Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia dan Ukraina Sepakati Perjanjian soal Ekspor Gandum dengan Turki dan PBB, Berikut Penjelasannya
Rusia dan Ukraina akhirnya menandatangani kesepakatan soal ekspor bahan pangan dengan PBB dan Turki, berikut penjelasannya.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Rusia dan Ukraina telah menandatangani kesepakatan penting dengan PBB dan Turki untuk melanjutkan pengiriman biji-bijian.
Dilansir TribunWow.com, perjanjian ini dibuat dalam upaya untuk meredakan krisis pangan global di mana jutaan orang menghadapi potensi kelaparan.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Jumat (22/7/2022), Menteri pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan menteri infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov masing-masing menandatangani perjanjian itu secara terpisah.
Baca juga: Tak Bantah Muat Gandum Ukraina, Menlu Putin Buka Suara soal Kapal Kargo Rusia yang Ditahan Turki
Kesepakatan dengan pejabat PBB dan Turki itu berisi tentang pembukaan kembali rute pengiriman Laut Hitam yang diblokir.
Adapun penandatanganan itu dibuat terpisah karena para pejabat Kyiv mengatakan mereka tidak ingin mencantumkan nama mereka pada dokumen yang sama dengan Rusia akibat perang lima bulan yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang Ukraina mengungsi.
Berikut rangkuman poin-poin penting dari perjanjian tersebut.
Apa Tujuan dari Kesepakatan itu?
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari menyebabkan blokade de-facto di Laut Hitam, yang mengakibatkan ekspor Ukraina turun menjadi seperenam dari tingkat sebelum perang.
Sebagau informasi, baik Kyiv maupun Moskow adalah salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia, dan blokade tersebut telah menyebabkan harga biji-bijian meningkat secara dramatis.
Kesepakatan itu bertujuan untuk membantu mencegah kelaparan dengan mengirim lebih banyak gandum, minyak bunga matahari, pupuk dan produk lainnya ke pasar dunia, termasuk untuk kebutuhan kemanusiaan.
Program Pangan Dunia PBB mengatakan sekitar 47 juta orang sekarang berada dalam tahap 'kelaparan akut' akibat dampak perang.
Sementara para ahli telah lama memperingatkan krisis pangan global yang membayangi jika ekspor biji-bijian Ukraina tetap diblokir.
Ukraina juga perlu mengosongkan silonya menjelang panen yang akan datang, sementara lebih banyak pupuk yang diekspor akan menghindari hasil global yang lebih rendah untuk panen yang akan datang.
Rusia dan PBB juga menandatangani nota kesepahaman yang berkomitmen untuk memfasilitasi akses tanpa hambatan ke pasar global untuk pupuk Rusia dan produk lainnya.

Baca juga: Bukti Rusia Curi Gandum Ukraina, Turki Tahan Kapal Kargo yang Diduga akan Jual Hasil Rampasan
Kapan Ekspor Biji-bijian akan Dilanjutkan?
Menurut Shoigu, ekspor biji-bijian dapat dimulai kembali dalam beberapa hari ke depan.
"Hari ini kami memiliki semua prasyarat dan semua solusi untuk memulai proses ini dalam beberapa hari ke depan," kata Shoigu setelah menandatangani kesepakatan.
Editor Diplomatik Al Jazeera James Bays, yang melaporkan dari markas besar PBB, mengatakan mungkin perlu beberapa minggu sebelum pengiriman pertama biji-bijian meninggalkan Ukraina.
"Akan ada tes implementasi dalam beberapa minggu mendatang,” kata Bays, mencatat simpanan jutaan ton biji-bijian Ukraina di negara itu.
"Ini akan memakan waktu untuk mengeluarkan semua biji-bijian itu, para ahli memperkirakan mungkin sekitar empat bulan," tambahnya.
Kesepakatan itu berlaku selama empat bulan atau 120 hari dan akan diperpanjang secara otomatis kecuali perang berakhir.
Pelabuhan Mana yang Disertakan?
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kesepakatan itu akan membuka jalan bagi ekspor makanan komersial dari tiga pelabuhan utama Ukraina, yakni Odesa, Chernomorsk dan Yuzhny.
Seorang pejabat PBB mengatakan kepada Reuters kesepakatan itu termasuk gencatan senjata de facto untuk kapal dan fasilitas yang dicakup.
Guterres mengatakan akan ada Pusat Kontrol Gabungan (JCC) di Istanbul, yang akan menjadwalkan dan memantau pengiriman.

Baca juga: Kamera Satelit Pergoki Kapal Berbendera Rusia Bawa Gandum Milik Ukraina ke Negara Ini
Menurut seorang pejabat PBB, JCC akan dikelola oleh pejabat dari PBB dan mungkin pejabat militer dari tiga negara yang terlibat.
Meskipun Ukraina telah memasang ranjau perairan di dekat pelabuhan sebagai bagian dari pertahanan perangnya, tidak ada lagi kebutuhan untuk menghilangkan ranjau itu.
Sebaliknya, pilot Ukraina akan memandu kapal di sepanjang saluran yang aman di perairan teritorialnya, dengan kapal penyapu ranjau di tangan sesuai kebutuhan tetapi tidak ada pengawalan militer.
Dipantau oleh JCC, kapal-kapal itu kemudian transit di Laut Hitam ke Selat Bosphorus Turki dan pergi ke pasar dunia.
Semua pihak telah sepakat tidak akan ada serangan terhadap entitas ini.
"Jika aktivitas yang dilarang diamati, itu akan menjadi tugas JCC untuk menyelesaikannya," kata pejabat itu tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Menanggapi kekhawatiran Rusia tentang kapal yang mengirimkan senjata ke Ukraina, semua kapal yang kembali akan diperiksa di pelabuhan Turki oleh tim dengan perwakilan dari semua pihak dan diawasi oleh JCC.
Tim akan menaiki kapal dan menilai kargo mereka sebelum mereka dapat kembali ke Ukraina.(TribunWow.com/Via)