Konflik Rusia Vs Ukraina
Media Pemerintahan Putin Beritakan Tentara Rusia Divonis Hukuman Paling Berat di Ukraina
Media pemerintah Rusia turut memberitakan soal nasib tentara Rusia yang divonis penjara di Ukraina karena kasus kejahatan perang.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Nasib Sersan Vadim Shishimarin (21) turut menjadi perhatian pemerintah Rusia.
Lewat media milik pemerintahan Rusia yakni rt.com, diberitakan bahwa Shishimarin diberikan hukuman paling berat oleh pangadilan di Ukraina.
Media Rusia memberitakan bahwa Shishimarin dituding melakukan kejahatan perang oleh jaksa di Ukraina.
Baca juga: 5 Upaya Pembunuhan Putin yang Buat Presiden Rusia Kini Dilindungi Pasukan Elit Penembak Jitu
Baca juga: Dinilai Aneh, Gestur Tubuh Putin saat Temui Lukashenko Disorot Media Inggris: Tidak Nyaman
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, dijelaskan pula pemerintah Rusia tidak lepas tangan terhadap nasib Shishimarin.
Pada Senin (23/5/2022) kemarin, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov menyampaikan bahwa pemerintah Rusia turut khawatir akan nasib Shishimarin.
Peskov menyampaikan, saat ini Rusia tidak memiliki kemampuan untuk melindungi Shishimarin yang tengah berada di Ukraina.
Peskov menjelaskan institusi milik pemerintah Rusia tidak bisa berbuat banyak karena kejadian terjadi di Ukraina.
"Tetapi ini bukan berarti kita tidak mempertimbangkan kemungkinan untuk melanjutkan usaha (membantu Shishimarin) lewat kanal lain," kata Peskov.
Di akhir berita, rt.com menyampaikan bahwa pemerintah Rusia menegaskan sejak awal konflik, pasukan militernya tidak pernah mengincar warga sipil.
Diberitakan pula Rusia turut menemukan kasus-kasus kejahtan perang yang dilakukan oleh pasukan militer Ukraina terutama terhadap tentara Rusia yang menjadi tahanan perang hingga warga sipil di Donbass.
Diketahui, vonis penjara seumur hidup dijatuhkan atas kasus Shishimarin yang telah menembak mati seorang warga sipil Ukraina bernama Oleksandr Shelipov (62).
Baca juga: Tentara Rusia Pembunuh Warga Sipil Dipenjara Seumur Hidup di Ukraina? Istri Korban Setujui Opsi Lain
Baca juga: Zelensky Setujui Aturan Baru, Harta Warga Ukraina yang Dicurigai Dukung Rusia Bisa Disita
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, pihak pengadilan menyampaikan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memberikan hukuman yang lebih ringan kepada Shishimarin.
Pengadilan di Ukraina menilai Shishimarin telah melakukan kejahatan terhadap perdamaian, kemanusiaan, dan keamanan.
Istri korban Kateryna Shelipova juga menyatakan enggan mengampuni Shishimarin.
Namun Kateryna diketahui terbuka akan kemungkinan Shishimarin ditukar dengan prajurit resimen Azov yang diamankan di Mariupol dan kini berada di wilayah milik Rusia.
Peristiwa yang menjerat Shishimarin diketahui terjadi saat pendudukan Rusia di sebuah desa di wilayah timur laut Sumy pada hari-hari awal perang.
"Pengadilan telah memutuskan bahwa Shishimarin bersalah dan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup," kata hakim Sergiy Agafonov diilansir Tribunwow.com pada Senin (23/5/2022), di Kyiv.
"Pembunuhan itu dilakukan dengan niat langsung."
Tentara Rusia, yang mengaku bersalah, mengatakan kepada pengadilan pekan lalu bahwa dia menembak Shelipov di bawah tekanan dari tentara lain.
Mereka saat itu mencoba mundur dan melarikan diri kembali ke Rusia dengan mobil curian pada 28 Februari, hari keempat invasi Moskow.
Dalam sambutan penutupnya, dia meminta maaf dan meminta maaf kepada janda Shelipov.
"Saya menyesalinya. Saya sangat menyesalinya. Saya tidak menolak dan saya siap menerima segala tindakan yang dikenakan," kata Shishimarin.
Prajurit yang mengenakan kaus berkerudung biru dan abu-abu itu, menyaksikan persidangan tanpa suara dari kotak kaca di ruang sidang.
Ia tetap tenang dan sama sekali tidak menunjukkan emosi saat putusan dibacakan dalam bahasa Ukraina.
Seorang penerjemah menerjemahkan untuknya ke dalam bahasa Rusia.
Pengacara Shishimarin, Viktor Ovsyannikov, mengatakan dia akan mengajukan banding atas putusan tersebut, dan memiliki waktu 30 hari untuk melakukannya.
