Konflik Rusia Vs Ukraina
Alina Kabaeva Kekasih Putin Dikabarkan Hamil Anak Kelima, sang Presiden Rusia Disebut Tak Senang
Presiden Rusia Vladimir Putin diisukan akan menyambut seorang bayi perempuan dengan kekasihnya, Alina Kabaeva. Ini respons Putin.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Kekasih Presiden Rusia Vladimir Putin Alina Kabaeva dikabarkan tengah hamil anak kelima.
Dilansir Tribunnews.com, Vladimir Putin sebelumnya diisukan sudah memiliki empat anak dengan pacarnya Alina Kabaeva, mantan juara pesenam ritmik Olimpiade yang usianya 30 tahun lebih muda.
Kabar kehamilan Alina tersebut disiarkan oleh saluran Telegram General SVR, yang dilaporkan dijalankan oleh orang dalam Kremlin.
Baca juga: Rusia Kembali Gencar Serang Donetsk, Warga Sipil: Tidak Ada Tempat yang Aman di Ukraina saat Ini
Namun disebut-sebut Putin tampaknya tidak terlalu bersemangat.
"Berita itu sama sekali tidak menyenangkan calon ayah juga presiden Rusia, yang menyatakan pendapat bahwa dirinya sudah ada cukup banyak anak, dan terlebih lagi, anak perempuan, dan hal itu sangat mengecewakan Alina Maratovna," tulis sebuah posting anonim, dikutip Tribunnews dari New York Post.
Kabaeva diyakini memiliki dua anak laki-laki dan perempuan kembar dengan presiden Rusia, semuanya lahir di Swiss, sumber mengatakan kepada Page Six awal tahun ini.
Dia dan anak-anaknya telah bersembunyi di sebuah lokasi rahasia di negara itu, kata sumber.
Pada bulan Mei, akun Telegram yang sama melaporkan Kabaeva sekali lagi telah hamil.
Sumber Telegram itu pun memposting:
"Putin mengetahui bahwa (Alina Kabaeva) hamil lagi dan tampaknya ini tidak direncanakan."
Baca juga: Alina Kabaeva Kekasih Putin Tampil di Publik, Kenakan Busana Mewah Senilai Puluhan Juta Rupiah
Sembunyi
Kekasih Vladimir Putin, Alina Kabaeva, diduga bersembunyi di sebuah Vila di Swiss.
Alina bersembunyi bersama empat anak nay yang masih kecil, dan disebut-sebut memiliki darah daging Putin.
Informasi tersebut menggaung seiring dengan masih bergulirnya perang panas antara Rusia dengan Ukraina.
Putin masih bersikukuh untuk melakukan invansinya ke negara yang kini dipimpin Volodymyr Zelensky tersebut.