Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia dan Ukraina akan Melambat Selama Musim Dingin, AS Soroti Tekad Kyiv untuk Tetap Melawan

Direktur Intelijen Nasional AS, Avril Haines, memprediksi jalannya perang Rusia dan Ukraina beberapa bulan mendatang.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
YouTube The Telegraph
Kondisi pusat perbelanjaan di Kremenchuk, Kiev/Kyiv, Ukraina yang diserang misil Rusia, pada Senin (27/6/2022). Terbaru, Direktur Intelijen Nasional AS, Avril Haines, memprediksi jalannya perang Rusia dan Ukraina beberapa bulan mendatang. 

TRIBUNWOW.COM - Laju pertempuran yang melambat di Ukraina diprediksi akan terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan.

Namun, Amerika Serikat menilai keinginan Ukraina untuk melawan Rusia sama sekali tak berkurang.

Meskipun hingga saat ini, Rusia masih terus melakukan serangan yang mengakibatkan putusnya jaringan listrik Ukraina.

Baca juga: Swiss Bekukan Rp 122 Triliun Aset Rusia Buntut Invasinya ke Ukraina, Disinyalir Masih akan Bertambah

Seperti dilaporkan Al Jazeera, Minggu (4/12/2022) Avril Haines, direktur intelijen nasional dalam pemerintahan Presiden AS Joe Biden, menduga Presiden Rusia Vladimir Putin pasti akan terkejut mengetahui militernya tidak mencapai keberhasilan lebih banyak dalam perangnya di Ukraina.

Apalagi mengingat bahwa Rusia sebelumnya merasa yakin bisa menguasai Ukraina dalam beberapa minggu setelah serangan ke Kyiv pada akhir Februari.

"Kami melihat semacam pengurangan tempo konflik dan kami berharap itu mungkin yang akan kami lihat dalam beberapa bulan mendatang," kata Haines dalam Forum Pertahanan Nasional Reagan tahunan di California.

Menurutnya, militer Ukraina dan Rusia akan berusaha untuk memperbaiki dan melengkapi pasokan untuk mempersiapkan serangan balasan setelah musim dingin, tetapi ada pertanyaan apakah Kremlin dapat mencapai tujuannya.

"Kami sebenarnya memiliki cukup banyak skeptisisme, apakah Rusia benar-benar siap untuk melakukan itu atau tidak. Saya berpikir lebih optimis untuk Ukraina dalam jangka waktu itu," katanya.

Kondisi ibu kota Ukraina, Kyiv setelah dihantam puluhan rudal Rusia pada Senin (10/10/2022) pagi.
Kondisi ibu kota Ukraina, Kyiv setelah dihantam puluhan rudal Rusia pada Senin (10/10/2022) pagi. (YouTube Al Jazeera English)

Baca juga: Serang Pembangkit Listrik, Rusia Disebut NATO Pakai Musim Dingin untuk Buat Warga Ukraina Menderita

Haines menilai, setelah hampir 9 bulan perang berlangsung, Putin mulai menyadari tantangan yang dihadapi militernya.

Meski tujuan politik Putin di Ukraina tampaknya tidak berubah, namun analis intelijen AS berpikir Putin mungkin bersedia untuk mengurangi tujuan militer jangka pendeknya untuk sementara waktu.

Hal ini dibarengi dengan gagasan bahwa Rusia mungkin akan kembali mengejar tujuan tersebut nantinya.

Dia juga mengatakan Rusia tampaknya menghabiskan persediaan militernya dengan sangat cepat.

"Itulah mengapa Anda melihat mereka pergi ke negara lain secara efektif untuk mencoba mendapatkan amunisi dan kami telah mengindikasikan bahwa amunisi presisi mereka habis lebih cepat dalam banyak hal," ungkap Haines.

"Ini benar-benar luar biasa, dan perasaan kami sendiri adalah bahwa mereka tidak mampu memproduksi sendiri apa yang mereka belanjakan pada tahap ini."

Ditanya tentang dampak serangan Rusia terhadap jaringan listrik Ukraina dan infrastruktur sipil lainnya, Haines mengatakan tujuan Moskow adalah guna menekan keinginan warga Ukraina untuk melawan.

"Saya pikir kami tidak melihat bukti bahwa tekad itu sedang dirusak pada titik ini," ungkap Haines.

Rusia juga ingin memengaruhi kapasitas Ukraina untuk menuntut keadilan terhadp perang tersebut, sementara kondisi ekonomi Kyiv telah terpukul keras.

"Ekonomi Ukraina sudah sangat menderita. (Perang) itu sangat menghancurkan."

