Konflik Rusia Vs Ukraina
Menhan Putin Kini Disebut Jadi Bahan Lelucon Para Tentara Rusia terkait Konflik di Ukraina
Menteri Pertahanan Rusia disebut tengah menjadi bahan olok-olok para tentara Rusia karena minimnya kemenangan di Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu disebut-sebut sedang menjadi bahan ledekan atau olok-olok para tentara Rusia.
Informasi ini diungkap oleh intelijen Kementerian Pertahanan Inggris.
Dikutip TribunWow dari theguardian, Kemenhan Inggris mengklaim saat ini Shoigu tengah dikucilkan di dalam internal pemerintahan Rusia.
Baca juga: Potensi Kebocoran Radiasi Nuklir Makin Kritis akibat Diserang Rusia, Ukraina Bagikan Tablet Yodium
Kini pejabat yang bertugas melapor terkait perkembangan perang di Ukraina kepada Putin adalah komandan operasional.
"Tentara dan pejabat Rusia yang mengalami perang secara langsung kemungkinan terus-terusan menjadikan Shoigu sebagai olok-olok karena kepemimpinannya yang tidak efektif dan kuno," tulis Kemenhan Inggris.
Kemenhan Inggris turut menjelaskan bagaimana Shoigu mengalami kesulitan menjalankan tugasnya karena minim pengalaman di bidang militer sebab dirinya lebih banyak berkarier di sektor konstruksi dan di Kementerian Situasi Darurat.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin sempat memerintahkan jajarannya untuk melakukan perluasan militer, Kamis (25/8/2022).
Baca juga: Berperan Rakit Bom, Terungkap Agen Sabotase Ukraina Bantu Rencana Pembunuhan Jurnalis Rusia
Dilansir TribunWow.com, perluasan tersebut satu diantaranya dengan menerapkan penambahan personel tentara.
Perintah ini diturunkan setelah Moskow selama enam bulan masih kesulitan memenuhi tujuannya di Ukraina.
Dilaporkan The Moscow Times, perubahan yang diajukan Putin tersebut mencangkup penambahan jumlah total staf militer dan sipil di Angkatan Bersenjata Rusia.
Dari jumlah 1,9 juta personel, pasukan akan ditingkatkan menjadi hampir 2,04 juta orang.
Peningkatan hanya akan datang dari penambahan tentara baru, bukan pegawai sipil baru, yang berarti bahwa jumlah tentara akan meningkat dari 137.000 orang menjadi 1,15 juta orang.
Menurut dekrit Putin, militer Rusia akan beroperasi pada tingkat baru ini mulai awal tahun depan.
Baca juga: Rusia Serang Ukraina Tepat di Hari Kemerdekaan, Zelensky Kecam Keras dan Ungkap Jumlah Korban Tewas
"Saya ingin tahu apakah ini akan berarti draf yang lebih besar. Jika itu artinya, dan terlalu dini untuk mengatakannya, itu akan menjadi kemunduran besar selama 15-20 tahun terakhir dari kebijakan personel," cuit Dara Massicot, seorang peneliti senior di think tank RAND yang berbasis di AS dan mantan analis senior di Pentagon.
"Ekspansi seperti ini adalah langkah yang anda lakukan ketika perkiraan strategis untuk masa depan di dalam Staf Umum suram, atau anda memiliki konflik atau proyek jangka panjang dalam pikiran."
Para pejabat AS memperkirakan bahwa Rusia telah kehilangan 75.000 tentara tewas dan terluka selama enam bulan pertempuran di Ukraina.
Kini, militer Rusia diyakini menderita kekurangan tenaga kerja yang akut.
Perintah terakhir Putin untuk meningkatkan jumlah militer terjadi pada tahun 2017.
Ketika itu, Putin meminta peningkatan jumlah tentara menjadi lebih dari 1 juta orang.
Sementara itu, menurut beberapa laporan media independen, jenderal Rusia percaya bahwa perang di Ukraina dapat berlangsung beberapa tahun lagi.
Baca juga: Tentara Ukraina Pakai Taktik Bumi Hangus, Rusia Sebut Pasukan Zelensky Bertindak seperti Teroris
Rusia Diklaim Mulai Goyah
Sebelumnya, Menteri pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan Rusia tidak mungkin berhasil menduduki Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, hal ini dikarenakan negara-negara Barat telah menjanjikan 1,5 miliar euro (Rp 22,6 triliun) lebih untuk membantu meningkatkan militer Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.
Menurut Ben Wallace, invasi Presiden Rusia Vladimir Putin telah goyah dan mulai gagal.
Baca juga: China Tuduh AS Ingin Ciptakan Perang Dingin Jilid 2 Lewat Konflik Rusia-Ukraina
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Kamis (11/8/2022), pada sebuah konferensi di Kopenhagen, 26 negara setuju untuk memberikan lebih banyak bantuan keuangan dan militer ke Ukraina.
Wallace mengatakan penting untuk memahami bahwa pertempuran dan hilangnya nyawa masih terjadi.
Ia juga menambahkan bahwa Rusia mulai gagal di banyak bidang.
"Invasi mereka telah terus-menerus dimodifikasi sejauh mereka benar-benar hanya fokus di bagian selatan dan timur, sangat jauh dari apa yang disebut operasi khusus tiga hari mereka," kata Wallace.
"Presiden Putin bertaruh pada Agustus mendatang atau beberapa bulan ke depan, kita semua akan bosan dengan konflik ini, dan komunitas internasional akan mempedulikan hal yang berbeda. Nah, hari ini adalah bukti sebaliknya."
Baca juga: Serang Ukraina, Pasukan Vladimir Putin Ternyata Pakai Komponen Barat, Rusia Gunakan Intel hingga AMD
Komitmen itu muncul setelah pemerintah di Kyiv berulang kali meminta Barat untuk mengirim lebih banyak senjata, termasuk artileri jarak jauh.
Adapun pihak Ukraina saat ini mulai aktif melakukan serangan balasan untuk membalikkan keadaan.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov, yang juga hadir pada pertemuan itu, berterima kasih kepada sekutu Eropa karena telah menjadi mitra yang dapat diandalkan.
"Peningkatan harga gas dan bahan bakar di Barat adalah harga kecil untuk perdamaian. Ukraina membayar perdamaian di seluruh Eropa dengan hidup mereka."
"Kita harus menang atas negara pembunuh dan merebut wilayah kita, termasuk Krimea. Bagi saya, segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, hanya butuh waktu," cuit Reznikov di akun Twitter pribadinya.
Ukraina mengatakan awal bulan ini bahwa pihaknya telah menerima pengiriman senjata berat presisi tinggi lainnya dari Jerman dan Amerika Serikat.
Moskow, yang menuduh Barat memperpangjang konflik dengan memberi Ukraina lebih banyak senjata, mengatakan sedang melakukan operasi militer khusus di Ukraina untuk menjaga keamanan Rusia dari ekspansi NATO.
Sementara, Ukraina dan sekutunya menuduh Rusia melancarkan perang agresi ala kekaisaran.(TribunWow.com/Anung/Via)