Konflik Rusia Vs Ukraina
Keluar Uang Puluhan Juta Manjakan Pengungsi Ukraina, Warga Inggris Kecewa Dituduh Memeras
Keluarkan uang senilai puluhan juta rupiah untuk kebutuhan pengungsi Ukraina, sebuah keluarga di Inggris berakhir kecewa kebaikannya dibalas buruk.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Sebuah keluarga di Inggris merasa kecewa kebaikannya manjakan pengungsi dari Ukraina justru dibalas tuduhan.
Pengungsi dari Ukraina menuding dirinya diperas dan diusir oleh keluarga tuan rumah di Inggris.
Tudingan ini pun dibantah oleh wanita di Inggris yang menjadi tuan rumah mereka.
Baca juga: Perebutkan Sievierodonetsk, Pasukan Rusia dan Ukraina Bertempur Jarak Dekat, Banyak Bangunan Hancur
Baca juga: Ridwan Kamil Susuri Jalan di Pinggir Sungai Aare dari TKP Anaknya Terseret hingga ke Danau di Ujung
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, wanita yang namanya dirahasiakan ini mengaku sudah mengeluarkan uang puluhan juta untuk memenuhi kebutuhan pengungsi yang ia tampung.
Diketahui, pengungsi Ukraina itu datang dari Bucha, Ukraina ke bagian timur laut Inggris pada 16 April.
Wanita berusia 45 tahun yang datang bersama putranya yang berusia 13 tahun mengaku terpaksa menjadi gelandangan karena diusir oleh tuan rumah.
Tak hanya itu, pengungsi Ukraina itu juga mengaku diperas oleh tuan rumah untuk memberikan uang.
Kini pengungsi tersebut bersama anaknya ditampung oleh lembaga amal di Sunderland.
Habiskan Uang Puluhan Juta
Sementara itu menurut keterangan dari sang tuan rumah, dirinya telah berbuat segala cara agar pengungsi Ukraina yang ia tampung betah tinggal.
"Kami membayar tiket penerbangan mereka di sini dan menjemput mereka di bandara," kata tuan rumah.
Wanita yang merupakan tuan rumah bercerita, dirinya belum mendapat bantuan dana dari pemerintah Inggris.
Namun ia rela mengeluarkan uang sebanyak 700 poundsterling atau setara Rp 12 juta untuk keperluan makan pengungsi yang ia tampung.
Belum lagi ia juga mengeluarkan uang senilai Rp 13 juta untuk membelikan laptop dan sepeda untuk anak pengungsi tersebut.
"Saya membelikannya sepatu mahal untuk ulang tahunnya," kata tuan rumah.
"Dan meminta teman-teman saya dan keluarga untuk mengirimi kartu."
Di sisi lain, pengungsi Ukraina itu tetap berpegang teguh terhadap pengakuannya bahwa ia diperlakukan buruk oleh tuan rumah.
Sang tuan rumah di sisi lain telah kecewa berat dituduh berperilaku buruk padahal telah berusaha maksimal memanjakan pengungsi yang ia tampung.
Saking kecewanya, wanita yang menjadi tuan rumah tersebut tidak akan mau lagi menampung pengungsi.
Terkait peristiwa ini, polisi lokal dan dewan terkait mengonfirmasi bahwa keluarga tuan rumah tidak melakukan hal yang melanggar hukum.
Baca juga: Diserang Granat, Terekam Tentara Rusia Sempat Acungkan Jari Tengah ke Drone Ukraina
Baca juga: Kisah Ibu di Rusia Selamatkan 2 Putranya dari Pertempuran di Ukraina: Waktu Seakan Berhenti
Pria Lajang Inggris Diduga Lecehkan Pengungsi
Sebelumnya, para pengungsi wanita dari Ukraina terancam mendapat pelecehan seksual oleh warga Inggris.
Terutama dari sejumlah pria lajang yang menawarkan diri untuk menampung mereka.
Hal ini mendorong komisioner tinggi PBB (UNHCR) untuk meminta Inggris agar meninjau kembali skema penampungan sementara untuk pengungsi itu.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Jumat (14/3/2022), tak hanya menjadi korban perang, pengungsi Ukraina juga terancam menjadi korban pelecehan.
Diketahui, Inggris mengadakan program 'Rumah untuk Ukraina', warga yang memiliki kamar cadangan diizinkan membuka rumah mereka bagi warga Ukraina selama mereka dapat menawarkan akomodasi setidaknya selama enam bulan.
Tetapi ada kekhawatiran yang berkembang bahwa perempuan berada dalam risiko akibat program tersebut.
Adapun lebih dari 150.000 orang telah mendaftar sebagai tuan rumah pada hari-hari menjelang peluncuran skema itu pada 18 Maret.
Pekan lalu, penyelidikan rahasia oleh surat kabar The Times mengungkapkan bagaimana beberapa pria lajang Inggris mengusulkan berbagi tempat tidur dan mengirim pesan yang tidak pantas dan bernada seksual kepada wanita yang melarikan diri dari perang.
Kabar ini didukung pernyataan James Jamieson, ketua Asosiasi Pemerintah Lokal (LGA), yang memperingatkan kemungkinan pengungsi Ukraina bisa menjadi tunawisma.
Dia mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah pengungsi Ukraina yang meninggalkan tuan rumahnya.
Pengungsi itu memilih pergi setelah hubungan dengan tuan rumahnya rusak atau menemui akomodasi keluarga tidak sesuai.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, UNHCR mengatakan pemerintah Inggris perlu mengembangkan proses yang lebih tepat.
Sehingga dapat memastikan para wanita, termasuk mereka yang memiliki anak, mendapat tuan rumah dengan keluarga atau pasangan, daripada pria lajang.
“Pencocokan yang dilakukan tanpa pengawasan yang tepat dapat meningkatkan risiko yang mungkin dihadapi perempuan, selain trauma pemindahan, perpisahan keluarga, dan kekerasan yang sudah dialami,” bunyi pernyataan UNHCR.
Namun rupanya, pemerintah tidak selalu mencocokkan tuan rumah dengan pengungsi di bawah skema 'Rumah untuk Ukraina'.
Alih-alih, warga yang berminat langsung menghubungi pengungsi Ukraina menggunakan grup Facebook dan platform media sosial lainnya, yang dinilai kurang aman.
“Kami takut proses pencocokan gratis terbuka lebar untuk dieksploitasi oleh pedagang manusia dan orang lain yang menyasar pengungsi yang rentan,” ujar Louise Calvey, kepala layanan dan perlindungan di badan amal Inggris Refugee Action.
“Para menteri harus turun tangan dan mengatur dengan tepat sponsor yang cocok untuk memastikan bahwa orang-orang rentan yang datang ke sini mendapatperlindungan aman.”
Secara total, lebih dari 4,7 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Rusia melancarkan serangannya pada 24 Februari, menurut UNHCR.
Mayoritas penduduk, sekitar 2,7 juta jiwa, mengungsi ke negara tetangga Polandia. Rumania, Hungaria, Moldova dan Slovakia. (TribunWow.com/Anung/Via)