Konflik Rusia Vs Ukraina
Tak Bantah Muat Gandum Ukraina, Menlu Putin Buka Suara soal Kapal Kargo Rusia yang Ditahan Turki
Menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov angkat suara soal kapal berbendera Rusia yang ditahan Turki.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Turki telah memulai penyelidikan tentang asal-usul biji-bijian yang menjadi muatan kapal Rusia di pelabuhan Laut Hitam Karasu.
Dilansir TribunWow.com, kapal bernama Zhibek Zholy itu diklaim membawa gandum yang dicuri dari Ukraina.
Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pun mengelak dengan mengatakan kapal berbendera Rusia itu adalah milik Kazakhstan.
Seperti dilaporkan Bloomberg, Senin (4/7/2022), Duta Besar Ukraina untuk Ankara, Vasyl Bodnar, mengatakan bahwa negaranya telah mendesak Turki untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Baca juga: Terekam Kamera Satelit Bawa Kabur Gandum Ukraina ke Suriah, Rusia Beri Bantahan
Ia meminta penanganan khusus terhadap kapal Zhibek Zholy, yang diduga membawa 7 ribu ton gandum dari Berdyansk, Ukraina yang kini diduduki Rusia.
Ukraina menuduh Rusia mencuri gandum dari wilayah yang didudukinya sejak invasi 24 Februari.
Lavrov memberikan konfirmasi pada Senin (4/7/2022), bahwa kapal itu milik Rusia tetapi mengatakan Moskow masih bekerja untuk mengklarifikasi apa yang telah terjadi.
"Kapal itu benar-benar berbendera Rusia, tetapi saya pikir itu milik Kazakhstan dan kargo itu dibawa berdasarkan kontrak antara Estonia dan Turki," kata Lavrov kepada wartawan.
Kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya, kapal itu diketahui belum berlabuh atau membongkar muatan dan masih menunggu di luar pelabuhan saat Turki.
Sementara, para petugas masih menyelidiki asal dan lintasan pengiriman.

Baca juga: Diskusi Bahas Kepentingan Masyarakat di Dunia, Putin Nyatakan Siap Penuhi Permintaan Jokowi
Turki menangani situasi dengan hati-hati saat berupaya mengatur pembicaraan empat arah dengan PBB, Rusia dan Ukraina.
Pembicaraan itu akan membahas upaya untuk membangun koridor Laut Hitam agar dapat memulai kembali pengiriman makanan Ukraina yang terganggu oleh perang.
Turki mungkin akan menjadi tuan rumah dialog yang rencananya akan diadakan pada awal minggu depan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pekan lalu bahwa negaranya memiliki sekitar 20 kapal di kawasan yang siap untuk mengangkut gandum atas nama Ukraina setelah kesepakatan tercapai.
"Kami akan mencoba membawa produk ini dan mengekspornya kembali ke negara ketiga," ujar Erdogan.
Perang Rusia di Ukraina menghambat pengiriman biji-bijian yang diandalkan oleh negara-negara berkembang di Afrika Sub-Sahara dan di tempat lain.
Saat ini, para pemimpin dunia sedang berusaha untuk mencegah kekurangan pangan yang dapat menyebabkan meningkatnya kerusuhan politik di seluruh dunia.
Pasalnya, gangguan perdagangan itu telah menyebabkan biaya tanaman, bahan bakar dan pupuk serta harga pangan melonjak naik.
Baca juga: Bukti Rusia Curi Gandum Ukraina, Turki Tahan Kapal Kargo yang Diduga akan Jual Hasil Rampasan
Jurnalis Ukraina Sindir Keras Menlu Rusia
Seorang jurnalis Ukraina memanfaatkan kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov ke Ankara dengan melontarkan pertanyaan kontroversial.
Jurnalis bernama Muslim Umerov itu menyinggung soal ekspor biji-bijian dari Ukraina, di tengah kekhawatiran kelaparan dunia jika masalah ini tidak diselesaikan.
Ia pun disambut dengan jawaban ketus dari Lavrov yang kemudian menyebut tindakan tersebut sebagai perilaku tak sopan.

Baca juga: Disangsikan Ukraina, Putin Bersedia Beri Jaminan Keselamatan Bersayarat agar Kiev Bisa Ekspor Gandum
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Kamis (9/6/2022), Lavrov saat itu berada di Turki membahas pembentukan koridor aman untuk ekspor gandum Ukraina.
Lantaran tak diberi kesempatan bertanya dalam konferensi pers itu, Umerov nekat berdiri dan berbicara langsung dengan Lavrov.
"Saya dari televisi publik Ukraina, saya benar-benar ingin mengajukan pertanyaan," tegas Umerov.
"Barang apa lagi yang sudah dijual Rusia selain biji gandum, dari semua yang sudah dicuri di Ukraina?"
Lavrov tampak terkejut menghadapi pertanyaan di luar skenario itu.
Seolah tak percaya, ia sempat meminta Umerov mengulangi pertanyaannya sebelum menjawab.
"Anda orang Ukraina selalu khawatir tentang apa yang dapat anda curi dan dari mana, hingga anda kira semua orang berpikir seperti itu," sindir Lavrov sembari tersenyum sinis.
"Saya akan jawab pertanyaan anda."
Kemudian, Lavrov mengulangi pernyataan yang pernah diumumkan Putin tentang tujuan invasi.
Ia juga menyangkal Rusia telah memblokade jalur pelayaran setelah mengusai sebagian besar kawasan pelabuhan Ukraina.
Lavrov mengatakan ekspor gandum tersebut bisa dilakukan dengan hanya butuh perintah dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
"Kami merealisasikan tujuan yang telah dipublikasikan untuk menyingkirkan wilayah timur Ukraina dari tekanan rezim neo-Nazi, itulah yang kami lakukan," tegas Lavrov.
"Dan menyoal biji gandum, kami sudah menerangkan hari ini bahwa gandum tersebut bisa dikirim secara bebas ke tujuannya. Rusia tidak menempatkan halangan di jalur tersebut."
"Hanya butuh perintah dari Zelensky, jika dia masih bisa memerintah di sana, untuk mengizinkan kapal asing dan kapal Ukraina untuk berlayar di Laut Hitam."
Dihubungi kemudian oleh Agence France-Presse, Umerov, yang berbasis di Istanbul untuk televisi publik Ukraina, menjelaskan bahwa dia telah mengangkat tangannya selama seluruh sesi tanya-jawab.
Tetapi ia kemudian menyadari bahwa penyelenggara tidak akan membiarknya berbicara hingga memutuskan untuk menyela dengan keras.
"Saya mengambil risiko mengganggu konferensi pers karena seluruh Ukraina sedang menunggu jawaban atas pertanyaan ini," kata Umerov.
Di sisi lain, setelah kejadian tersebut, Lavrov menggambarkan perilaku duta besar Ukraina di sejumlah negara Barat sebagai sikap yang tidak dapat diterima dan tidak sopan,
"Saya juga kadang-kadang dituduh memilih kata-kata yang buruk, tetapi memilih kata-kata dengan buruk adalah satu hal, dan itu adalah hal yang sama sekali berbeda dari maksud tersebut," kata Lavrov dilansir TASS, Rabu (8/6/2022).
Dia mengatakan dia telah membahas masalah ini secara singkat dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu, dan mengklaim memiliki pemahaman yang sama mengenai berbicara dengan sopan.(TribunWow.com/ Via)