Konflik Rusia Vs Ukraina
Citra Satelit Ungkap Kuburan Massal di Mariupol, Rusia Dituding Sembunyikan Bukti Kejahatan Perang
Citra satelit menunjukkan gambaran sejumlah situs yang tampaknya merupakan pemakaman massal di Mariupol, Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Citra satelit menunjukkan gambaran sejumlah situs yang tampaknya merupakan pemakaman massal di Mariupol, Ukraina.
Pejabat setempat menuding Rusia telah menyembunyikan bukti kejahatan perang dengan mengubur mayat warga sipil yang terbunuh.
Hal ini dilakukan setelah viralnya kondisi di Bucha dan sekitarnya yang membuat Rusia makin dikecam.

Baca juga: Tak Ikut Walkout saat Rusia Bicara, Sri Mulyani Beri Tanggapan soal Aksi Protes di Pertemuan G20
Baca juga: Menteri Luar Negeri AS Kabarkan Kondisi Mariupol yang Diserang Rusia, Minta Warga Pergi Mengungsi
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Kamis (21/4/2022), wali kota Mariupol, Vadym Boichenko, mengatakan truk Rusia telah mengumpulkan mayat dari jalan-jalan kota pelabuhan dan telah mengangkut mereka ke desa terdekat, Manhush.
Ia mengatakan pasukan Rusia diam-diam melemparkan jasad penduduk ke kuburan massal di sebuah lapangan.
"Para penyerang menyembunyikan bukti kejahatan mereka. Pemakaman ini terletak di dekat sebuah pompa bensin di sisi kiri jalan yang melingkar," ujar Boichenko.
"Rusia telah menggali parit besar, selebar 30 meter. Mereka membuang orang-orang ke situ."
Kemudian pada hari Kamis, perusahaan AS Maxar Technologies merilis gambar yang tampak seperti kuburan massal di daerah yang sama.
Maxar menerangkan situs itu telah diperluas dalam beberapa pekan terakhir untuk menampung lebih dari 200 kuburan baru.
Wali kota memperkirakan bahwa lebih dari 20.000 penduduk Mariupol telah tewas sejak pasukan Rusia mulai menyerang kota tersebut pada hari-hari awal invasi.
Sebagian besar mayat sekarang telah dipindahkan, dengan beberapa dibakar di krematorium bergerak.
Boichenko membantah klaim Putin bahwa kota itu telah diduduki oleh Rusia.
Dia mengatakan tentara Ukraina tetap bersembunyi di pabrik baja Azovstal di tepi kiri Mariupol, dengan antara 300 hingga 1.000 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
"Kami tidak tahu persis jumlah warga sipil karena kami belum bisa mengeluarkan mereka. Kami membutuhkan satu hari gencatan senjata agar ini terjadi,"tutur Boichenko.
Warga sipil di Mariupol dikabarkan hidup dalam kondisi putus asa di jaringan terowongan bawah tanah, dan dikelilingi oleh pasukan Rusia.
Boichenko mengatakan bahwa sekitar 100 ribu orang tetap berada di daerah yang diduduki Rusia di Mariupol.
100 ribu lainnya berhasil melarikan diri, sebagian besar dengan mobil pribadi, sementara 40 ribu telah dideportasi secara paksa ke Rusia.
Ia menyebut penduduk yang lainnya ditahan di kamp filtrasi Rusia di luar kota.
"Orang-orang disiksa di kamp-kamp ini. Bukan hanya laki-laki tapi juga perempuan yang dipilih. Ini adalah ghetto yang mengerikan. Mereka mencari orang-orang yang berhubungan dengan kotamadya. Rusia menggunakan metode fasis yang sama yang digunakan oleh Nazi. Ini adalah Rusia yang fasis," ungkap Boichenko.
Wali kota mengatakan 80 orang berhasil keluar pada hari Rabu dengan empat bus dan berhasil menyeberang ke wilayah yang dikuasai pemerintah Ukraina.
Namun, tidak ada evakuasi yang terjadi pada hari Kamis, karena Rusia menembaki titik pertemuan di mana penduduk berkumpul.
Baca juga: Tentara Ukraina Tak Bisa Tembus Mariupol yang Diblokir Rusia, Zelensky Siap Tempuh Dua Cara
Baca juga: Kondisi Terkini Mariupol, Mayat-mayat Manusia Dimakan Anjing hingga Warga Minum Air Radiator
Rusia Klaim Segera Kuasai Mariupol
Panglima perang Chechnya Ramzan Kadyrov yakin Rusia akan merebut kota pelabuhan utama Ukraina Mariupol hari ini, Kamis (21/4/2022).
Sebelumnya, Kiev juga telah memperingatkan bahwa pasukannya tidak dapat bertahan lebih lama lagi.
Jika berhasil, Mariupol akan menjadi kota pertama yang dikuasai sekaligus menjadi kemenangan besar bagi Rusia.
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, kota Mariupol telah menjadi target utama Rusia sejak perang di Ukraina dimulai hampir dua bulan lalu.
Kadyrov yang pasukannya bertempur di Ukraina, menyatakan Mariupol akan jatuh hari ini.
"Sebelum jam makan siang, atau setelah makan siang, Azovstal akan sepenuhnya berada di bawah kendali pasukan Federasi Rusia," ucap Kadyrov.
Benteng terakhir perlawanan Ukraina berbasis di sekitar pabrik baja Azovstal, di mana diperkirakan 1.000 warga sipil telah berlindung dari penembakan dan serangan rudal.
Menjelang kejatuhannya, Presiden Rusia Vladimir Putin membatalkan rencana untuk menyerbu pabrik, dan sebaliknya menyerukan agar pabrik itu diblokade.
"Saya menganggap usulan penyerbuan zona industri tidak perlu," kata Putin kepada menteri pertahanan Sergei Shoigu dalam pertemuan yang disiarkan televisi di Kremlin.
"Aku memerintahkanmu untuk membatalkannya."
Dia mengatakan keputusannya untuk tidak menyerbu pabrik Azovstal dimotivasi oleh keinginan untuk melindungi nyawa tentara Rusia.
"Tidak perlu naik ke katakombe ini dan merangkak di bawah tanah melalui fasilitas industri ini," ujar Putin.
"Blokir kawasan industri ini agar lalat tidak bisa lewat."
Putin juga meminta pejuang Ukraina yang tersisa di Azovstal untuk menyerah, ia berjanji Rusia akan memperlakukan mereka dengan hormat dan akan memberikan bantuan medis.
Setelah berhari-hari menahan serangan Rusia yang hampir konstan, beredar video komandan Ukraina di Azovtal yang mengatakan mereka kalah jumlah.
Komandan Marinir Ukraina Serhiy Volny memperingatkan bahwa para pejuang di pabrik itu mungkin tidak dapat bertahan lebih lama.
"Unit musuh puluhan kali lebih besar dari kita, mereka memiliki dominasi di udara, artileri, pasukan darat, peralatan dan tank," katanya.
Berbicara kepada Sky News, dia mengatakan pasukan berjumlah 10 banding satu dan lebih dari 500 pejuang membutuhkan dukungan medis.
Jatuhnya kota itu akan menandai kemenangan terbesar Moskow dalam perang sejauh ini.(TribunWow.com)