Konflik Rusia Vs Ukraina
Komandan Rusia Akui Kewalahan Hadapi Ukraina, Kherson Terancam Lepas dari Genggaman Putin
Komandan Rusia mengakui kesulitan mempertahankan wilayah Kherson yang hendak direbut kembali oleh Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Komandan baru pasukan Rusia di Ukraina mengatakan situasi di wilayah Kherson telah menjadi sangat sulit.
Dilansir TribunWow.com, disebutkan bahwa pasukan Ukraina telah maju dengan serangan gencar untuk merebut kembali wilayah selatan dan timur negara itu.
Sementara Rusia sedang bersiap untuk mengevakuasi warga sipil setelah berminggu-minggu mencaplok daerah tersebut.
Baca juga: Tarik Mundur Warga Sipil dari Kherson, Rusia Akui Konflik Lawan Ukraina Sedang Memanas
Dilaporkan Al Jazeera, Rabu (19/10/2022), Sergei Surovikin, seorang jenderal angkatan udara Rusia yang ditunjuk pada 10 Oktober untuk memimpin invasi, mengatakan situasi di Kherson sangat sulit bagi warga sipil dan tentara Rusia.
"Tentara Rusia di atas segalanya akan memastikan evakuasi yang aman dari penduduk Kherson," kata Surovikin kepada televisi pemerintah Rossiya 24.
"Musuh tidak mengabaikan upayanya untuk menyerang posisi pasukan Rusia," tambahnya.
Pasukan Rusia di wilayah tersebut telah didesak mundur antara 20 dan 30 kilometer dalam beberapa minggu terakhir.
Akibatnya, tentara Presiden Rusia Vladimir Putin berisiko terjepit di tepi barat sepanjang 2.200 kilometer Sungai Dnieper yang membelah Ukraina.
Surovikin mengatakan posisi Rusia di kota Kupiansk dan Lyman di Ukraina timur dan daerah Kherson utara antara Mykolaiv dan Kryvyi Rih terus-menerus diserang.
"Situasi di area ‘Operasi Militer Khusus’ dapat digambarkan sedang berada dalam ketegangan," ujar Surovikin.

Baca juga: Rusia Mulai Panik, Serukan Evakuasi di Kherson Lantaran Pasukan Ukraina Bergerak Makin Dekat
Sebagaimana diketahui, Kherson adalah salah satu dari empat provinsi Ukraina yang diduduki sebagian oleh Rusia.
Wilayah tersebut telah dianeksasi dan bisa dibilang menjadi bagian paling penting secara strategis.
Kherson mengontrol satu-satunya rute darat ke semenanjung Krimea yang direbut Rusia pada tahun 2014.
Setelah menggelar referendum pada bulan September yang menurut Ukraina dan sekutunya ilegal dan memaksa, Putin memproklamirkan pencaplokan provinsi perbatasan timur Donetsk dan Luhansk, yang bersama-sama membentuk kawasan industri yang dikenal sebagai Donbas, serta Kherson dan Zaporizhia di selatan.
Vladimir Saldo, kepala wilayah Kherson yang diangkat Kremlin, mengatakan pihak berwenang telah memutuskan untuk mengevakuasi beberapa warga sipil karena risiko serangan oleh militer Ukraina.
"Pihak Ukraina sedang membangun kekuatan untuk serangan skala besar," kata Saldo dalam sebuah pernyataan video.
"Militer Rusia sedang bersiap untuk mengusir serangan itu. Di mana militer beroperasi, tidak ada tempat bagi warga sipil. Biarkan tentara Rusia memenuhi tugasnya," tandasnya.
Baca juga: Klaim Lebih Manusiawi, Komandan Pasukan Rusia Sebut Tentara Ukraina Dipaksa Pilih Maju atau Ditembak
Cara Ukraina Rebut Kembali Wilayah Kherson
Pemerintah Ukraina menargetkan untuk merebut kembali wilayah Kherson yang kini dikuasai oleh pasukan militer Rusia.
Untuk dapat merebut kembali Kherson, pasukan militer Ukraina diketahui telah melancarkan serangan yang menargetkan jembatan di sekitar daerah tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pada Sabtu (23/7/2022) kemarin, Kemenhan Inggris melaporkan terjadi kontak senjata intensitas tinggi di dekat Kherseon.
Baca juga: VIDEO Kemenhan Rusia Klaim Hancurkan Benteng Ukraina dengan Mortir Self-Propelled 2S4
Saat ini pasukan militer Ukraina tengah berusaha menghambat rantai suplai pasukan Rusia.
Beberapa jembatan yang diserang oleh Ukraina di antaranya adalah jembatan Daryivskyi dan Antonivskyi.
Kedua jembatan tersebut diserang oleh Ukraina menggunakan senjata artileri bantuan Amerika Serikat (AS).
Pihak pemerintah Kherson pro Rusia menyampaikan, jika serangan terus dilakukan maka kedua jembatan tersebut akan hancur.
Pemerintah Inggris menyampaikan, apabila kedua jembatan tersebut hancur maka kekuatan pasukan militer Rusia di Ukraina akan menurun drastis.
Sebelum serangan dilakukan, Wakil PM Ukraina Iryna Vereshchuk telah mendesak agar warga Ukraina di Kherson segera melakukan evakuasi pergi dari kota tersebut.
Pemerintah Ukraina menyampaikan bahaya warga terjebak di dalam Kherson ketika serangan balik dilakukan oleh pasukan militer Ukraina.
Sementara itu pada Senin (18/7/2022), Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitry Kuleba mendeklarasikan bahwa negosiasi damai dengan Rusia hanya mungkin terjadi saat Rusia kalah di medan perang.
Semenjak gagalnya perundingan damai di Turki, belum ada lagi agenda besar perundingan damai yang dilakukan oleh Rusia dan Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, namun NATO justru meyakini konflik antara Rusia dan Ukraina akan berakhir lewat negosiasi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Sabtu (25/6/2022).

Baca juga: VIDEO Tentara Ukraina Terus Digempur Rusia, Sebut Bertahan Paling Lama Sebulan
"Kemungkinan besar, perang ini akan berakhir di meja negosiasi," kata Stoltenberg.
Stoltenberg menjelaskan, saat ini tanggung jawab NATO adalah untuk memastikan Ukraina memiliki posisi yang kuat saat melakukan perundingan dengan Rusia agar kedaulatan negara di Eropa tetap terjaga.
Menurut Stoltenberg, cara paling ampuh untuk membantu Ukraina adalah dengan mengirimkan bantuan militer, ekonomi, hingga sanksi terhadap musuh Ukraina yakni Rusia.
Saat ditanya kapan negosiasi damai akan terwujud, Stoltenberg menolak untuk berkomentar.
"Perdamaian selalu dapat dicapai jika Anda menyerah," kata dia.
"Namun Ukraina berperang demi kemerdekaannya, demi haknya untuk berdiri, demi hak untuk menjadi negara demokrasi tanpa menyerah kepada kekuatan Rusia."
"Dan Ukraina siap untuk membayar harga yang sangat tinggi untuk mengorbankan diri mereka demi nilai-nilai tersebut."
"Bukan hak kita untuk menjelaskan kepada mereka sejauh mana pengorbanan harus dilakukan," papar Stoltenberg.(TribunWow.com/Via/Anung)