Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Galang Dana Lawan Pasukan Militer Rusia, Sekelompok Wanita Ukraina Jual Foto Tanpa Busana

Aksi nyeleneh dilakukan oleh sekelompok wanita Ukraina untuk membantu pasukan militer negara mereka menghadapi pasukan militer Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TheSun.co.uk
Sekelompok wanita Ukraina melakukan penggalangan dana dengan cara tak wajar yakni menjual foto tak senonoh diri mereka kepada warganet. 

TRIBUNWOW.COM - Sekelompok wanita Ukraina melakukan aksi tak biasa saat menggalang dana untuk pasukan militer negara mereka.

Dengan cara menjual foto tanpa busana, beberapa wanita Ukraina yang tergabung dalam proyek TerO***F**s berhasil meraup 570 ribu pound sterling atau setara Rp 10 miliar dalam waktu tiga bulan.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun, kelompok ini menyatakan akan terus melakukan aksi penggalangan dana hingga Presiden Rusia Vladimir Putin tewas.

Baca juga: Penampakan Evakuasi Gadis 7 Tahun di Ukraina Tertimbun Reruntuhan seusai Kiev Diserang Misil Rusia

Kelompok ini didirikan oleh seorang wanita asal Belarus bernama Nastsassia (23).

"Saya merasa senang karena saya dapat membantu orang-orang di Ukraina dan menunjukkan tidak seluruh warga Belarus menyukai Rusia dan kita adalah orang baik," kata Nastsassia.

Nastsassia bercerita, dirinya tidak sengaja membentuk kelompok ini.

Kala itu ia meminta tolong kepada warganet di Twitter untuk membantu kenalannya keluar dari Khakriv, Ukraina.

Nastsassia yang tidak mendapat respons dari netizen kemudian menambahkan bumbu candaan akan mengirimkan foto dirinya tanpa busana kepada mereka yang bersedia membantu.

Hanya dalam waktu lima menit Nastsassia dibanjiri pesan oleh orang-orang yang bersedia membantu dan akhirnya kenalannya berhasil dievakuasi keluar dari Kharkiv.

Nastsassia pun menepati janjinya dan mengirimkan foto tanpa busana kepada pria yang membantunya.

Beberapa hari kemudian Nastsassia akhirnya membentuk kelompok TerO***F**s untuk membantu Ukraina.

Sejak kelompok ini didirikan, telah ada 35 wanita dan tiga pria yang secara sukarela bergabung.

Baca juga: Belarus Diseret Rusia Ikut Konflik Ukraina, Zelensky Berpesan ke Sahabat Putin: Anda Bukan Budak

Ditawari Kamar Bayar Pakai Seks

Di sisi lain, mahasiswi asal Ukraina bernama Alina (21) mengaku butuh perjuangan sebelum menemukan rumah singgah saat mengungsi ke Inggris.

Alina menyebut banyak oknum di Inggris yang berusaha memanfaatkan kondisi para pengungsi yang segera butuh tempat tinggal.

Pada akhirnya Alina kini tinggal bersama Beth (33), seorang wanita yang bekerja sebagai ilmuwan biomedis dan ketua pramuka di Cardiff.

Mahasiswi asal Ukraina mengaku mengalami pengalaman tidak menyenangkan saat pergi mengungsi ke Inggris.
Mahasiswi asal Ukraina mengaku mengalami pengalaman tidak menyenangkan saat pergi mengungsi ke Inggris. (BBC.com)

Baca juga: Akui Ketergantungan, Turki Buka-bukaan Alasan Tak Mau Sanksi Rusia terkait Konflik di Ukraina

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, sebelum memutuskan untuk tinggal bersama Beth, Alina memerlukan waktu yang tak singkat.

Ia pertama mengecek seperti apa kehidupan pribadi Beth lewat akun media sosial (medsos) milik Beth.

Selain itu, Beth juga melakukan berbagai upaya supaya mendapat kepercayaan Alina.

Beth menjelaskan bahwa ia akan menyediakan tempat tinggal gratis kepada Alina selama satu tahun tanpa menuntut bayaran apapun.

"Saya berpikir, saya merasa aman dengan wanita ini," ujar Alina.

