotik dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Pria kelahiran 18 Mei 1985 itu sukses mengantarkan para siswanya meraih banyak penghargaan di berbagai ajang nasional hingga internasional.
Saat dihubungi TribunWow.com, Hendro menceritakan kisahnya mendidik siswanya hingga berhasil menyabet banyak juara di berbagai lomba robotik.
Berawal dari Ekskul Robotika
Kisah Hendro bermula setelah dirinya lulus dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada tahun 2006.
"Saya sempat mengajar di beberapa tempat, kemudian 2007 itu saya mendapatkan kesempatan mengajar di sekolah besar, sekolah sangat terkenal tapi muridnya sangat sedikit. Namanya SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya," kata Hendro, Sabtu (4/11/2023).
Saat bergabung, Hendro harus diperhadapkan dengan kondisi sekolah yang terancam ditutup karena jumlah muridnya yang sedikit.
"Sekolah ini mau ditutup dinas karena jumlah muridnya sangat berkurang, kelas 7 SMP itu aja hanya 6 (murid), kelas 8 (ada) 18, kelas 9 kalau nggak salah (ada) 32," kenang Hendro.
"Dinas ngomong, sekolah ini kalau tidak mencapai 20 maka (sekolah) nanti akan ditutup. Sehingga kami harus mencari murid sejumlah minimal 20."
Hendro pun harus memutar otak untuk mendapatkan murid agar sekolah itu tetap bertahan.
Berbagai cara dilakukan Hendro hingga berhasil memenuhi jumlah minimal murid tersebut.
"Alhamdulillah dapat (murid), tapi kami ini seperti sales, door to door, merayu orang tua, merayu siswa. Kami persis seperti sales," beber lulusan S1 Pendidikan Fisika itu.
Hal ini terus dilakukan Hendro, hingga pada tahun 2010 ia diamanahi menjadi wakil kepala sekolah.
Permasalahan jumlah murid tak kunjung selesai meski Hendro sudah menjadi wakil kepala sekolah.
"Kemudian (tahun) 2011, saya mulai berpikir. Sekolah ini harus punya branding, kalau nggak punya branding ya akan begini terus. Dan hasilnya juga akan sama," ujar Hendro.
Lalu, Hendro mendapatkan ide untuk membuat ekstrakurikuler atau ekskul robotika di SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya.
Ide ekskul robot itu didapatnya setelah menghadiri sebuah kontes robot yang diadakan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada tahun 2010.
Menurutnya, brand teknologi robotik dapat mendongkrak prestasi sekolah sehingga banyak siswa yang akan bergabung nantinya.
Meski tak memiliki pengalaman di bidang robotik, Hendro optimistis dapat mewujudkan ekskul robotik dengan menggandeng trainer ahli di bidangnya.
"Akhirnya saya memberanikan diri membuka ekskul dan meminta bantuan pada mahasiswa ITS Fisika saat itu untuk membantu," tutur dia.
Selepas membuka ekskul itu, Hendro pun langsung menargetkan untuk mendapat juara di lomba robotik.
Namun langkah Hendro menemui jalan terjal.
Sejumlah lomba robotik yang diikutinya kurang mendapat hasil baik.
"Di luar sana sudah bagus-bagus ternyata, kompetitornya. Akhirnya si trainer ini mundur," ucap Hendro.
Awal Keberhasilan

Tak patah semangat, Hendro lantas mencari trainer atau pelatih lagi dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) di tahun 2012.
"Saya diskusi bahwa sekolah ini ingin punya brand teknologi, sehingga semua event itu kita ingin juara. Kami akan support dari sisi program, pelatihan, pembinaan, pendanaan. Yang mentraining itu support dari sisi melatih anak-anak."
Kerja keras Hendro akhirnya berbuah manis.
Di ITS Expo tahun 2012, tim Hendro berhasil menyabet juara 1 dalam kompetisi Robot Cleaner atau robot pemungut sampah.
"Mendapat juara nasional itu langsung meledak, orangtua senang, anak-anak senang," kata dia dengan antusias.
"Akhirnya kami karena saking semangatnya, semua event robotik itu kami ikuti."
Setelah itu, Hendro berhasil mengantarkan siswanya untuk meraih gelar juara di beberapa lomba, satu di antaranya lomba di Universitas Airlangga (UNAIR) pada bulan September 2012.
Mereka juga menyabet juara lomba robotik di beberapa kota, seperti di Sidoarjo dan Bandung.
Hal ini tentu membuat semangat dan motivasi Hendro berlipat.
Hingga pada tahun 2014, Hendro memberanikan diri untuk mengikuti lomba robotik tingkat internasional di Beijing, China.
Saat itu, Hendro membuat karya inovasi robot penyiram tanaman atau yang diberi nama Loving Plant Robot.
Berkat inovasi teknologi dari robot ini, Hendro dan anak didiknya mendapatkan penghargaan special award di ajang internasional.
"Akhirnya wartawan itu datang semua, kami tidak tahu siapa yang ngabarin, karena mungkin event internasional," kata dia semangat.
Sepulang dari Beijing, mental siswa-siswa didikan Hendro mulai naik.
Sejumlah lomba di tingkat nasional berhasil dilibas oleh Hendro dan siswanya.
"Ternyata beda ya, anak-anak yang sudah ditandingkan di level internasional ke nasional. Mental bertandingnya itu lain, hampir setiap event di nasional itu kami mesti juara," ucap Hendro.
Bahkan, masalah SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya yang sebelumnya kesulitan dalam mencari murid akhirnya lambat laun dapat teratasi.

