Konflik Rusia Vs Ukraina
Prediksi Rusia akan Lawan Eropa, Ukraina Bersiap Hadapi Serangan Dahsyat seusai Bergabung dengan UE
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, memperkirakan Rusia akan meningkatkan intensitas serangannya minggu ini.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, memperkirakan Rusia akan meningkatkan intensitas serangannya minggu ini.
Ia juga memperingatkan negara-negara Eropa agar siap menghadapi meningkatnya permusuhan karena dukungannya ke Ukraina untuk melawan Rusia.
Apalagi saat ini Kyiv tengah menunggu keputusan untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE).

Baca juga: Maju ke Wilayah Perang, Zelensky Adakan Kunjungan Tiba-tiba ke Kota Ukraina yang Disasar Rusia
Baca juga: Kuasai Desa Metiolkine, Kadyrov Mengaku Taklukan 6 Unit Pasukan Ukraina dan Buat Komandan Menyerah
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Senin (20/6/2022), Komisi Eropa memberikan rekomendasi untuk memberikan status kandidat kepada Kyiv di aliansi UE.
Hal ini menjadi sebuah pukulan diplomatik ke Moskow yang diduga akan meningkatkan serangannya ke Ukraina.
"Besok minggu bersejarah dimulai. Ada beberapa keputusan yang menentukan untuk Ukraina," kata Zelenskiy dalam pidato video rutin pada Minggu malam, (19/6/2022).
"Dan dalam minggu seperti itu, kita harus memprediksi aktivitas permusuhan yang lebih besar dari Rusia. Dan tidak hanya melawan Ukraina, tetapi juga melawan negara-negara Eropa lainnya."
"Kami sedang mempersiapkan. Kami siap. Kami memperingatkan para sekutu."
Diketahui, para pemimpin Eropa akan bertemu minggu ini untuk memberikan keputusan akhir mereka mengenai aplikasi keanggotaan jalur cepat Ukraina.
Meskipun begitu, presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan Moskow tidak menentang langkah tersebut.
Di sisi lain, seorang juru bicara Kremlin mengatakan Rusia mengikuti dengan cermat proposal Kyiv, terutama mengingat akan adanya peningkatan kerja sama pertahanan di antara negara-negara anggota.
Keputusan UE yang mendukung keanggotaan utama Kyiv akan menempatkan Ukraina di jalur yang tepat untuk mewujudkan aspirasi yang tidak dapat dijangkau oleh bekas republik Soviet sebelum invasi Rusia.
"Seluruh generasi berjuang untuk kesempatan melarikan diri dari penjara Uni Soviet dan, seperti burung bebas, terbang ke peradaban Eropa," kata ketua parlemen Ukraina, Ruslan Stefanchuk, dalam sebuah pernyataan, Minggu (19/6/2022).
Sementara itu, di medan perang, pasukan Rusia melanjutkan upaya mereka untuk mengambil kendali penuh atas wilayah Donbas timur.
Pertempuran sengit berlanjut di Severodonetsk, di mana pejabat lokal mengakui Rusia sekarang sudah menguasai sebagian besar kota.
Rusia juga mengklaim bahwa mereka telah merebut Metiolkine, sebuah desa di pinggiran Donbas.
Kantor berita negara Rusia Tass melaporkan bahwa banyak pejuang Ukraina telah menyerah di sana.
Baca juga: Inggris Khawatir Ada 50 Mata-mata Rusia Berbaur di Masyarakat, Diutus Putin Selidiki Hal Berikut
Baca juga: Maju ke Wilayah Perang, Zelensky Adakan Kunjungan Tiba-tiba ke Kota Ukraina yang Disasar Rusia
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Rusia Serentak Menyerang dari 9 Arah
Rusia dikabarkan memulai serangan besar-besaran dari sembilan arah di wilayah Luhanks, Ukraina.
Pejabat militer Ukraina mengatakan bahwa pertarungan sengit masih berlangsung untuk mempertahankan wilayah.
Sementara itu, kota penting Severodonetsk di Luhansk dilaporkan hampir jatuh ke tangan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dilansir TribunWow.com dari Reuters, Rabu (16/6/2022), tampaknya Rusia menunjukkan perkembangan signifikan dalam invasinya ke Ukraina.
Pasukan Moskow kini berada di atas angin setelah berhasil mengisolasi kota Severodonetsk di Luhanks.
Panglima militer Ukraina, Valeriy Zaluzhny, mengatakan Rusia telah memusatkan pasukan serangan utamanya di utara wilayah Luhansk.
Bahkan, pasukan tersebut kini telah berusaha menyerang secara serentak dari sembilan arah.
"Perjuangan sengit untuk wilayah Luhansk berlanjut," kata Valeriy Zaluzhny dalam sebuah pesan online, Rabu (15/6/2022).
Ia mengatakan bahwa Rusia menggunakan pesawat, granat berpeluncur roket, dan artileri.
Hal ini sejalan dengan penilaian Barat baru-baru ini bahwa Ukraina timur yang kini menjadi target utama Kremlin, dapat segera jatuh ke tangan Rusia jika dinamika saat ini berlanjut.
Saat Barat mempercepat pengiriman senjata, Kyiv telah berjanji untuk terus berperang dengan harapan bahwa pertempuran di timur akan menjauhkan Rusia dari negara lain.
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Selasa (14/6/2022), dilaporkan sekitar 70 persen wilayah kota Severodonetsk yang juga terletak di Luhanks telah berada di bawah kendali Rusia.
Baca juga: Sedang Berkumpul untuk Rapat, Lebih dari 50 Petinggi Militer Ukraina Tewas Kena Serangan Misil Rusia
Pertempuran sengit terjadi selama berminggu-minggu, di mana merebut Severodonetsk telah menjadi tujuan militer utama bagi Rusia.
Dengan mengambil Severodonetsk dan kota terdekatnya Lysychansk, Moskow akan mendapat kendali atas seluruh wilayah Luhansk, yang sebagian besar sudah dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia.
Melalui pernyataan di Telegram, Gubernur Provinsi Luhanks, Serhiy Haidai menuliskan bahwa ketiga jembatan menuju Severodonetsk telah hancur.
Ia menyebut penduduk yang tersisa di kota itu dipaksa untuk bertahan hidup dalam kondisi yang sangat sulit.
Pasalnya, pasukan Rusia diklaim telah menghancurkan infrastruktur gas, air dan listrik kota itu, di samping apa yang dia sebut 'masalah besar' dengan perawatan medis.
"Semua jembatan telah hancur, jadi sayangnya tidak mungkin membawa apa pun ke kota hari ini," kata Haidai dilansir Newsweek, Selasa (14/6/2022).
Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky menggambarkan korban jiwa dalam pertempuran di kota itu sebagai kondisi yang mengerikan.
Ia mengatakan pasukan Ukraina, telah memerangi pasukan Rusia di setiap meter secara harafiah.
"Pasukan Ukraina yang tersisa di kota itu harus menyerah atau mati," kata Eduard Basurin, seorang perwakilan militer dari Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri sendiri.
"Divisi Ukraina yang ada (di Severodonetsk) akan ada selamanya."
Seorang pejabat tinggi Rusia mengatakan tujuan Moskow adalah untuk melindungi republik rakyat Donetsk dan Luhansk yang dideklarasikan sendiri.
"Secara umum, perlindungan republik adalah tujuan utama dari operasi militer khusus," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip oleh kantor berita RIA Novosti. (TribunWow.com/Via)