Breaking News:

Komflik Rusia Vs Ukraina

Erdogan Kembali Temui Putin di Rusia Bahas Militer hingga Ekonomi, Jadi Sinyal Bahaya untuk Ukraina?

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat (5/8/2022) di Sochi.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
AFP/Layanan Pers Kepresidenan Turki
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri), Rabu (29/9). Terbaru, Erdogan kembali temui Putin pada Jumat (5/8/2022). 

Kunjungan Putin ke Teheran pada hari Selasa (19/7/2022), terjadi beberapa hari setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi Israel dan Arab Saudi.

Dalam pertemuan itu, Joe Biden berjanji bahwa Washington akan mencoba untuk menghentikan Iran memperoleh senjata nuklir.

Di sisi lain, Andrey Kortunov, kepala Dewan Urusan Internasional Rusia, mengatakan pertemuan dengan Presiden Iran dan Turki penting bagi Putin secara pribadi.

Pasalnya, Kremlin tidak ingin membiarkan dirinya diisolasi secara internasional seperti gulungan dari sanksi internasional yang diterima Rusia.

Pembicaraan tersebut dilakukan setelah pejabat AS mengungkapkan kekhawatiran bahwa Iran akan memasok Rusia dengan ratusan kendaraan udara tak berawak (UAV), atau drone.

Terlebih, penyiar BBC John Simpson menilai kunjungan Putin tersebut untuk merekatkan persekutuan antara Rusia, Iran, Suriah, China dan Korea Utara.

"Kunjungan Putin ke Iran memperkuat aliansi baru: Rusia-Iran-Suriah-China-Korea Utara. Bukan kelompok yang sangat menyehatkan," cuit Simpson.

Shahjn Gobadi, anggota kelompok oposisi yang berbasis di Paris Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI) melihat pertemuan itu sebagai salah satu kepentingan Teheran karena menghadapi protes yang berkembang di dalam negeri.

"Rezim Iran, menghadapi krisis yang semakin parah dan protes serta pemogokan yang sedang berlangsung di dalam negeri, berada dalam situasi putus asa," kata Gobadi.

"Krisis ini sangat akut sehingga menyesuaikan diri dengan Rusia atau mencapai kesepakatan nuklir seperti JCPOA tidak akan memberikan solusi dan mencegah kejatuhannya," katanya.

Pertemuan antara Presiden Iran Ibrahim Raisi (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah), dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, diunggah Selasa (19/7/2022).
Pertemuan antara Presiden Iran Ibrahim Raisi (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah), dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, diunggah Selasa (19/7/2022). (Layanan Pers Presiden Federasi Rusia/ Mikhail Metzel)

Ada banyak kesamaan antara Putin dan Raisi, antaranya adalah keduanya memerintah dengan tangan besi, memimpin negara-negara yang menghadapi sanksi internasional yang keras dan mengecam barat sebagai kekuatan korup.

Namun, kepentingan yang bersaing antara Rusia, Iran dan Turki, mungkin membatasi kerja sama apa pun.

Turki, anggota NATO, belum menjatuhkan sanksi terhadap Rusia tetapi telah menjual pesawat tak berawak Bayraktar yang mematikan yang digunakan pasukan Ukraina untuk menyerang pasukan Rusia di Ukraina.

Sementara itu, Rusia dan Iran adalah produsen migas, dan persaingan di antara mereka telah meningkat sejak dimulainya perang Ukraina karena sanksi terhadap energi Rusia memaksa Moskow untuk mengekspor minyak dengan harga murah ke China dan India.

Iran adalah bagian dari kelompok negara yang lebih luas yang terdiri dari China, India, Amerika Latin dan negara-negara Arab dan Afrika yang ingin Rusia bangun hubungan lebih dekat untuk menunjukkan bahwa Iran dapat berkembang di bawah sanksi.

Halaman
1234
Tags:
Recep Tayyip ErdoganTurkiKonflik Rusia Vs UkrainaUkrainaRusiaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved