Konflik Rusia Vs Ukraina
Korupsi dan Impor Suku Cadang Tiruan China Diduga Jadi Faktor Penyebab Kekalahan Rusia di Ukraina
Korupsi para petinggi Kremlin dikabarkan menjadi satu faktor penyebab kekalahan Rusia di medan perang Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Korupsi para petinggi Kremlin dikabarkan menjadi satu faktor penyebab kekalahan Rusia di medan perang Ukraina.
Pasalnya, kendaraan tempur Rusia kerap mengalami kerusakan diduga lantaran kualitas suku cadang yang buruk.
Diduga ada pemotongan anggaran alutsista dan penggunaan barang tiruan dari China.

Baca juga: Viral Traktor Warga Ukraina Curi Kendaraan Militer Rusia, Perekam Terdengar Tertawa Lepas
Baca juga: Viral Warga Ukraina Adang Konvoi Tentara Rusia, Sendirian di Jalan Halangi Kendaraan Militer
Dikutip TribunWow.com dari Daily Mail, Senin (2/5/2022), perwira Rusia yang korup diduga telah memotong anggaran untuk membeli ban truk dan suku cadang kendaraan lapis baja mereka.
Para pengelola anggaran melakukan penghematan dengan memilih alternatif barang dari China yang murah.
Para pejabat di Barat menunjuk impor China sebagai faktor kunci di balik invasi yang terhenti ke Ukraina.
Dilaporkan banyak kendaraan Rusia dan truk lapis baja terjebak di lumpur saat membelok dari jalan raya.
Kualitas ban yang buruk membuat kendaraan Rusia sering terperosok di medan yang sulit, memperlambat kemajuan militer pasukan Rusia saat cuaca buruk.
Kendaraan NATO diketahui menggunakan ban Michelin XZL, tetapi bisnis China sering meniru kekayaan intelektual perusahaan Barat untuk menghasilkan salinan yang lebih murah dalam jumlah yang lebih besar.
"Jenderal Rusia terkenal korup. Rusia memiliki anggaran pertahanan sekitar £60 miliar (sekitar Rp 2 kuadriliun) per tahun, tetapi banyak dari anggaran itu tersedot di berbagai tingkatan," kata seorang sumber intelijen kepada New Zealand Times.
"Dampaknya adalah bahwa Rusia terpaksa membeli ban murah agar sesuai dengan kendaraan lapis baja yang mahal, dan itu tidak berfungsi."
Menurut ahli dan akademisi Universitas Chicargo, Karl Muth, ban versi China adalah Yellow Sea YS20, dengan kualitas yang jauh lebih buruk.
Satu set 50 ban Michelin XZL dijual di Alibaba dengan harga sekitar $36.000 (Rp 522 juta), sedangkan 50 set yang setara dengan China dijual dengan harga sekitar $208 (Rp 3 jutaan).
Perawatan kendaraan yang buruk juga dapat menjelaskan sebagian dari kemacetan tersebut.
Meninggalkan ban di bawah sinar matahari langsung selama berbulan-bulan sering menyebabkan ban robek, menambah jumlah kendaraan terbengkalai yang ditemui Ukraina di berbagai bagian negara selama perang.
Satu foto menunjukkan SAM Pantsir-S1 Angkatan Darat Rusia terjebak di lumpur setelah bannya pecah.
"Ada implikasi tingkat operasional yang besar dalam hal ini," komentar Trent Telenko, pensiunan Pegawai Negeri Sipil Departemen Pertahanan AS yang melakukan perawatan kendaraan untuk tentara AS.
"Jika Angkatan Darat Rusia terlalu korup untuk menggunakan Pantsir-S1. Mereka terlalu korup untuk menjalankan truk & AFV beroda sekarang di Ukraina."
Potensi pecahnya ban mungkin memaksa tentara Rusia untuk tetap berada di jalan agar tak berisiko kehilangan mobil lapis baja mereka di lumpur.
Namun hal ini justru membuat mereka lebih rentan terhadap serangan drone dan penyergapan militer.
Baca juga: Misteri 6 Bilioner Rusia Akhiri Hidup sebelum Invasi Rusia ke Ukraina, Putin Diduga Terlibat
Baca juga: Lukanya Membusuk, Pengungsi yang Terjebak di Pabrik Baja Mariupol Berkeras Tak Mau Menyerah ke Rusia
Barisan Tank Rusia dan Senjata Thermobaric Dipukul Mundur
Rekaman drone menunjukkan barisan tank Rusia yang diserang di pinggiran Kiev, ibu kota Ukraina.
Dalam rekaman tersebut, tampak kendaraan thermobaric yang sempat dibantah digunakan pihak Rusia.
Militer Ukraina mengklaim seorang komandan tank Rusia tewas dalam serangan di kota kecil Brovary.
Rekaman tersebut dibagikan kanal media Sky News, Kamis (10/3/2022).
Dilansir TribunWow.com, rekaman yang diambil dari pesawat tak berawak Ukraina itu menunjukkan tiga tank Rusia di desa Skybyn.
Kemudian dari arah utara muncul setidaknya 20 kendaraan Rusia, termasuk tank dan TOS-1A.
TOS-1A merupakan sistem peluncur rudal thermobaric Rusia yang penggunaannya masih memicu perdebatan.
Terlihat, kendaraan berbelok dan berhenti di sisi utara kota sebelum peluru artileri dan roket mulai meledak di sekitar mereka.
Tank-tank yang berbaris berdekatan menjadi kacau balau oleh serangan itu.
Akhirnya barisan tersebut memilih berbalik mundur setelah kendaraan personel terkena tembakan.
Seorang ahli militer, Marsekal Udara Philip Osborn, mengatakan pasukan tersebut tampaknya tidak mengantisipasi serangan dadakan itu.
"Terlihat dari pengelompokan kendaraan, anda hanya akan mengelompokkan barisan dengan cara itu jika anda merasa relatif aman dari serangan," terang Osborn.
"Video ini membuktikan bahwa Rusia salah penilaian."
Pasukan Ukraina mengklaim seorang komandan tank Rusia, Kolonel Andrei Zakharov, tewas dalam serangan itu.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pasukan Rusia menderita kerugian yang signifikan dalam personel dan peralatan.
"Pasukan Rusia dalam video menunjukkan beberapa taktik yang dapat dipertanyakan," analisa Rob Lee, seorang ahli militer dan rekan senior di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri.
"Mereka cukup dekat dengan Kiev dan bergerak di jalan yang mungkin bisa berpapasan dengan lawan, di mana Ukraina pasti sudah memperkirakan kedatangan mereka, namun barisan itu tidak tersebar sama sekali, membuat mereka rentan terhadap tembakan artileri." (TribunWow.com/Via)