Konflik Rusia Vs Ukraina
Susul McDonald's, Starbucks Angkat Kaki dari Rusia, Tinggalkan 130 Toko dan Ribuan Karyawan
Starbucks Corp. akan keluar dari Rusia sepenuhnya, menandai penarikan terbaru perusahaan asing dari negara itu setelah invasinya ke Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Starbucks Corp. akan keluar dari Rusia sepenuhnya, menandai penarikan terbaru perusahaan asing dari negara itu setelah invasinya ke Ukraina.
Setelah 15 tahun berbisnis di Rusia, waralaba kedai kopi itu mengakhiri kehadiran merek dagangnya di negara tersebut.
Keputusan ini menyusul kepergian McDonald's yang baru beberapa waktu lalu menyatakan tak akan lagi berdagang di Rusia.

Baca juga: Zelensky Disebut Menderita Delusi Kemenangan Ukraina atas Rusia Akibat Ditekan oleh Barat
Baca juga: Putin Ungkap Siasat Barat Hancurkan Rusia dari Dalam, Singgung Provokasi Ukraina dan Sanksi Global
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Senin (23/5/2022), pada bulan Maret, Starbucks mengatakan mitra berlisensinya telah setuju untuk segera menangguhkan operasi di semua 130 tokonya di Rusia.
Namun keputusan terbaru perusahaan itu menyatakan akan mengakhiri merek dagangnya di Rusia.
Alshaya Group yang berbasis di Kuwait, yang memiliki dan mengoperasikan waralaba tersebut, mengatakan keputusan tersebut adalah pilihan Starbucks.
Pihaknya menolak untuk menjawab dan mengalihkan segala pertanyaan pada perusahaan pusat.
Tidak disebutkan apakah waralaba tersebut akan berusaha untuk menjual tokonya atau membuka kembali dengan merek baru.
Starbuck berusaha memenuhi kewajiban kepada hampir dari 2.000 pekerja, dengan membayar gaji mereka selama enam bulan dan memberikan bantuan untuk transisi pekerjaan.
Pada bulan Maret, sebelum pensiun sebagai chief executive officer Starbuck, Kevin Johnson menuturkan sikapnya mengenai invasi Rusia ke Ukraina.
"Kami mengutuk serangan yang tidak beralasan, tidak adil dan mengerikan di Ukraina oleh Rusia, dan hati kami untuk semua yang terkena dampak," ujar Kevin Johnson dilansir Aljazeera.
"Invasi dan dampak kemanusiaan dari perang ini sangat menghancurkan dan menciptakan efek riak yang dirasakan di seluruh dunia."
Diketahui, serangkaian nama perusahaan besar telah menghentikan atau menutup bisnis mereka di Rusia setelah invasi Presiden Vladimir Putin.
McDonald's Corp keluar dari negara itu pekan lalu, menjual bisnisnya di sana kepada mantan pemilik tambang batu bara Siberia.
Mengakhiri era yang dimulai pada 1990, ketika puluhan ribu orang mengantre di Lapangan Pushkin Moskow untuk pembukaan cabang pertamanya.
Sebuah catatan untuk karyawan dari bos McDonald's, Chris Kempczinski menuliskan alasan tentang krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang.
McDonald's mengumumkan menjual hampir 850 restorannya di Rusia kepada pemegang lisensi saat ini, pengusaha Rusia Alexander Govor.
Awal bulan ini, pembuat mobil Prancis Renault juga mengatakan bisnisnya telah dinasionalisasi dan akan dijalankan oleh entitas pemerintah Rusia.
Mereka berharap untuk menghidupkan kembali produksi di bawah merek mobil era Soviet.
Walikota Moskow bulan lalu memperkirakan bahwa sekitar 200.000 orang di kota itu saja berisiko kehilangan pekerjaan karena perusahaan-perusahaan Barat meninggalkan negara itu.
