Konflik Rusia Vs Ukraina
Cerita Warga Mariupol yang Dievakuasi dari Bunker: Kami Sudah Tak Lihat Matahari Begitu Lama
Sejumlah warga sipil yang berhasil dievakuasi dari Mariupol, Ukraina menceritakan kondisinya selama terisolasi.
Editor: Rekarinta Vintoko
Kelompok Pengungsi Pertama yang Dibawa ke Desa yang Dikuasai Rusia
Sejumlah warga sipil memang berhasil meninggalkan pabrik baja Azovstal di Mariupol, Sabtu lalu, tapi nasib mereka pada hari-hari ke depan tidak jelas.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut sekitar 80 warga sipil telah meninggalkan pabrik baja yang terkepung itu.
Mereka dibawa ke Bezimenne, sebuah desa di Ukraina yang dikuasai Rusia.
Rusia membuat klaim bahwa mereka memberikan perawatan medis dan persediaan kepada puluhan warga sipil tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang diberitakan media massa Rusia, kementerian itu juga menyebut bahwa warga sipil yang ingin pergi ke daerah-daerah yang dikuasai Ukraina "telah diserahkan kepada perwakilan PBB dan Komite Internasional Palang Merah".
Kantor berita Reuters melaporkan, seorang fotografer yang meliput di desa tersebut telah melihat lebih dari 50 orang tiba dalam konvoi dan bahwa staf PBB berada di daerah itu.
Mariupol dihujani bom dan artileri Rusia selama beberapa pekan terakhir.
Pabrik baja Azovstal adalah kawasan industri yang luas dengan jaringan terowongan bawah tanah yang menyulitkan operasi pasukan Rusia.
Ini adalah persembunyian sekelompok warga sipil dan sejumlah pasukan Ukraina.
April lalu, setelah menyatakan bahwa kota di Ukraina selatan itu telah direbut, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya menutup pabrik baja "agar seekor lalat tidak bisa melewatinya."
Kehancuran Mariupol adalah yang paling parah dalam perang di Ukraina.
Sebagian besar kota itu berubah menjadi puing-puing dan muncul juga krisis kemanusiaan yang meluas.
Penduduk Mariupol yang melarikan diri bersaksi tentang kekurangan makanan dan air serta banyak mayat ditinggalkan di jalanan.
"Warga yang meninggalkan kota mengatakan bahwa neraka itu ada dan itu ada di Mariupol," kata Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, Sabtu lalu kepada BBC.