Konflik Rusia Vs Ukraina
Gencarkan Serangan Balasan, Zelensky Gertak Pasukan Rusia untuk Segera Kabur dari Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan peringatan pada pasukan Rusia untuk segera mundur karena serangan balasan mulai dilancarkan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak tentara Rusia untuk menyelamatkan diri.
Dilansir TribunWow.com, imbauan ini disampaikan setelah pasukannya melancarkan serangan untuk merebut kembali Ukraina selatan.
Di sisi lain, Moskow justru mengatakan telah berhasil menangkis serangan itu dan menimbulkan kerugian besar pada pasukan Kyiv.
Baca juga: Iming-imingi Warga Ukraina, Putin Tawarkan Kebebasan Tinggal di Rusia dan Bantuan Uang Bagi Lansia
Dilaporkan Al Jazeera, Selasa(30/8/2022), Ukraina mengatakan bahwa pasukan daratnya telah melakukan serangan untuk pertama kalinya setelah sebelumnya hanya melancarkan serangan udara di jalur pasokan Rusia.
Serangan darat itu terutama dilakukan di tempat penyimpanan amunisi dan jembatan di seberang Sungai Dnieper yang penting secara strategis.
"Jika mereka ingin bertahan, sudah waktunya bagi militer Rusia untuk melarikan diri. Pulanglah," kata Zelensky dalam pidato rutinnya.
"Ukraina mengambil kembali (tanahnya) sendiri," katanya, menambahkan bahwa dia tidak akan mengungkapkan rencana pertempuran Kyiv.
Sebagai tanggapan, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Selasa bahwa Rusia secara metodis melanjutkan rencananya di Ukraina.
"Semua tujuan kami akan tercapai," tegas Peskov.

Baca juga: Kerahkan 50 Ribu Tentara, Rusia dan China akan Gelar Latihan Militer di Tengah Konflik Ukraina
Serangan balik Ukraina terjadi setelah beberapa minggu terjebak dalam perang yang telah menewaskan ribuan orang, menelantarkan jutaan orang, menghancurkan kota-kota dan memicu krisis energi dan pangan global di tengah sanksi ekonomi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia.
Rusia merebut sebagian besar wilayah selatan Ukraina dekat pantai Laut Hitam pada minggu-minggu awal perang enam bulan, termasuk di wilayah Kherson, yang terletak di utara Semenanjung Krimea yang dicaplok Rusia.
Ukraina, yang sekarang dipersenjatai dengan senjata canggih yang dipasok Barat, menganggap merebut kembali wilayah itu sebagai hal yang penting.
Hal ini dinilai dapat mencegah upaya Rusia merebut lebih banyak wilayah lebih jauh ke barat yang pada akhirnya dapat memutus aksesnya ke Laut Hitam.
Oleksiy Arestovych, penasihat senior presiden Ukraina, mengatakan pertahanan Rusia di Kherson telah diterobos dalam beberapa jam.
Namun tidak jelas garis pertahanan Rusia mana yang dia maksud.
Arestovych juga mengatakan pasukan Ukraina menembaki feri yang digunakan Rusia untuk memasok pasukannya di tepi barat Dnieper.
Natalia Humeniuk, juru bicara militer Ukraina, pada hari Selasa mengatakan Kyiv dapat menghancurkan jembatan ponton di seberang sungai yang coba dibangun oleh Rusia atau menyeberanginya.
"Seluruh area di mana penyeberangan seperti itu dapat dibangun berada di bawah kendali kami dan (setiap struktur baru) akan diserang," kata Humeniuk.
Inggris, sekutu Ukraina, mengatakan pada hari Selasa bahwa Kyiv telah meningkatkan serangan artileri di seluruh front selatan, tetapi itu belum mungkin untuk mengkonfirmasi sejauh mana kemajuan teritorial Ukraina.
Vitaliy Kim, gubernur wilayah Mykolaiv dekat dengan garis depan utara Kherson, membeberkan harapan pembebasan daerahnya dari cengkeraman Rusia.
"Pertempuran sengit sedang terjadi. Militer kami bekerja sepanjang waktu. Pembebasan wilayah Kherson akan segera datang," ujar Kim.
Laporan, gambar, dan rekaman yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan pasukan Ukraina mungkin telah merebut kembali beberapa desa dan menghancurkan beberapa target Rusia di selatan.
Baca juga: Potensi Kebocoran Radiasi Nuklir Makin Kritis akibat Diserang Rusia, Ukraina Bagikan Tablet Yodium
Putin Perintahkan Tambah 2 Juta Pasukan
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan jajarannya untuk melakukan perluasan militer, Kamis (25/8/2022).
Dilansir TribunWow.com, perluasan tersebut satu diantaranya dengan menerapkan penambahan personel tentara.
Perintah ini diturunkan setelah Moskow selama enam bulan masih kesulitan memenuhi tujuannya di Ukraina.
Baca juga: Menhan Putin Tuduh AS Ganggu Keamanan Regional Asia Tenggara, Manfaatkan Konflik Rusia dan Ukraina?
Dilaporkan The Moscow Times, perubahan yang diajukan Putin tersebut mencangkup penambahan jumlah total staf militer dan sipil di Angkatan Bersenjata Rusia.
Dari jumlah 1,9 juta personel, pasukan akan ditingkatkan menjadi hampir 2,04 juta orang.
Peningkatan hanya akan datang dari penambahan tentara baru, bukan pegawai sipil baru, yang berarti bahwa jumlah tentara akan meningkat dari 137.000 orang menjadi 1,15 juta orang.
Menurut dekrit Putin, militer Rusia akan beroperasi pada tingkat baru ini mulai awal tahun depan.

Baca juga: Rusia Serang Ukraina Tepat di Hari Kemerdekaan, Zelensky Kecam Keras dan Ungkap Jumlah Korban Tewas
"Saya ingin tahu apakah ini akan berarti draf yang lebih besar. Jika itu artinya, dan terlalu dini untuk mengatakannya, itu akan menjadi kemunduran besar selama 15-20 tahun terakhir dari kebijakan personel," cuit Dara Massicot, seorang peneliti senior di think tank RAND yang berbasis di AS dan mantan analis senior di Pentagon.
"Ekspansi seperti ini adalah langkah yang anda lakukan ketika perkiraan strategis untuk masa depan di dalam Staf Umum suram, atau anda memiliki konflik atau proyek jangka panjang dalam pikiran."
Para pejabat AS memperkirakan bahwa Rusia telah kehilangan 75.000 tentara tewas dan terluka selama enam bulan pertempuran di Ukraina.
Kini, militer Rusia diyakini menderita kekurangan tenaga kerja yang akut.
Perintah terakhir Putin untuk meningkatkan jumlah militer terjadi pada tahun 2017.
Ketika itu, Putin meminta peningkatan jumlah tentara menjadi lebih dari 1 juta orang.
Sementara itu, menurut beberapa laporan media independen, jenderal Rusia percaya bahwa perang di Ukraina dapat berlangsung beberapa tahun lagi.(TribunWow.com/Via)