Konflik Rusia Vs Ukraina
Peringatkan Putin, Ilusionis Inggris Ajak Warga Lawan Nuklir Rusia Pakai Ilmu Kebatinan
Pernyataan nyeleneh disampaikan oleh tokoh televisi sekaligus pesulap terkenal di Inggris bernama Uri Geller soal konflik Rusia-Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Ilusionis sekaligus pesulap ternama di Inggris bernama Uri Geller mengusulkan cara nyeleneh untuk melawan senjata nuklir milik Presiden Rusia Vladimir Putin.
Geller yang juga merupakan tokoh televisi populer di Inggris mengajak orang di seluruh dunia untuk menghalau senjata nuklir Rusia menggunakan ilmu kebatinan.
Dikutip TribunWow.com dari rt, Geller menulis surat terbuka untuk Putin lewat akun Twitter miliknya @theurigeller.
Baca juga: Minta Tolong ke China, Zelensky Ingin Xi Jinping Desak Rusia Akhiri Perang di Ukraina
Dalam cuitan itu Geller memperingatkan ada kemungkinan alien akan mengintervensi perang nuklir yang dimulai Rusia untuk menyelamatkan kehidupan di bumi.
Geller juga menyebut akan menghentikan serangan nuklir Rusia menggunakan ilmu metafisika yang ia miliki.
"Bayangkan sebuah medan kekuatan bersinar dan enerjik seperti perisai emas yang menyilaukan di langit – yang akan membelokkan dan memutar balik setiap hulu ledak nuklir yang coba dikerahkan Putin," tulis Geller.
Geller juga meyakini nasib buruk akan terjadi jika Rusia nekat memulai perang nuklir.
Geller menyebut jika Putin nekat meluncurkan senjata nuklir maka komputer militer hingga sistem navigasi milik Rusia akan rusak secara misterius.
Dalam dokumentasi BBC pada tahun 2013, menduga Geller telah menjadi agen rahasia yang bekerja untuk Amerika Serikat (AS), Israel, hingga Meksiko.
Sementara itu, mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev telah memperingatkan tentang akhir dari keberadaan umat manusia.
Dilansir TribunWow.com, ia mengangkat isu nuklir dan berkata kiamat itu akan terjadi jika Moskow dihukum karena kejahatan perang.
Medvedev menyatakan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) harus menahan diri dari mencoba tindakan 'tidak sah' terhadap Rusia.
Baca juga: Otoritas Ukraina Minta Warga Sipil Ramai-ramai Kumpulkan Bukti Kejahatan Perang Rusia Pakai Cara Ini
Seperti dilaporkan Daily Mail, Rabu (6/7/2022), invasi Rusia ke Ukraina terus meninggalkan serangkaian dugaan kejahatan perang.
Di antaranya termasuk penembakan berulang terhadap warga sipil, laporan pemerkosaan dan penyiksaan, eksekusi singkat dan penggunaan munisi tandan yang dilarang.
Medvedev, yang merupakan presiden pengganti Putin antara tahun 2008 dan 2012 membagikan pernyataan kontroversial itu di Telegram.
"Gagasan untuk menghukum negara yang memiliki sumber daya nuklir terbesar itu sendiri tidak masuk akal. Dan berpotensi mengancam keberadaan umat manusia," ujar Medvedev, Rabu (6/7/2022).
Dia kemudian menuduh AS mencoba menabur kekacauan dan kehancuran melalui ICC, serta mencap negara adidaya itu sebagai 'pemberani atau idiot'.
"Semua sejarah Amerika, dari saat penaklukan orang India, adalah perang pemusnahan berdarah. Dan kita berbicara tentang pemusnahan paling brutal terhadap penduduk sipil," tuding Medvedev.
"Ini telah menjadi gaya khas politik Amerika, siapa pun yang berkuasa di sana. Selama Perang Dunia II, Amerika Serikat menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki dengan cara ini, hanya untuk membenarkan pengeluaran besar untuk nuklir 'Proyek Manhattan'."

Baca juga: Zelensky Tahan Tangis Bertemu Warga Bucha, Dicurhati Kekejaman Rusia hingga Disanjung Rakyat Ukraina
Sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin itu yang kini menjabat sebagai wakil kepala Dewan Keamanan menyebut AS telah terlibat dalam konflik di berbagai negara.
Bahkan, tentara AS diduga bertanggung jawab pada kematian jutaan warga sipil.
