Terkini Internasional
Harga Pangan di Sri Lanka Meroket, Warga Sakit hingga Kelaparan, Kebutuhan Naik hingga 3 Kali Lipat
Warga di Sri Lanka merasakan dampak inflasi di negaranya, mereka kelaparan dan sakit karena kebutuhan pangan yang semakin meroket.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Seorang warga Sri Lanka, Milton Pereira mengeluh soal kondisi di negaranya yang semakin carut marut.
Warga tersebut bahkan terlihat kurus karena ia dan keluarganya tak mampu membeli makanan yang cukup di Sri Lanka.
Dikutip TribunWow.com dari Channelnewsasia, selama krisis ekonomi terburuk di Sri Lanka, banyak protes dilakukan.
Baca juga: Sri Lanka Bantu Penyelidikan Penikaman di Selandia Baru, Ibu Pelaku: Dia Dicuci Otak oleh Tetangga
Negara itu juga terdampak inflasi yang merajalela dan berujung pada jatuhnya sang presiden.
Orang-orang di Sri Lanka menurunkan daya beli, makan lebih sedikit dan tak banyak yang bekerja.
"Sangat sulit untuk hidup, bahkan sepotong roti pun mahal," kata Pereira kepada AFP di luar rumahnya yang sederhana di Slave Island, Selasa (19/7/2022).
"Jika kita makan, maka kebutuhan lainnya terlewat," tambahnya.
Baca juga: Nasib Mrs World Ditangkap Gara-gara Copot Paksa Mahkota Ratu Kecantikan Sri Lanka, Kini Viral
Dengan enam anak dalam keluarga, pria berusia 74 tahun itu mengatakan yang terbaik yang mampu mereka beli dalam beberapa pekan terakhir adalah sesekali ikan.
Ikan yang ia beli dipotong kecil-kecil untuk semua orang.
“Karena kami tidak punya banyak uang, terkadang kami memberikan ikan kepada anak-anak,” katanya.
"Orang dewasa hanya makan kuahnya," tambahnya.
Dipicu oleh pandemi Covid-19, kesengsaraan keuangan negara itu diperparah oleh salah urus pemerintah, kata para kritikus.
Baca juga: Pemain Incaran Persib Bandung Asal Klub Hajduk Split Masuk Skuat Timnas Lebanon Kontra Sri Lanka
Putra Peirera, BG Rajitkumar, adalah buruh listrik yang sudah berbulan-bulan tidak bekerja.
“Harga pangan naik setiap hari,” katanya.
"Kenaikan harga eksponensial ini adalah hal paling mengerikan yang pernah saya hadapi."
Inflasi makanan di Sri Lanka mencapai 80,1 persen pada tahun ini hingga Juni, menurut angka resmi.
Di toko sayur terdekat, penduduk membayar 1.000 rupee (US$2,80) untuk satu kilo labu, dua kali lipat dari tiga bulan lalu, dan pemilik Mohamad Faizal mengatakan beberapa pelanggannya sekarang membeli hanya 100g sekali. (TribunWow.com/ Tiffany Marantika)