Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

3 Pengakuan Tentara Ukraina yang Ditangkap Rusia, Kaget Diperlakukan Baik hingga Ditipu Pemerintah

Sejumlah pengakuan mengejutkan disampaikan oleh para tentara Ukraina yang ditangkap pasukan militer Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Kolase Capture Video Telegram RIA Novosti dan Capture Video RT
Foto kiri: Potret Alexei Smykov, seorang pria yang mengaku sebagai prajurit dari resimen nasionalis Ukraina Azov, Jumat (25/3/2022). Smykov menyerah pada Rusia dan membongkar kondisi di Ukraina. Foto kanan: Kolonel Vladimir Baranyuk, komandan Brigade Infanteri Angkatan Laut ke-36 Ukraina yang menyerah ke Rusia, Minggu (8/5/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Pasukan militer Rusia diketahui sudah beberapa kali mengamankan hidup-hidup para tentara Ukraina.

Kemudian kerap beredar wawancara antara pasukan militer Rusia dengan para tentara Ukraina yang ditangkap.

Dari hasil wawancara tersebut terungkap beberapa informasi yang tidak pernah disampaikan oleh pemerintah Ukraina.

Dikutip TribunWow.com, hasil wawancara dari para tentara Ukraina yang menjadi tahanan perang itu kerap dipublikasikan lewat media asal Rusia seperti rt.com.

Berikut ini adalah sejumlah pengakuan tentara Ukraina yang ditangkap hidup-hidup oleh tentara Rusia:

Baca juga: Putin Nyatakan Sumpah Mengejutkan terkait Ukraina Jelang Parade Hari Kemenangan Rusia

Baca juga: PM Kanada Lihat Langsung Kebrutalan Rusia di Ukraina, Sebut Putin Harus Bertanggung Jawab

1. Kecewa Dianggap Mati oleh Pemerintah

Pemerintah Ukraina pada Jumat (25/2/2022) silam menyatakan akan memberikan penghargaan secara anumerta kepada prajurit Ukraina yang telah gugur setelah bertahan melawan pasukan Rusia di Pulau Zmiinyi (Pulau Ular).

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sendiri telah menyampaikan akan memberikan penghargaan medali dan gelar pahlawan Ukraina kepada prajurit yang gugur di Pulau Ular.

Di sisi lain pada saat itu Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan total 82 prajurit yang ada di Pulau Ular telah menyerah secara sukarela.

Kini muncul video sejumlah prajurit Ukraina menyampaikan kekecewaannya terhadap pemerintah mereka karena mereka merasa dianggap sudah mati dan ditinggal begitu saja.

Video ini ditampilkan dalam kanal YouTube RT, Selasa (1/3/2022).

Komandan unit pasukan marinir Ruslan Murenko menyampaikan kekecewaannya dianggap sudah mati oleh pemerintah Ukraina. Murenko diketahui merupakan prajurit Ukraina yang berjaga di Pulau Ular.
Komandan unit pasukan marinir Ruslan Murenko menyampaikan kekecewaannya dianggap sudah mati oleh pemerintah Ukraina. Murenko diketahui merupakan prajurit Ukraina yang berjaga di Pulau Ular. (YouTube RT)

Prajurit pertama yang berbicara adalah Komandan unit pasukan marinir Ruslan Murenko.

"Dia (Zelensky) bahkan tidak tahu ada infantri angkatan laut di Pulau Zmiinyi (Pulau Ular)," kata Murenko.

"Mereka mengubur kita, jadi saya duga selama ini memang itu rencananya, untuk mengubur kita," sambungnya.

Kemudian prajurit kedua yang berbicara adalah Komandan baterai mortir batalion marinir Alexander Molotokov,

Molotokov menyoroti bagaimana pemerintah Ukraina telah memberikan gelar dan medali secara anumerta kepada para prajurit di Pulau Ular.

Padahal dirinya dan para prajurit lainnya masih hidup.

Molotokov menyebut, pemerintah Ukraina sudah berjanji akan melakukan evakuasi namun tidak dilakukan.

"Saya melihat mereka 'mengubur' kita meskipun kita masih hidup," kata Molotokov.

"Lalu mereka memberikan penghargaan medali kepada kita, anumerta. Kita tidak mau medali mu."

"Saya tidak dapat berkata-kata, dan untuk pemerintah kita... dapat dikatakan mereka adalah orang-orang jahat."

"Kita ditelantarkan, tidak ada bantuan."

"Mereka berjanji untuk mengevakuasi kita, dan ada kesempatan untuk mengevakuasi namun mereka tidak."

"Saya rasa bagi para petinggi kehilangan 82 prajurit bukanlah hal besar," pungkasnya.

2. Kaget Diperlakukan Baik Tentara Rusia

Dilansir TribunWow.com dari TASS, Rabu (20/4/2022), Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Selasa membagikan video tawanan perang Ukraina.

Para tentara Ukraina yang terluka, berbicara tentang perlakuan layak yang diberikan Rusia terhadap mereka.

Yury Andrieyenko, seorang pelaut dari Brigade Marinir ke-36 Ukraina, menceritakan awal mula luka yang didapat.

Ia mengaku terkena ledakan ranjau yang dipasangnya sendiri.

Kemudian setelah ditemukan tentara Rusia, Andrieyenko segera mendapat perawatan.

“Saya menderita luka setelah ledakan yang disebabkan oleh jebakan, yang saya coba pasang sendiri,"kata Andrieyenko.