Baca juga: 3.500 Tentara Rusia dan Keluarganya Hubungi Ukraina, Buat Skema Kelabui Putin agar Bebas dari Perang

Eks Pimpinan NATO Sebut Ukraina Bisa Menang

Eks pemimpin NATO, Anders Fogh Rasmussen, mengatakan bahwa Ukraina memiliki kesempatan menang dari Rusia.

Dilansir TribunWow.com, ia menyimpulkan hal tersebut dari efisiensi perang dan dukungan senjata dari sejumlah negara yang sangat membantu.

Mantan perdana menteri Denmark itu juga menyebut bahwa Rusia jelas melakukan kejahatan perang dan mengandalkan strategi yang kurang terorganisir.

Baca juga: Spanyol Curiga Rusia Pelaku Insiden Bom Surat, Kedutaan Ukraina Juga Dapat Kiriman Berisi Mata Hewan

Anders Fogh Rasmussen, merupakan pemimpin NATO dari periode tahun 2009 hingga 2014.

Dia saat ini adalah ketua pendiri Rasmussen Global, sebuah organisasi yang mewadahi para pemikir.

Dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, Jumat (2/12/2022), Rasmussen memberikan pandangannya terkait perang antara Rusia dan Ukraina.

Menurutnya, Ukraina bisa saja menang dari negara adidaya Rusia jika melihat dari cara cerdik mereka dalam berperang.

Ditambah lagi dengan bantuan militer dari sekutu-sekutu NATO yang berhasil digunakan secara efisien oleh tentara Ukraina.

Maka, untuk meningkatkan potensi kemenangan Ukraina, negara-negara NATO harus melakukan peningkatan pengiriman senjata ke negara tersebut.

"NATO harus meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina," kata Rasmussen.

"Ukraina telah menunjukkan efisiensi tinggi dalam penggunaan senjata yang telah mereka terima dan jika NATO dan sekutunya melanjutkan pengiriman ini, maka Ukraina benar-benar dapat memenangkan perang ini melawan pasukan militer Rusia yang tidak terorganisir, yang menggunakan peralatan militer kuno."

Ia memuji sikap yang diambil NATO dan sekutunya dalam peperangan tersebut.

Meski Ukraina bukanlah anggota sehingga NATO tak bisa ikut ambil bagian dalam perang, namun negara-negara sekutu tetap kompak memberikan bantuannya.

"Pertama, saya pikir penting untuk menekankan bahwa NATO sebagai aliansi bukan bagian dari perang ini," tutur Rasmussen.

"Kedua, saya terkesan dan puas dengan persatuan di antara sekutu NATO dalam mendukung Ukraina selama beberapa bulan terakhir. Saya pikir koordinasi mereka dalam mengirimkan bantuan militer ke Ukraina telah bekerja cukup efisien."

Kolase kerumunan warga Kherson yang ramai menyambut kedatangan tentara Ukraina setelah berhasil usir Rusia, Sabtu (12/11/2022).
Kolase kerumunan warga Kherson yang ramai menyambut kedatangan tentara Ukraina setelah berhasil usir Rusia, Sabtu (12/11/2022). (Instagram @ukraine.ua)

Baca juga: 3.500 Tentara Rusia dan Keluarganya Hubungi Ukraina, Buat Skema Kelabui Putin agar Bebas dari Perang

Rasmussen juga membantah tudingan dari Rusia yang menuduh NATO tersebut terlibat langsung dalam perang dengan mendukung Ukraina.

"Menurut hukum internasional, negara yang telah diserang oleh negara lain memiliki hak untuk membela diri dan juga meminta bantuan dari mitra dan sekutu untuk membantu dalam proses ini. Jadi Ukraina dan NATO tidak melanggar hukum," terang Rasmussen.

"Sebaliknya, Rusia melanggar hukum internasional dengan melakukan kejahatan perang dan menyerang negara lain, yang seharusnya tidak diizinkan oleh NATO dan seluruh dunia."

Sebagaimana diketahui, selama sepuluh bulan setelah perang Rusia di Ukraina, perang kata-kata antara Kremlin dan Barat terus berlanjut.

Awal pekan ini, pada pertemuan NATO di Bukares, Rumania, ketua aliansi Jens Stoltenberg menuduh Rusia menggunakan musim dingin sebagai senjata perang.

Cuaca di Ukraina mendekati titik beku, dan serangan misil Rusia terhadap infrastruktur penting telah menyebabkan jutaan orang kehilangan listrik dan air.

Di sela-sela pertemuan NATO di Rumania, menteri luar negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bahwa negaranya membutuhkan pertahanan udara (seperti IRIS, Hawks, Patriots ) serta fasilitas untuk kebutuhan energinya.

Sementara itu, menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh AS dan NATO berpartisipasi langsung dalam perang dengan memasok senjata ke Kyiv dan melatih tentara Ukraina.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait lainnya

Tags:
RusiaUkrainaVolodymyr ZelenskyVladimir PutinAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved