Bom di Bandung
2 Bom Ditemukan di Polsek Astana Anyar Bandung, Pelaku dan 1 Polisi Tewas serta 9 Orang Luka-luka
Pihak kepolisian memberikan keterangan terkait temuan dua alat peledak dan korban dari insiden
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Pengamat politik dan terorisme Al Chaidar Abdul Rahman Puteh membeberkan analisa terkait insiden bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/12/2022).
Dilansir TribunWow.com, melalui pola aksi, Al Chaidar menilai teror tersebut dilakukan oleh anggota kelompok yang berafiliasi dengan jaringan ISIS dan JAD.
Oleh sebab itu, ia menduga kuat insiden kali ini merupakan lanjutan dari kejadian serupa yang berlangsung minggu lalu di Thailand dan Pakistan.
Baca juga: Ledakan Kedua Terjadi di Polsek Astana Anyar Bandung, Ternyata Sumbernya Bukan dari Bom Bunuh Diri
"Kalau bom bunuh diri biasanya memang yang terakhir-terakhir ini dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi kepada ISIS," terang Al Chaidar dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Rabu (7/12/2022).
"Dan itu dilakukan dari rangkaian bom yang meledak minggu lalu di Pakistan dan di Thailand, kemudian rangkaiannya ke Indonesia."
Sebagai informasi, sebuah bom bunuh diri juga meledak di dalam sebuah mobil polisi di Pakistan pada Rabu (30/11/2022).
Seorang polisi dan dua warga sipil tewas sementara puluhan lainnya mengalami luka.
Sementara itu pada Selasa (6/12/2022), sebuah bom meledak di pinggir rel kereta api di Thailand selatan yang menewaksan setidaknya tiga orang.
Rangkaian teror bom tersebut, menurut Al Chaidar, diinisiasi oleh elompok yang berafiliasi pada ISIS.
Jika di Indonesia, kelompok yang dimaksud adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Kelompok JAD ini biasanya melakukan serangan dan ditujukan kepada polisi. Seringkali juga mereka selain bawa bom, juga membawa senjata tajam, pisau dapur dan sebagainya," tutur Al Chaidar.

Baca juga: Ridwan Kamil Sebut 1 Polisi Tewas dan 9 Orang Luka-luka Akibat Bom di Polsek Astana Anyar Bandung
Ia mengatakan bahwa masyarakat kini patut waspada.
Pasalnya, setelah terjadi aksi teror, maka tak jarang teror selanjutnya akan dilakukan oleh anggota keluarga pelaku yang lain.
"Pelakunya biasanya memang kalau tidak keluarga, suami istri dan anak, kadang-kadang juga wanita ataupun laki-laki. Dan biasanya kalau pelakunya laki-laki, biasanya diikuti oleh pelaku yang wanita kalau dia sudah berkeluarga," tutur Al Chaidar.
"Harus ada kewaspadaan, kemungkinan ini dilakukan juga nanti berikutnya oleh perempuan kalau dia sudah punya istri. Makanya kalau identitas sudah diketahui apakah punya istri, anak biasanya itu dilakukan secara berurutan."(TribunWow.com/Via)