Konflik Rusia Vs Ukraina
Pemerintah Rusia Gelontorkan Rp 250 Miliar demi Tingkatkan Patriotisme di Sekolah
Pemerintah Rusia diketahui menganggarkan uang senilai Rp 250 miliar untuk meningkatkan patriotisme di lingkungan sekolah.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Rusia diketahui telah menghabiskan uang senilai 17 juta USD untuk keperluan meningkatkan jiwa patriotisme di lingkungan sekolah.
Uang senilai Rp 250 miliar tersebut diketahui digunakan untuk membeli bendera dan lambang negara.
Barang tersebut nantinya akan digunakan dalam rutinitas upacara mingguan di semua sekolah yang berada di daerah pedesaan Rusia.
Baca juga: Penampakan Warga Ukraina Rekreasi di Sungai, Pemerintah Sudah Peringatkan Bahaya Serangan Rusia
Baca juga: Biden Ngaku Sudah Peringatkan Ukraina soal Invasi Rusia: Zelensky Tidak Mau Mendengar
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, nantinya mulai bulan September, setiap Senin pagi sekolah-sekolah di Rusia akan melakukan upacara pengibaran bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan.
Menteri Pendidikan Rusia Sergei Kravtsov mengharapkan serangakaian kegiatan upacara tersebut dapat meningkatkan kesadaran patriotisme para murid.
Kravtsov juga berencana untuk mengenalkan pelajaran sejarah mulai dari murid dalam rentang usia tujuh tahun ke atas.
Di sisi lain, aksi tak biasa dilakukan pasukan militer Rusia di Ukraina.
Di sebuah sekolah yang terletak di bagian utara Kyiv/Kiev, tentara Rusia meninggalkan pesan permintaan maaf seusai meninggalkan daerah tersebut pada bulan lalu.
Permintaan maaf ini ditulis oleh tentara Rusia untuk anak-anak atau siswa yang bersekolah di bangunan tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, pesan ini ditemukan oleh pasukan militer Ukraina di Desa Katyuzhanka.
Kondisi sekolah yang ditulisi pesan tersebut sudah dalam kondisi rusak parah.
Perlengkapan belajar mengajar hancur, hingga terdapat lubang galian di lapangan sepak bola.
Baca juga: Relawan Inggris Terpidana Mati Curiga Ukraina Perpanjang Perang Lawan Rusia demi Uang
Sementara itu, surat yang ditulis oleh tentara Rusia ini ditemukan di dalam sebuah ruangan kelas, ditaruh di dekat papan tulis.
Berikut isi surat yang ditulis atas nama tentara Rusia:
"Anak-anak, kami meminta maaf atas kekacauan ini, kami mencoba menyelamatkan sekolah ini tetapi telah terjadi serangan.
Hiduplah dalam damai, jaga diri kalian masing-masing dan jangan ulangi kesalahan yang dibuat oleh orangtuamu.
Ukraina dan Rusia adalah satu!!!
Damai selalu bersamamu."
Terkait surat tersebut, sang kepala sekolah Mikola Mikitchik mengaku jijik melihat isinya.
Tentara Rusia Terima Surat dan Gambar dari Bocah
Sebelumnya, satuan pasukan artileri angkatan bersenjata Rusia menerima kejutan manis saat bertugas di medan perang Ukraina.
Satuan yang terdiri dari lima orang tentara tersebut memperoleh sejumlah surat yang berisi tulisan dan gambar.
Surat-surat itu dikabarkan dikirim oleh anak-anak sekolah untuk meningkatkan motivasi pasukan.
Dilansir Tribun-Medan.com, Selasa (26/4/2022), surat tersebut dikabarkan datang dari anak-anak di seluruh penjuru Federasi Rusia.
Isi dari surat-surat tersebut antara lain berupa gambar, puisi, dan tulisan berisi kata-kata terimakasih.
Anak-anak tersebut juga disebut mendoakan keselamatan dan berharap para tentara Rusia bisa segera pulang.
Dalam surat tersebut, pasukan Rusia dipuji sebagai tentara yang rela membela negara tanpa pamrih.
Dilansir TribunWow.com, video mengenai peristiwa tersebut ditampilkan dalam tayangan di kanal YouTube Tribun MedanTV, Selasa (26/4/2022).
Tampak seorang tentara pembawa pesan mendatangi lima prajurit yang berbaris di depan tank mereka.
Pembawa pesan itu kemudian mengeluarkan satu per satu surat dari dalam tasnya dan membagikan pada para penembak jitu.
Meski wajahnya ditutupi dengan balaklava, namun mereka menampakkan gestur senang dan mata yang berbinar.