"Saya tetap berbaring di lantai beton selama dua hari. Saya kemudian ditemukan oleh tentara milisi. Mereka membawa saya ke rumah sakit."

Awalnya, Andrieyenko tak menyangka pasukan Rusia justru menyelamatkannya alih-alih menghabisi nyawanya.

Pasalnya Andrieyenko selama ini diberitahu bahwa tentara Ukraina akan disiksa jika tertangkap.

"Sejujurnya, saya terkejut. Saya diperlakukan sama seperti manusia biasa lainnya. Saya tidak mengharapkan perlakuan seperti itu," ucap Andrieyenko.

"Kami semua diberitahu sebelumnya bahwa kami akan dipukuli, tetapi (ternyata) tidak ada apa-apa."

Pelaut itu menambahkan bahwa dia ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter yang merawatnya.

Pelaut lain yang ditangkap adalah Yury Podavansky dari Brigade Marinir ke-36 Ukraina.

Podavansky mengatakan dia menderita luka parah di kakinya sebelum dia ditawan.

"Ketika mereka menemukan kami, mereka merawat saya dan anak buah lainnya bersama saya, memberikan pertolongan pertama. Karena bantuan medis yang segera mereka berikan, nyawa lima orang terselamatkan," kata Podavansky.

"Setelah itu kami dibawa ke rumah sakit di mana kami menerima bantuan medis yang memenuhi syarat," lanjutnya.

Setelah sadar, Podavansky mengaku diperlihatkan peluru yang bersarang di tubuhnya.

"Saya bangun beberapa hari yang lalu, seorang ahli bedah mendekati saya menunjukkan peluru, yang dia ambil dari tubuh saya, dan berkata 'Nak, kamu akan tetap hidup'," ujar Podavansky.

Pelaut itu juga mengatakan bahwa semua tentara Ukraina yang dipenjara mendapatkan nutrisi yang cukup.

Mereka bahkan dirawat bersama militer Rusia dan pasukan separatis Donestk serta Luhanks.

"Saya tidak mengharapkan perlakuan seperti itu. Kami diberitahu sebaliknya. Tapi kenyataannya, kami diperlakukan dengan sangat baik," kata pelaut itu.

"Kami berbagi rumah sakit di sini dengan mereka. Kami semua diperlakukan sama."

3. Merasa Ditipu Pemerintah

Seorang komandan pasukan pertahanan Ukraina mengaku merasa dibohongi oleh pemerintah Kiev.

Ia pun memutuskan untuk menyerahkan diri ke Rusia setelah menyadari bahwa bantuan yang dijanjikan tidak akan datang.

Kolonel bernama Vladimir Baranyuk itu pun mengaku merasa ditinggalkan untuk mati oleh pemerintah Ukraina.

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RT, Minggu (8/5/2022), komandan Brigade Infanteri Angkatan Laut ke-36 memberikan kesaksian dalam sebuah video wawancara.

Ia mengatakan pemerintah Ukrain berjanji kepada pasukan Ukraina yang dikepung di Mariupol bahwa bantuan sedang dalam perjalanan.

Sementara, tidak ada upaya nyata yang dilakukan untuk mengakhiri blokade kota pelabuhan tersebut.

Baranyuk dan unitnya ditugaskan untuk menjaga pinggiran utara Mariupol, kota pelabuhan strategis di tenggara Ukraina, di tengah invasi Rusia.

Dia bahkan dianugerahi penghargaan Pahlawan Ukraina untuk keberanian dan tindakan efektifnya dalam memukul mundur serangan musuh.

Kiev pun menegaskan bahwa kolonel dan para pembela Mariupol lainnya tidak akan pernah menyerah.

Tetapi ketika pasukan Rusia terus mendesak, Baranyuk akhirnya menyerah secara damai setelah ditangkap selama upaya yang gagal untuk melarikan diri dari kota.

Dia ditangkap saat bersembunyi di ladang bersama dengan sejumlah anak buahnya beberapa kilometer di utara Mariupol.

Komandan marinir itu kini mengatakan bahwa pemerintah Ukraina berbohong kepadanya dan pasukannya agar mereka tetap berperang.

"Kiev mengatakan kepada kami untuk bertahan, (menjanjikan) bahwa unit yang akan mengangkat blokade akan datang, mereka akan segera berada di sini,” kata Baranyuk kepada RT.

Janji itu dibuat meskipun penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Alexey Arestovich, secara terbuka mengakui dalam wawancara bahwa Kiev tidak akan dapat menyelamatkan pasukannya di Mariupol.

"Kami dijanjikan bantuan tertentu. Secara alami, bantuan ini tidak datang. Dan ini mendorong kami untuk keluar," kata kolonel itu ketika menjelaskan keputusannya untuk melarikan diri.

"Hal itu dirasa menyakitkan bagi pasukan ketika mereka menyadari bahwa mereka telah ditinggalkan untuk mati, tetapi semua orang, termasuk saya, memahaminya,” tambah Baranyuk.

Mariupol telah menyaksikan pertempuran terberat selama konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Kota yang mengalami kehancuran besar, sekarang hampir seluruhnya dikendalikan oleh pasukan Rusia, dengan pabrik baja Azovstal tetap menjadi kantong terakhir perlawanan Ukraina.

Prajurit dan pejuang nasionalis Kiev dari Batalyon Azov yang bersembunyi di situs besar itu, telah diberi banyak kesempatan untuk meletakkan senjata mereka oleh Rusia, tetapi menolak semuanya.

(TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait lainnya

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaRusiaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved