Konflik Rusia Vs Ukraina
Apa yang Terjadi jika Vladimir Putin Nekat Mengebom Ukraina dengan Nuklir Rusia? Ini Kata Para Ahli
Sejumlah ahli memberikan spekulasi mengenai potensi yang terjadi jika Rusia gunakan bom nuklir di Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Ancaman terselubung Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina, telah memicu diskusi mendalam.
Dilansir TribunWow.com, sejumlah pakar memperkirakan apa yang akan terjadi jika Vladimir Putin merealisasikan perkataannya tersebut.
Termasuk bagaimana Barat merespons dan potensinya untuk berkembang menjadi perang dunia ketiga.
Baca juga: Putin Kirim Warga Sipil Rusia ke Medan Perang hingga Ancam Pakai Nuklir, Begini Tanggapan Ukraina
Dikutip dari Al Jazeera, Senin (26/9/2022), dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Vladimir Putin mengatakan dia tidak menggertak tentang penggunaan senjata nuklir jika wilayah Rusia terancam.
"Mereka yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga dapat berbelok ke arah mereka," kata Putin.
"Ini bukan gertakan."
Analis tidak yakin bahwa Putin bersedia menjadi yang pertama melepaskan senjata nuklir sejak Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom di Jepang pada 1945.
Beberapa ahli dan pejabat berbicara tentang kemungkinan skenario yang bisa muncul jika Rusia melakukan serangan nuklir.
Analis mengatakan Moskow kemungkinan akan mengerahkan satu atau lebih bom nuklir 'taktis' atau jenis yang digunakan di medan perang.
Nuklir taktis termasuk senjata kecil, dengan mulai dari 0,3 kiloton hingga 100 kiloton daya ledak, jika dibandingkan dengan 1,2 megaton hulu ledak strategis AS terbesar atau bom 58 megaton yang diuji Rusia pada 1961.
Bom taktis dirancang untuk memiliki dampak terbatas di medan perang, dibandingkan dengan senjata nuklir strategis yang dirancang untuk berperang dan memenangkan perang habis-habisan.
Tapi "kecil" dan "terbatas" itu relatif, mengingat bom atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima pada tahun 1945 dengan efek yang menghancurkan hanya 15 kiloton.

Baca juga: Eks Presiden Rusia Ancam Kiamat Nuklir jika Negaranya Diadili Karena Kejahatan Perang di Ukraina
Analis mengatakan tujuan Rusia dalam menggunakan bom nuklir taktis di Ukraina adalah untuk menakut-nakutinya agar menyerah atau tunduk pada negosiasi, dan memecah belah pendukung Barat negara itu.
Mark Cancian, seorang ahli militer dengan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington, mengatakan Rusia kemungkinan tidak akan menggunakan senjata nuklir di garis depan.
Merebut 32km wilayah dapat memerlukan penggunaan beberapa bom nuklir, keuntungan kecil untuk risiko besar memperkenalkan senjata nuklir dan dampak nuklir.
"Hanya menggunakan satu tidak akan cukup," kata Cancian.
Moskow malah dapat mengirim pesan yang kuat dan menghindari korban yang signifikan dengan meledakkan bom nuklir di atas air, atau meledakkannya di atas Ukraina untuk menghasilkan pulsa elektromagnetik yang akan melumpuhkan peralatan elektronik.
Putin juga dapat memilih untuk menyerang pangkalan militer Ukraina, atau menghantam pusat kota dan menimbulkan korban massal dan mungkin membunuh kepemimpinan politik negara itu.
"Skenario seperti itu kemungkinan akan dirancang untuk memecah aliansi NATO (Organisasi Perjanjian Atlantik Utara) dan konsensus global melawan Putin," beber Jon Wolfsthal, mantan pakar kebijakan nuklir Gedung Putih.
"Tidak jelas apakah itu akan berhasil, dan bisa dengan mudah dilihat sebagai keputusasaan," katanya.
Para ahli mengatakan Barat tidak akan memiliki pilihan selain menanggapi serangan nuklir Rusia, dan bahwa tanggapan harus datang dari NATO sebagai sebuah kelompok, bukan hanya dari AS.
Menurut Matthew Kroenig dari Dewan Atlantik, ancaman pembalasan akan menunjukkan tekad dan mengingatkan Moskow akan bahaya tindakannya.
"Itu mungkin juga memprovokasi pembalasan nuklir Rusia, meningkatkan risiko pertukaran nuklir yang lebih besar dan bencana kemanusiaan lebih lanjut, "ujar Kroenig.
Risiko lain adalah bahwa beberapa anggota NATO mungkin menolak menanggapi penggunaan nuklir itu, sesuai tujuan Putin untuk melemahkan aliansi.
Baca juga: Khawatir Rusia dan AS akan Perang, Dubes Putin: Konfrontasi Langsung Antar-Kekuatan Nuklir Terbesar
Efek Paparan Radioaktif pada Manusia
Dikutip TribunWow.com dari atomicarchive.com, Jumat (4/3/2022) radiasi nuklir tersebut bisa menyebabkan berbagai macam dampak pada manusia tergantung dosis paparannya.
Radiasi ringan saja, dalam dosis 5-20 rem, bisa menyebabkan kerusakan DNA pada kromosom sel manusia.
Pada dosis 20-100 rem, bisa menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih, sementara pada 100-200 rem, bisa menyebabkan sakit sedang seperti mutah, diare, dan melemahnya imunitas.
Paparan radiasi pada dosis 200 - 400 rem bisa menyebabkan penyakit serius seperti pendarahan, kerusakan sumsum dan usus hingga kematian pada 10-35 persen populasi yang terkontaminasi.
Sedangkan paparan radiasi di atas 400 rem bisa menyebabkan kematian pada manusia hanya dalam beberapa hari.
Adapun efek lain yang bisa muncul antara lain kerontokan rambut, gangguan sistem darah, kerusakan hati, alat pencernaan, hingga alat reproduksi.
Sementara itu, melalui penelitian pada penduduk yang terkena radiasi bom atom Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945, ditemukan adanya sejumlah efek jangka panjang.
Antara lain kelainan pada darah, katarak dan meningkatnya risiko akan tumbuhnya tumor atau kanker berbahaya.(TribunWow.com/Via)