Baca juga: Tak akan Kembali, McDonalds Jual 850 Bisnis Restorannya di Rusia Buntut Invasi ke Ukraina
Baca juga: Pejabat Rusia Ramai-ramai Mundur hingga Jadi Tahanan, Diduga Salahkan Putin Buntut Invasi ke Ukraina
Kebijakan Putin untuk atasi Hengkangnya Perusahaan Asing
Pemerintah Rusia kembali menjalankan upaya untuk mengatasi sanksi global sebagai bentuk protes atas invasinya ke Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin meminta jajarannya untuk bertindak tegas dan menyusun peraturan baru.
Terutama terkait sejumlah brand dan perusahaan yang ikut hengkang dari Rusia.

Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Kamis (11/3/2022), semakin hari semakin banyak perusahaan yang telah menangguhkan atau mengakhiri operasi di Rusia.
Hal ini terjadi setelah Amerika Serikat dan negara-negara Eropa memberlakukan sanksi yang melumpuhkan ekonomi Rusia, menyebabkan rubel jatuh dan harga naik secara signifikan.
"Terkait dengan mereka yang akan menutup produksi mereka (di Rusia), kita perlu bertindak tegas di sini, dalam kasus apa pun, tidak boleh ada kerugian pada pemasok lokal," ujar Putin saat rapat kabinet, Kamis (10/3/2022).
"Perlu adanya manajemen eksternal dan kemudian mentransfer perusahaan-perusahaan ini kepada mereka yang ingin bekerja," katanya, setelah Perdana Menteri Mikhail Mishustin mengatakan pemerintah telah menyiapkan rancangan undang-undang.
Putin juga mengatakan kepada para menterinya bahwa Rusia harus memastikan bahwa hak-hak investor asing yang memilih untuk tetap tinggal di negara itu dilindungi dengan baik.
Investasi asing yang dibangun selama 30 tahun sejak runtuhnya Uni Soviet memilih untuk hengkang.
Dari berbagai lini bisnis, terhitung ada 330 perusahaan yang memilih mengentikan operasinya di Rusia.
Dari Boeing dan Airbus hingga Apple, Disney, TikTok, McDonald's, dan Starbucks, dan merek-merek ternama lain menangguhkan atau menghentikan operasi mereka di Rusia.
Perusahaan besar seperti Volkswagen, Ikea dan Apple telah menghentikan pabrik dan menyetop penjualan.
Sementara raksasa energi BP, Exxon dan Shell mengatakan mereka akan berhenti membeli minyak dan gas Rusia atau keluar dari kemitraan di sana.
"Negara-negara Barat berusaha menciptakan kekurangan barang impor sehari-hari di negara kita, memaksa penutupan bisnis milik asing yang berhasil beroperasi," kata Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov.
Surat kabar Rusia Izvestia melaporkan bahwa pemerintah dan kantor kejaksaan sedang mempertimbangkan proposal untuk menasionalisasi perusahaan asing yang telah mengumumkan bahwa mereka menarik diri dari Rusia.
Daftar tersebut mencangkup hampir 60 perusahaan, termasuk IKEA, McDonald's, Apple, Microsoft, IBM dan Porsche, antara lain.
Bagi banyak perusahaan, melakukan bisnis di Rusia juga menjadi terlalu sulit karena kekhawatiran atas pembayaran, pengiriman, dan asuransi.
SWIFT, sistem pembayaran internasional, telah memutus beberapa bank besar Rusia, sementara perusahaan kartu kredit Visa, Mastercard, dan American Express juga menangguhkan operasinya.
Melawan Barat, pemerintah Rusia mengatakan sebelumnya bahwa mereka telah melarang ekspor peralatan telekomunikasi, medis, mobil, pertanian, listrik dan teknologi, di antara barang-barang lainnya, hingga akhir 2022.
Secara total, lebih dari 200 item dimasukkan dalam daftar penangguhan ekspor, yang juga mencakup gerbong, peti kemas, turbin, dan barang lainnya. (TribunWow.com)