Sukses Branding Sekolah
Berkat prestasinya yang gemilang, Hendro kemudian diangkat menjadi kepala sekolah SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya di tahun 2016.
Pria yang kini berusia 38 tahun itu mengakui branding yang dilakukannya di sekolahnya akhirnya berhasil.
"Saya branding sekolah ini menjadi sekolah berbasis project. Karena saya paham bahwa anak-anak itu tidak semuanya pandai matematika, pandai logika berpikir, tapi ada yang pandai seni, pandai cerdas di alam, linguistik," ujarnya.
Hendro menuturkan, dirinya kemudian menggabungkan kurikulum Cambridge dengan kurikulum nasional di SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya.
Hingga SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya, kata Hendro, menjadi sekolah muslim di Surabaya bertaraf internasional di tahun 2017.
Dirikan Sekolah Robotik

Tak berpuas diri, Hendro yang masih bersemangat ingin mengembangkan kesuksesannya ke sekolah-sekolah lain di Indonesia.
Hendro bersama tiga rekannya lantas mendirikan lembaga sekolah robotik secara independen bernama AWG (Adicita Wiraya Guna) Robotic Course di tahun 2017.
"Saya berpikir kalau kita membuat ekskul robot saja, maka Al Azhar aja. Tapi kalau kita buat sekolah robotnya kan bisa berkontribusi untuk banyak orang," kata Hendro.
Berkat kerja kerasnya, AWG Robotic Course berhasil meraih beberapa prestasi yang membanggakan dan menarik banyak sekolah untuk menjalin kerjasama.
Tercatat sudah ada lebih dari 20 sekolah dari Surabaya, Jombang, Sidoarjo, Pasuruan, Makassar, Palu hingga Sorong yang bekerja sama dengan AWG Robotic Course.
Saat itu juga sudah ada 300-an anak yang tercatat menjadi murid AWG Robotic Course.
Raih Penghargaan SATU Indonesia Awards 2019

Jalan panjang Hendro itu akhirnya membawanya mengikuti Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards (SIA) sekitar bulan Juni 2019.
Saat mendaftarkan dirinya, Hendro mengaku tak berekspektasi menjadi juara.
Pasalnya, di tahun sebelumnya yakni pada 2018, Hendro juga sempat mendaftar SIA dengan mengusung aplikasi yang bernama YukBelajar.
Namun, aplikasi buatan Hendro itu hanya sampai di tingkat provinsi dan gagal melaju ke jenjang nasional.
Hingga pada akhirnya, Hendro kembali mencoba mendaftar ke SIA dengan robotiknya.
"Saya tidak punya ekspektasi apa-apa, lolos enggaknya. Tapi kemudian dapat kabar lolos ke Jakarta," jelas Hendro.
Setelah dinyatakan lolos, Hendro lalu presentasi di hadapan para juri.
Saat itu, Hendro ditanya para juri alasan peringkat pendidikan Indonesia selalu di bawah meski ia selalu berhasil membawa siswa-siswanya menjadi juara di tingkat nasional hingga internasional.
"Saya bilang gini, selama Ujian Nasional itu masih ada, Indonesia tidak akan bisa naik kualitas pendidikannya."
"Kenapa? Karena ujian nasional itu ujiannya hanya memilih jawaban yang benar, itu sama sekali tidak berlatih berpikir pemecahan masalah dan by project."
"Kalau di robotik, mereka diberikan permasalahan, mereka memecahkan permasalahan itu sendiri. Mereka membuat inovasi mereka sendiri, melihat kondisi di lapangan itu masalahnya apa, mereka mencoba memecahkan masalahnya mencari solusinya kemudian baru membuat alatnya," tegas Hendro kala memberikan jawabannya.
Menurut Hendro, keterampilan berpikir seperti itu perlu diajarkan dan dilatih sejak dini.
Sehingga, siswa nantinya bisa memiliki keterampilan berpikir yang baik dan matang saat dewasa.
Hendro akhirnya berhasil menerima penghargaan SATU Indonesia Awards 2019 di bidang teknologi.
"Saya diumumkan juara karena berhasil menjuarakan anak-anak meningkatkan literasi, numerasi, keterampilan berpikir, teknologi sejak dini," pungkas Hendro. (TribunWow.com/Vintoko)
Sumber: TribunWow.com
Kunci Jawaban Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka, Soal Bab 4 Halaman 222-226 |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Jawa Tengah Hari Ini Jumat 15 Agustus 2025: Boyolali, Kebumen, Semarang, Pati, Kudus |
![]() |
---|
Intip Prakiraan Cuaca Jawa Timur pada Hari Ini Jumat 15 Agustus 2025: Lumajang Hujan Ringan |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka, Soal Bab 3 Halaman 150-154 |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Jawa Barat Besok Jumat 15 Agustus 2025: 3 Daerah Hujan Ringan, Bogor hingga Sukabumi |
![]() |
---|