Dalam satu gambar yang dipegang tentara tersebut, tampak gambar bendera Rusia berkibar dengan latar belakang langit biru.
Kemudian, tentara pembawa pesan membagikan juga makanan ringan dan potongan gambar orang kudus diduga sebagai bingkisan Paskah yang baru saja selesai dirayakan.
Ajarkan Perang Ukraina di Sekolah
Departemen pendidikan Rusia dilaporkan telah memasukkan materi Perang Ukraina dalam kurikulumnya.
Propaganda seputar isu-isu tersebut akan diajarkan ke anak-anak mulai sekolah dasar hingga SMA.
Selain itu, pemerintah mendorong upaya indoktrinasi bela negara dengan memberi materi mengenai kebangsaan.
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Sabtu (23/4/2022), Menteri Pendidikan Sergey Kravtsov mengatakan pihaknya telah mulai mengembangkan pelajaran tentang tujuan 'operasi khusus'.
Ditekankan bahwa alasan Rusia menyerang Ukraina adalah untuk membantu rakyat, menggalakkan denazifikasi, dan demiliterisasi Donbas.
Adapun tujuan materi khusus itu diajarkan di sekolah adalah untuk melawan badai disinformasi palsu tentang Rusia.
Pelajaran-pelajaran itu secara kondisional disebut ‘Percakapan tentang topik-topik penting’.
"Kami tidak akan pernah membiarkan (sejarah ditulis dengan catatan) bahwa kami memperlakukan negara lain, negara persaudaraan kami, Ukraina dan Belarus, dengan buruk," tutur Kravtsov.
"Kami akan melakukan segalanya dengan kekuatan kami sehingga memori sejarah tetap terjaga."
"Dan mulai 1 September, selain itu, akan ada pengibaran bendera nasional di awal minggu sekolah, menampillkan lagu kebangsaan," katanya.
Bocoran manual untuk kuliah khusus tahun ini telah menunjukkan bahwa guru Rusia diberitahu untuk mengajari siswa bahwa Rusia tidak menginvasi Ukraina.
Alih-alih, Rusia disebut mempraktikkan pertahanan diri terhadap ancaman yang diciptakan dan mencegah bencana yang bahkan lebih besar daripada hari ini.
Dalam pelajaran terpisah tentang 'sanksi anti-Rusia', para guru diminta untuk bertanya kepada siswa apakah sanksi itu adil, apakah sanksi itu justru akan memperkuat ekonomi Rusia, dan siapa yang akan dirugikan.
"Guru bersama siswa menyimpulkan bahwa kebijakan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ditujukan untuk meningkatkan perlindungan produsen dalam negeri, memastikan keberlanjutannya dalam menghadapi krisis eksternal," bunyi intruksi dalam dokumen tersebut.
Denis Lanshchikov, seorang guru sejarah di sebuah sekolah swasta di Moskow mengatakan buku pedoman pelajaran, atau metodichki baru itu, sejauh ini tidak wajib digunakan.
Tetapi banyak guru dan administrator di sekolah negeri tampaknya memakainnya atas kemauan mereka sendiri.
Baik karena mereka mendukung perang atau karena mereka pikir sedang diawasi pemerintah.
"Tampaknya bagi saya itu belum merupakan upaya top-down untuk membuat sekolah totaliter," katanya.
"Tapi kemudian setiap orang menciptakan totalitarianisme ini sendiri."
Bahkan siswa sekolah dasar dilaporkan telah menghadapi beberapa tingkat indoktrinasi.
"Di semua sekolah mereka mengadakan acara khusus yang didedikasikan untuk membahas topik peperangan Rusia dengan fasis,” kata Marina Litvinovich, seorang politisi oposisi di Moskow.
Di kelas putranya yang masih duduk di bangku kelas 4 SD, anak-anak diberi sejarah versi ringan.
"Mereka tidak begitu mengerti. Jadi mereka melewati blokade Leningrad (perang dunia kedua), dan selama pelajaran mereka juga mengatakan bahwa 'lihat, ini adalah bagaimana Rusia terus berjuang melawan fasisme'," tutur Litvinovich.
"Anak-anak tampak santai dalam menghadapi hal itu," katanya tentang putranya.
Dia membandingkannya dengan indoktrinasi yang dia alami sebagai mahasiswa di akhir periode Soviet.
"Ketika Uni Soviet jatuh, semua indoktrinasi ini menghilang, jadi saya tidak terlalu khawatir tentang itu. Doktrin itu akan hilang ketika mereka bertemu kenyataan. (Doktrinasi) itu buruk tapi bukan malapetaka," pungkas Litvinovich. (TribunWow.com/Anung/Via)