Alina bercerita, ia sempat menerima pesan-pesan mengkhawatirkan di email dan WhatsApp-nya.

"Saya berhadapan dengan banyak orang yang ingin mengambil keuntungan dari saya," kata Alina.

Alina bercerita, beberapa pesan tersebut menawarkan Alina untuk bekerja sebagai babysitter, hingga menjaga anjing.

Alina mengakui pesan-pesan itu membuatnya curiga.

"Saya seorang pengungsi, saya butuh tempat aman untuk tinggal. Saya tidak sedang mencari uang atau pekerjaan," kata dia.

"saya mendengar ada banyak orang, gadis yang ditawari kamar dengan bayaran hubungan seks," ujar Alina.

Dikabarkan, para pengungsi wanita dari Ukraina terancam mendapat pelecehan seksual oleh warga Inggris.

Terutama dari sejumlah pria lajang yang menawarkan diri untuk menampung mereka.

Hal ini mendorong komisioner tinggi PBB (UNHCR) untuk meminta Inggris agar meninjau kembali skema penampungan sementara untuk pengungsi itu.

Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Jumat (14/3/2022), tak hanya menjadi korban perang, pengungsi Ukraina juga terancam menjadi korban pelecehan.

Diketahui, Inggris mengadakan program 'Rumah untuk Ukraina', warga yang memiliki kamar cadangan diizinkan membuka rumah mereka bagi warga Ukraina selama mereka dapat menawarkan akomodasi setidaknya selama enam bulan.

Tetapi ada kekhawatiran yang berkembang bahwa perempuan berada dalam risiko akibat program tersebut.

Adapun lebih dari 150.000 orang telah mendaftar sebagai tuan rumah pada hari-hari menjelang peluncuran skema itu pada 18 Maret.

Pekan lalu, penyelidikan rahasia oleh surat kabar The Times mengungkapkan bagaimana beberapa pria lajang Inggris mengusulkan berbagi tempat tidur dan mengirim pesan yang tidak pantas dan bernada seksual kepada wanita yang melarikan diri dari perang.

Kabar ini didukung pernyataan James Jamieson, ketua Asosiasi Pemerintah Lokal (LGA), yang memperingatkan kemungkinan pengungsi Ukraina bisa menjadi tunawisma.

Dia mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah pengungsi Ukraina yang meninggalkan tuan rumahnya.

Pengungsi itu memilih pergi setelah hubungan dengan tuan rumahnya rusak atau menemui akomodasi keluarga tidak sesuai.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, UNHCR mengatakan pemerintah Inggris perlu mengembangkan proses yang lebih tepat.

Sehingga dapat memastikan para wanita, termasuk mereka yang memiliki anak, mendapat tuan rumah dengan keluarga atau pasangan, daripada pria lajang.

“Pencocokan yang dilakukan tanpa pengawasan yang tepat dapat meningkatkan risiko yang mungkin dihadapi perempuan, selain trauma pemindahan, perpisahan keluarga, dan kekerasan yang sudah dialami,” bunyi pernyataan UNHCR.

Namun rupanya, pemerintah tidak selalu mencocokkan tuan rumah dengan pengungsi di bawah skema 'Rumah untuk Ukraina'.

Alih-alih, warga yang berminat langsung menghubungi pengungsi Ukraina menggunakan grup Facebook dan platform media sosial lainnya, yang dinilai kurang aman.

“Kami takut proses pencocokan gratis terbuka lebar untuk dieksploitasi oleh pedagang manusia dan orang lain yang menyasar pengungsi yang rentan,” ujar Louise Calvey, kepala layanan dan perlindungan di badan amal Inggris Refugee Action.

“Para menteri harus turun tangan dan mengatur dengan tepat sponsor yang cocok untuk memastikan bahwa orang-orang rentan yang datang ke sini mendapatperlindungan aman.”

Secara total, lebih dari 4,7 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Rusia melancarkan serangannya pada 24 Februari, menurut UNHCR.

Mayoritas penduduk, sekitar 2,7 juta jiwa, mengungsi ke negara tetangga Polandia. Rumania, Hungaria, Moldova dan Slovakia. (TribunWow.com/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir Putin
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved