Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Mulai Produksi Massal Rudal S-500 Prometheus, Disebut Tulang Punggung Pertahanan Udara Rusia
Rusia dikabarkan telah memulai produksi massal rudal anti pesawat terbaru S-500 Prometheus.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Rusia dikabarkan telah memulai produksi massal rudal anti pesawat terbarunya.
Rudal dengan nama S-500 Prometheus akan segera didistribusikan untuk mendukung pertahanan negara.
Senjata yang digadang-gadang akan menjadi pelopor pertempuran dirgantara ini diduga akan digunakan dalam perang di Ukraina.

Baca juga: Rusia sampai Luncurkan Rudal Hipersonik, Analis Perkirakan Putin Mulai Kehabisan Misil
Baca juga: Detik-detik Rudal Rusia Hantam Apartemen Odessa, Tewaskan Anak 3 Bulan dan 7 Warga Ukraina
Dilansir TribunWow.com dari TASS, Senin (25/4/2022), sistem pertahanan udara rudal terbaru Rusia S-500 Prometheus ini dikembangkan oleh perusahaan Almaz-Antey.
CEO perusahaan, Yan Novikov mengatakan rudal ini telah mulai diproduksi secara berkelompok.
Rencananya, senjata tersebut akan disediakan untuk angkatan bersenjata Rusia dalam tenggat waktu yang ditetapkan berdasarkan perintah pertahanan negara.
"Saat ini, sistem S-500, yang membanggakan (dan merupakan) pencapaian terbaru dalam sains dan teknik dalam negeri, telah mulai diproduksi secara massal," kata Novikov dilansir kepada majalah Pertahanan Nasional pada perayaan ulang tahun ke-20 perusahaan tersebut.
"Kemampuan tempurnya jauh melampaui sistem pertahanan udara yang dibuat sebelumnya. S-500 mungkin juga menjadi tulang punggung pertahanan kedirgantaraan Rusia."
"Rudal ini akan dikirim ke angkatan bersenjata dalam tenggat waktu yang ditetapkan di bawah perintah pertahanan negara."
Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Yury Borisov mengatakan pada 16 September 2021, bahwa S-500 akan mulai dipasok ke angkatan bersenjata setelah menyelesaikan tes sertifikasi pemerintah.
Lalu pada Juli 2021 Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa S-500 telah melakukan uji peluncuran tempur di tempat uji coba Kapustin Yar.
Menurut laporan, parameter taktis dan teknis yang diharapkan telah dikonfirmasi.
Diketahui, S-500 dirancang untuk menyerang semua ancaman dari udara yang ada dan kemungkinan serangan musuh secara hipotetis dari berbagai ketinggian dan kecepatan.
Sistem peluncuran rudal ini dibuat untuk menggantikan pendahulunya, S-400 Triumf.
Adapun Perusahaan Pertahanan Udara dan Luar Angkasa Almaz-Antey yang merupakan milik negara adalah kelompok perusahaan Rusia yang mengembangkan dan memproduksi senjata pertahanan kedirgantaraan dan antimisil serta produk lainnya.
Perusahaan yang berkantor pusat di Moskow ini beroperasi di Rusia dan lebih dari 50 negara lainnya.
Baca juga: Video Peluncuran Rudal Setan Andalan Putin, Disebut 1.000 Kali Lebih Kuat dari Bom Hiroshima
Baca juga: Rudal Dibalas Rudal, Rusia Kembali Serang Kiev dan Kota Ukraina Lain Balas Tenggelamnya Kapal Moskva
Pasokan Senjata Rusia Tinggal 30 Persen
Rusia dikabarkan telah mengalami kerugian yang begitu besar sejak perang dengan Ukraina dimulai.
Pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan telah kehilangan puluhan ribu pasukan.
Bahkan pasokan persenjataan rudal presisi tinggi yang dimiliki dikatakan telah digunakan hingga 70 % dari total yang dimiliki.
Meskipun negara tersebut mampu memproduksinya secara mandiri, Rusia diprediksi akan mengalami kesulitan jika pernag terus berkepanjangan.
Dilansir TribunWow.com dari Ukrinform, Minggu (24/4/2022), klaim ini dinyatakan oleh Christo Grozev, seorang jurnalis investigasi, direktur eksekutif dan ketua dewan platform investigasi Bellingcat.
"Mereka hanya memiliki sekitar 30% dari apa yang mereka gunakan untuk memulai perang," kata Grozev dalam wawancara dengan saluran TV Ukraina 24.
"Ada juga pertanyaan, siapa yang mengoperasikan rudal ini? Lagi pula, sumber daya yang dapat bekerja dengan rudal ini juga terbatas."
"Intelijen kami mengatakan (sumber daya) ini sekitar 30 hingga 40 orang."
Menurut Grozev, pihak Ukraina sengaja menyasar para tentara yang bisa mengoperasikan rudal tersebut.
Sehingga, Rusia tak hanya kehabisan amunisi tapi juga sejumlah tentara ahli senjata.
"Bagaimanapun, Ukraina bekerja tidak hanya untuk menembak jatuh dan menghancurkan rudal, tetapi juga untuk mengidentifikasi orang yang dapat memprogram rudal ini. Oleh karena itu, saya tidak akan terkejut jika tidak hanya perangkat keras tetapi juga perangkat lunak yang disebut habis di Rusia,” kata Grozev.
Mengenai Mariupol, jurnalis senior itu mencatat bahwa pertempuran di kota pelabuhan itu hanya kalah taktis.
Namun, ini tidak berarti kekalahan dalam pertempuran, karena alasan untuk tidak dapat mempertahankan kendali Mariupol adalah kurangnya senjata, masalah di Angkatan Darat atau kurangnya motivasi.
Saat ini, waktu bekerja untuk Ukraina, karena senjata presisi tinggi dipasok setiap minggu, dan apa yang tidak dapat dilakukan Ukraina seminggu yang lalu kemungkinan besar akan mungkin terjadi dalam dua hingga tiga minggu.
"Pada tahap ini, 19 negara siap memberikan senjata berteknologi tinggi ke Ukraina, yang memberikan alasan untuk harapan," ucap Grozev.
Seperti dilaporkan sebelumnya, pasukan pertahanan Ukraina telah melenyapkan sekitar 21.800 penjajah Rusia pada 24 April.
Musuh juga kehilangan 873 tank tempur utama, 2.238 kendaraan tempur lapis baja, 408 sistem artileri, 147 sistem MLR, 69 sistem pertahanan udara, 179 pesawat, 154 helikopter, 1.557 kendaraan bermotor, delapan kapal/cutter, 76 tanker bahan bakar, 191 UAV tingkat operasional dan taktis, 28 unit peralatan khusus, dan empat peluncur rudal taktis. (TribunWow.com/Via)