Konflik Rusia Vs Ukraina
Bocorkan Hasil Diskusi dengan Putin dan Zelensky, Jokowi: 6 Bulan Lagi Tidak Ada yang Bisa Dimakan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) membeberkan pengalamannya saat bertandang ke wilayah konflik di Rusia dan Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, pada saat itu, Jokowi sempat berdiskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Ia pun menerangkan topik yang dibahas kala itu adalah tentang krisis pangan dunia yang terjadi akibat perang.
Baca juga: Bukti Rusia Curi Gandum Ukraina, Turki Tahan Kapal Kargo yang Diduga akan Jual Hasil Rampasan
Hal ini diungkapkannya saat menghadiri acara "Zikir dan Doa Kebangsaan 77 Tahun Indonesia Merdeka" di halaman Istana Merdeka Jakarta, Senin (1/8/2022).
Ia menyoroti ketersediaan gandum yang menipis di seluruh dunia.
Sehingga, masyarakat Eropa, Afrika dan sebagian Asia yang menjadikan gandum sebagai makanan pokoknya, terancam kelaparan.
Kondisi inilah yang diangkat Jokowi untuk dirundingkan dengan Zelensky dan Putin.
Terungkaplah fakta bahwa di Ukraina, ada 77 juta ton gandum yang tertahan akibat perang.
"Saya saat itu ke Ukraina ketemu Presiden Zelensky, dia cerita kepada saya, ada stok di Ukraina," kata Jokowi. dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Selasa (2/8/2022).
"Stok di gudang 22 juta ton, stok dalam proses panen 55 juta ton. Artinya ada 77 juta ton gandum diam di Ukraina enggak bisa keluar karena perang."

Baca juga: Menlu Rusia Jawab Ketus Sindiran Jurnalis Ukraina yang Terang-terangan Tuding Negaranya Curi Gandum
Sementara itu, setelah melakukan perjalanan panjang ke Rusia, Jokowi kembali disuguhi fakta baru.
Menurut Jokowi, Rusia memiliki stok gandum sebanyak 130 juta ton, yang juga kesulitan diekspor karena perang.
"Saya bicara 1,5 jam dengan Presiden Zelensky. Naik kereta api dari Polandia ke Kyiv di Ukraina 12 jam, balik lagi ke Polandia 12 jam," beber Jokowi.
"Pindah ke Moskow, ketemu Presiden Putin. Dia cerita juga kepada saya, ada stok gandum di Rusia itu 130 juta ton."
Sebagai informasi, Rusia dan Ukraina termasuk dalam negara penghasil gandum terbesar di dunia.
Namun kini, secara total ada 207 ton gandum yang tak bisa didistribusikan di kedua negara.
Jika kondisi ini terus berlangsung, maka bisa diprediksi bahwa dalam 6 bulan mendatang, rakyat di sejumlah negara akan mengalami krisis pangan yang akut.
"Berarti Ukraina plus Rusia jumlah stok gandumnya ada 207 juta ton. Inilah yang sekarang ini menyebabkan 330 juta orang kelaparan," sebut Jokowi.
"Dan mungkin 6 bulan lagi bisa 800 juta orang akan kelaparan dan kekurangan makan akut karena tidak ada yang dimakan."
Baca juga: Disebut Zelensky Kehilangan Besar, Juragan Gandum Terbesar Ukraina Tewas Diserang Rusia
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Rusia dan Ukraina Sepakati Perjanjian Ekspor Gandum
Rusia dan Ukraina telah menandatangani kesepakatan penting dengan PBB dan Turki untuk melanjutkan pengiriman biji-bijian.
Dilansir TribunWow.com, perjanjian ini dibuat dalam upaya untuk meredakan krisis pangan global di mana jutaan orang menghadapi potensi kelaparan.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Jumat (22/7/2022), Menteri pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan menteri infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov masing-masing menandatangani perjanjian itu secara terpisah.
Baca juga: Tak Bantah Muat Gandum Ukraina, Menlu Putin Buka Suara soal Kapal Kargo Rusia yang Ditahan Turki
Kesepakatan dengan pejabat PBB dan Turki itu berisi tentang pembukaan kembali rute pengiriman Laut Hitam yang diblokir.
Adapun penandatanganan itu dibuat terpisah, karena para pejabat Kyiv mengatakan mereka tidak ingin mencantumkan nama mereka pada dokumen yang sama dengan Rusia, akibat perang lima bulan yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang Ukraina mengungsi.
Berikut rangkuman poin-poin penting dari perjanjian tersebut.
Apa Tujuan dari Kesepakatan itu?
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari menyebabkan blokade de-facto di Laut Hitam, yang mengakibatkan ekspor Ukraina turun menjadi seperenam dari tingkat sebelum perang.
Sebagai informasi, baik Kyiv maupun Moskow adalah salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia, dan blokade tersebut telah menyebabkan harga biji-bijian meningkat secara dramatis.
Kesepakatan itu bertujuan untuk membantu mencegah kelaparan dengan mengirim lebih banyak gandum, minyak bunga matahari, pupuk dan produk lainnya ke pasar dunia, termasuk untuk kebutuhan kemanusiaan.
Program Pangan Dunia PBB mengatakan sekitar 47 juta orang sekarang berada dalam tahap 'kelaparan akut' akibat dampak perang.
Sementara para ahli telah lama memperingatkan krisis pangan global yang membayangi jika ekspor biji-bijian Ukraina tetap diblokir.
Ukraina juga perlu mengosongkan silonya menjelang panen yang akan datang, sementara lebih banyak pupuk yang diekspor akan menghindari hasil global yang lebih rendah untuk panen yang akan datang.
Rusia dan PBB juga menandatangani nota kesepahaman yang berkomitmen untuk memfasilitasi akses tanpa hambatan ke pasar global untuk pupuk Rusia dan produk lainnya.

Kapan Ekspor Biji-bijian akan Dilanjutkan?
Menurut Shoigu, ekspor biji-bijian dapat dimulai kembali dalam beberapa hari ke depan.
"Hari ini kami memiliki semua prasyarat dan semua solusi untuk memulai proses ini dalam beberapa hari ke depan," kata Shoigu setelah menandatangani kesepakatan.
Editor Diplomatik Al Jazeera James Bays, yang melaporkan dari markas besar PBB, mengatakan mungkin perlu beberapa minggu sebelum pengiriman pertama biji-bijian meninggalkan Ukraina.
"Akan ada tes implementasi dalam beberapa minggu mendatang,” kata Bays, mencatat simpanan jutaan ton biji-bijian Ukraina di negara itu.
"Ini akan memakan waktu untuk mengeluarkan semua biji-bijian itu, para ahli memperkirakan mungkin sekitar empat bulan," tambahnya.
Kesepakatan itu berlaku selama empat bulan atau 120 hari dan akan diperpanjang secara otomatis kecuali perang berakhir.(TribunWow.com/Via)