"Vietnam dan Korea, Yugoslavia dan Irak, Kuba, Afghanistan dan Suriah sangat menyadari betapa berbahayanya konsekuensi dari invasi semacam itu - daftarnya panjang, dan terus diperbarui," tutur Medvedev.
"Amerika telah membunuh lebih dari 20 juta orang di 37 negara sejak akhir Perang Dunia II, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Global Research."
Dia menuduh Amerika Serikat ingin menempatkan Moskow di depan pengadilan internasional, sementara dirinya sendiri tidak pernah menghadapi hukuman atas perangnya sendiri.
"Jumlah korban kebijakan kriminal Amerika Serikat saat ini sebanding dengan korban rezim Nazi," lanjut Medvedev.
"Jadi siapa yang akan memberi kita uji coba pertunjukan? Mereka yang membunuh orang dan melakukan kejahatan perang dengan impunitas, tetapi tidak mendapat kecaman nyata dalam struktur internasional yang dibiayai oleh mereka?"
"Dengan Rusia, ini tidak akan berhasil. Mereka sangat memahami hal ini."
Sejak Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, Medvedev secara teratur menggunakan media sosial untuk menyerang Barat dan mereka yang kritis terhadap Moskow.
Dia juga memperingatkan setiap pelanggaran di semenanjung Krimea oleh negara anggota NATO dapat menjadi deklarasi perang yang dapat mengarah pada 'Perang Dunia Ketiga'.
Selain itu, Medvedev mengatakan bahwa jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO, Rusia akan siap melakukan pembalasan, dan itu bisa termasuk memasang rudal hipersonik Iskander 'di ambang pintu mereka'.
Baca juga: Media Rusia Ungkap AS Picu 23 Perang di Seluruh Dunia Berkedok Kontraterosisme, Termasuk Ukraina?
Kemungkinan Rusia dan AS akan Perang
Sebelumnya, duta besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS), Anatoly Antonov, menyinggung mengenai kemungkinan dua negara adidaya itu berperang.
Ia mengatakan bahwa kenekatan AS mengirim senjata ke Ukraina, meski telah diperingatkan Rusia, akan menimbulkan konflik langsung.
Dikhawatirkan, situasi yang kian memanas itu akan memicu perang nuklir yang menjadi kekuatan utama keduanya.

Baca juga: Media China Ungkap Tujuan Rahasia AS Dukung Ukraina, Sebut Justru Ingin Perpanjang Konflik
Dilansir TribunWow.com dari RIA Novosti, Sabtu (18/6/2022), Antonov menyebut AS memiliki determinasi untuk melihat kekalahan Rusia.
Karenanya pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus-menerus mengirim paket bantuan militer ke Ukraina.
Namun, memompa Ukraina dengan senjata adalah jalan menuju konfrontasi lebih lanjut antara Rusia dan Amerika Serikat.
"Kepicikan orang Amerika terlihat dalam situasi saat ini. Kewalahan oleh keinginan untuk menimbulkan kekalahan strategis di Rusia, para elit lokal meningkatkan taruhan dalam meningkatkan ketegangan, dengan mengirim senjata ke rezim Kyiv," kata Antonov.
"Benar-benar jelas bahwa ini adalah jalan menuju konfrontasi militer langsung antara kekuatan nuklir terbesar, yang penuh dengan konsekuensi tak terduga."
Duta Besar tersebut menekankan bahwa rencana AS untuk mencekik Rusia dengan sanksi telah gagal dilakukan.
Alih-alih, sanksi ekonomi terhadap Moskow hanya mendatangkan kerugian kepada AS dan negara-negara dunia lainnya.
"Pemberlakuan pembatasan yang tidak dipikirkan dengan matang hanya memperburuk keadaan dalam ekonomi AS. Artinya, ternyata dalam hiruk pikuk anti-Rusia, Washington siap menembak dirinya sendiri dan menari pada saat yang sama. Kelihatannya tidak masuk akal," tutur Antonov.
Pada saat yang sama, ia mencatat bahwa upaya AS untuk melemahkan Rusia tidak menyurutkan niat Moskow untuk menyelesaikan misinya di Ukraina.
"Ini sama sekali tidak akan mempengaruhi tekad Angkatan Bersenjata Rusia untuk memenuhi tugas yang ditetapkan selama operasi militer khusus untuk melindungi penduduk Donbass, serta untuk mencapai denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina," sebut Antonov.(TribunWow.com/Anung/Via)