Terkini Daerah
Perampok Rumdin Wali Kota Blitar Ternyata Penjahat Tulen, Bentuk Komplotan saat Bertemu di Penjara
Tiga dari lima perampok rumah dinas Wali Kota Blitar, Jawa Timur berhasil ditangkap pihak kepolisian.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Polisi telah berhasil meringkus tiga dari lima orang pelaku yang nekat merampok rumah dinas Wali Kota Blitar, Santoso, di Jalan Sudanco Supriyadi, Blitar, Jawa Timur, Kamis (12/1/2023).
Dilansir TribunWow.com, para pelaku ternyata adalah residivis yang telah beberapa kali keluar masuk penjara.
Bahkan komplotan kriminal tersebut juga terbentuk setelah otak pelaku, MT (54) berkenalan dengan rekan sesama napi, ASM (54), di Lapas Sleman, Yogyakarta.
Baca juga: Wali Kota Blitar Dirampok, sempat Diancam dan Disekap di Rumah Dinas, Pelaku Gondol Uang Rp 400 Juta
Kanit III Subdit III Jatanras Dirreskrimum Polda Jatim Kompol Trie Sis Biantoro menuturkan bergabungnya komplotan tersebut berawal dari gagasan MT.
Kesepakatan muncul saat MT bertemu dengan ASM yang sama-sama ditahan karena kasus narkotika, di Lapas Sleman pada tahun 2007-2008.
Selama menjalani hukuman, MT dan ASM juga berkenalan dengan AJ, OS, dan MA yang kemudian menjadi anggota kelompok mereka.
"Iya otaknya MT, dan berkenalan ASM. Mereka sama-sama tahanan narkotika ketemu di lapas. Lalu pada tahun 2007 atau 2008. Setelah keluar 2010, lalu mulai ngerampok rampok gitu. Langsung 5 orang itu langsung menjadi satu tim komplotan," ungkap Trie Sis Biantoro dikutip TribunJatim.com, Jumat (13/1/2023).
"Mereka kerap keluar masuk penjara. Kecenderungannya memiliki keberanian untuk melakukan perampokan. Mereka residivis berbagai wilayah di Papua. Ya berani berdasarkan pengalaman."

Baca juga: Fakta-fakta Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Dikira Orang Gila hingga Ciri-ciri Pelaku Bocor
Ditemui di Mapolda Jatim, Kamis (12/1/2023), Direktur Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Totok Suharyanto, membeberkan sosok para pelaku.
Rupanya, MT sudah dikenal malang melintang di dunia kriminal.
Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, yang menetap di Bekasi tersebut telah lima kali keluar masuk penjara.
"Ini sudah lima kali menjalani hukuman sejak 2008,2012, 2017, 2019, terakhir 2020 di Madiun. Rencana kita akan telusuri pendalaman terhadap proses ini seluruhnya," ungkap Totok dikutip TribunJatim.com.
Setelah berhasil menggasak uang lebih dari Rp 400 juta dan sejumlah perhiasan, MT diketahui mendapat bagian terbesar.
Dari total hasil rampokan Rp 480 juta, ia mendapar Rp 140 juta dan tiga jam tangan milik korban.
"Yang (mendapat bagian -red) paling besar adalah MT, karena sebagian otak untuk melakukan aksi Pasal 365, termasuk merancang, termasuk yang menyiapkan pakaian termasuk yang beli Innova. Sisanya Rp100 juta, Rp115, dan Rp125 juta."
Pelaku kedua yang berhasil dibekuk adalah ASM, warga Bandar Lampung, pelaku spesialis pembongkaran brankas yang sempat dipenjara 3 kali.
Pada perampokan di Blitar, ASM memiliki tugas melumpuhkan seorang Satpol PP penjaga rumah.
"Tersangka ASM ini pernah menjalani hukuman 3 kali, yang pertama 2017 di Lapas Jayapura, 2019 di Lapas Sragen, 2020 di Madiun," terang Totok.
Kemudian, tersangka ketiga adalah AJ (57) asal Jombang, Jawa Timur yang bertugas mengikat petugas Satpol PP di rumah wali kota.
AJ merupakan pelaku spesialis bajing loncat yang sudah 3 kali masuk penjara.
"AJ ini juga pernah melakukan proses hukum 3 kali. 2004 di Lapas Sidoarjo, 2016 di Lapas Gresik, dan 2019 di Lapas Demak," terang Totok.
Baca juga: Kesaksian Wali Kota Blitar yang Dirampok, CCTV Rekam Ada Orang Bukakan Pintu Gerbang untuk Pelaku
Kronologi kejadian bermula pada dini hari, di mana lima orang masuk dari pintu samping setelah berhasil melumpuhkan tiga penjaga yang merupakan anggota Satpol PP.
Para perampok lantas mengancam dengan senjata tajam dan sempat menyekap Santoso, istrinya, Fenti Wulandari.
"Iya. Pelaku menyekap dan mengancam Bapak Wali dan Ibu. Diancam karena diminta menunjukkan tempat barang berharga," kata Kepala Polres Blitar Kota AKBP Argowiyono dikutip Kompas.com, Senin (12/12/2022).
Saat melakukan aksinya, para perampok tersebut mengikat korban dengan tali.
Adapun meski seluruh korban tak mengalami luka, namun para pelaku berhasil mengambil perhiasan dan uang milik keluarga Santoso.
"Uang cash dan perhiasan milik Bu Wali. Nilai uang cash kurang lebih Rp 400 juta," terang Argo.

Dikutip Tribunnews.com, Argo mengatakan bahwa para pelaku merusak CCTV dan mengambil decoder CCTV tersebut agar tidak mudah di lacak.
Namun, polisi berhasil mendapat informasi mengenai kendaraan pelaku dari CCTV yang berada di jalan.
Anehnya, para pelaku menggunakan mobil dengan pelat merah yang menandakan kendaraan yang dipakai aparatur sipil.
"Memang yang tampak selintas di CCTV di jalan depan rumah dinas memang menggunakan pelat merah. Tapi pelat merah ini bisa juga pengalihan, belum tentu sebenarnya," kata Argo.
Dari keterangan saksi yang melihat samar-samar jenis minibus antara Innova atau Avanza. Kami masih mendalaminya," lanjutnya.
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Dirmanto menjelaskan ciri-ciri pelaku yang didapat dari kesaksian para korban.
Para perampok di rumah dinas Wali Kota Blitar tersebut diklaim menggunakan logat bahasa Indonesia yang mengindikasikan mereka bukan warga Jawa Timur.
Selain itu, mereka juga memakai topi berwarna hijau saat beraksi dan berambut cepak.
Seorang pelaku diketahui memakai jaket warna krem dengan lambang bendera merah putih pada salah satu bagian sudutnya.
"Ciri pelaku menggunakan topi warna hijau, rambut cepak dan logat bahasa Indonesia. Salah satu saksi sempat melihat salah satu pelaku menggunakan jaket warna krem dengan lambang bendera Indonesia," kata Dirmanto.
"Para pelaku menggunakan mobil jenis Innova warna hitam pelat merah, diduga nopol palsu," tandasnya.
Hingga saat ini, pihak kepolisian Blitar dan Jawa Timur tengah mengerahkan personelnya untuk melacak pelaku perampokan nekat tersebut. (TribunWow.com/Via)