Konflik Rusia Vs Ukraina
Kadyrov Sebut Bantuan Barat ke Ukraina Praktik Pencucian Uang: Hanya 15 Persen sampai ke Lapangan
Pimpinan Chechnya Ramzan Kadyrov menilai ada transaksi tertentu di balik bantuan yang terus digelontorkan Barat ke Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
"Kami amati, Ukraina kini menerima senjata barat yang semakin baik dan bagus," ujar Lavrov.
Lavrov mengatakan, para ahli di militer telah mengusulkan untuk menyerang jalur atau rute bantuan senjata negara barat ke Ukraina.
Lavrov berharap bantuan senjata dari negara barat ke Ukraina dapat dihentikan.
Satu dari beberapa taktik yang telah dilakukan oleh Rusia di antaranya adalahmerusak infrastruktur Ukraina seperti fasilitas sumber energi.
Lavrov menekankan, Rusia akan berhasil mencapai tujuannya karena rasa sabar dan gigih yang dimiliki.
Lavrov juga menyampaikan, Rusia tidak terburu-buru untuk mencapai tujuannya di medan perang.
"Kami orang yang sabar. Kami akan melindungi rekan-rekan kami, masyarakat dan lahan yang telah dimiliki oleh Rusia sejak berabad-abad yang lalu," kata dia.
Dalam acara televisi tersebut, Lavrov juga menekankan bahwa Rusia ingin membebaskan Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhia dari pengaruh Nazi Ukraina.

Baca juga: Pria Australia Dilaporkan Tewas karena Rusia, sang Ibu: Sage Meninggal dalam Aksi Membela Ukraina
Sudah 10 bulan berlalu konflik antara Ukraina dan Rusia berlangsung sejak 24 Februari 2022.
Pada konflik yang berlangsung hampir satu tahun ini, total ada 6.884 warga sipil yang tewas dalam konflik.
Dikutip TribunWow dari aljazeera, data ini disampaikan oleh Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sejak 24 Februari 2022 hingga 26 Desember 2022, total ada 17.831 warga sipil menjadi korban perang.
Berikut detail dari 6.884 warga sipil yang tewas dalam konflik:
- 2.719 pria
- 1.832 wanita
- 391 remaja
- 38 anak-anak
- 1.904 mayat orang dewasa tak teridentifikasi
Korban jiwa dan luka-luka paling banyak berasal dari daerah Donetsk dan Luhansk.
Meskipun angka tersebut sudah tergolong tinggi, PBB menyatakan besar kemungkinan jumlah korban jiwa di lapangan jauh lebih banyak karena adanya jeda dalam laporan dari lapangan.(TribunWow.com/Via/Anung)