"Ini adalah hukuman yang paling berat dan setiap orang yang berkepala dingin akan menentangnya," kata Ovsyannikov setelah sesi pengadilan.
"Saya akan meminta pembatalan putusan pengadilan," imbuhnya.
Dia mengatakan bahwa ia merasakan tekanan masyarakat atas keputusan pengadilan.
Kremlin mengatakan sebelum hukuman bahwa meski prihatin atas nasib Shishimarin, pihaknya tidak dapat memberikan bantuan di lapangan karena tidak ada kehadiran diplomatik Rusia di Ukraina.
"Itu tidak berarti kami tidak akan mencoba melalui saluran lain. Nasib setiap warga negara Rusia sangat penting bagi kami," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Keputusan penting itu memiliki makna simbolis bagi Ukraina, yang menuduh Rusia melakukan kekejaman dan kebrutalan terhadap warga sipil selama perang.
Pemerintah Ukraina mengatakan telah mengidentifikasi lebih dari 10.000 kemungkinan kejahatan perang.
Rusia membantah menargetkan warga sipil atau terlibat dalam kejahatan perang.
Baca juga: Ukraina Rilis Foto dan Identitas Tentara Rusia Pelaku Rudapaksa dan Kekerasan di Bucha
Baca juga: Masih Muda, Ini Sosok Tentara Rusia yang Bergantian Rudapaksa Gadis Ukraina di Rumahnya
Pengakuan Shishimarin
Pengadilan kejahatan perang pertama kali digelar di Kyiv, Ukraina pada hari ini, Jumat (13/5/2022).
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Kamis (12/5/2022), sidang ini akan menjadi pengadilan kejahatan perang pertama sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Adapun jumlah kejahatan yang didaftarkan oleh jaksa penuntut umum Ukraina sudah melampaui 11.000 kasus.
Sementara, UNICEF melaporkan bahwa setidaknya 100 anak telah tewas dalam perang pada bulan April saja.
Diketahui, Shishimarin yang berpangkat sersan, diduga membunuh seorang warga sipil pada 28 Februari di desa Chupakhivka.
Ia tengah bertugas di wilayah Sumy di timur laut Ukraina ketika dituduh menembaki mobil sipil setelah konvoi kendaraan militernya diserang oleh pasukan Ukraina.
Dia kemudian mengemudikan mobil itu bersama empat tentara lainnya saat berusaha melarikan diri dari para pejuang Ukraina.
Shishimarin menembak mati pria tak bersenjata itu, yang sedang bersepeda dan berbicara di telepon.
Menurut pengakuannya kepada jaksa, Shishimarin diperintahkan oleh atasannya untuk membunuh warga sipil tersebut.
Sang atasan memintanya melenyapkan warga berusia 62 tahun itu karena takut keberadaan mereka dilaporkan pada tentara Ukraina.
"(Diperintahkan) untuk membunuh seorang warga sipil sehingga dia tidak akan melaporkan mereka ke pembela Ukraina," tutur jaksa.
Kejahatan dikatakan telah terjadi puluhan meter dari rumah korban dan dilakukan dengan menggunakan senapan AK-74.
Kasus itu minggu ini diajukan ke pengadilan pidana.
"Dia ada di sini (di Ukraina), kami menahannya," kata jaksa agung Ukraina, Iryna Venediktova, dari markas besarnya yang dijaga ketat di Kyiv, Selasa (10/5/2022).
Menurut seorang juru bicara kantor kejaksaan Ukraina, bukti-bukti yang akan memberatkan Shishimarin sudah terkumpul.
Ia pun terancam dijatuhi hukuman hingga 10-15 tahun atau penjara maksimal seumur hidup.
"Jaksa dan penyelidik SBU (dinas rahasia Ukraina) telah mengumpulkan cukup bukti keterlibatannya dalam pelanggaran hukum dan aturan perang yang dikombinasikan dengan pembunuhan berencana."
"Untuk tindakan ini, dia menghadapi 10 hingga 15 tahun penjara atau penjara seumur hidup," ungkap uru bicara kantor kejaksaan Ukraina.
Dua kasus lain kemungkinan akan disidangkan di pengadilan dalam beberapa hari, termasuk pengadilan in absentia terhadap Mikhail Romanov, seorang tentara Rusia yang dituduh melakukan pemerkosaan dan pembunuhan.
Dia dituduh membobol sebuah rumah pada bulan Maret di sebuah desa di wilayah Brovarsky dekat Kyiv.
Tentara itu dituding membunuh seorang pria kemudian berulang kali memperkosa istrinya sambil mengancam anak mereka dengan kekerasan dan senjata. (TribunWow.com/Anung/Via)